Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kr0004Avatar border
TS
kr0004
Dugderan, Festival Warga Semarang Ada Sejak 147 Tahun Yang Lalu
Dugderan, Festival  Menyambut Bulan Suci Ramadhan Warga Semarang Yang Rutin Dilaksanakan Sejak 147 Tahun Yang Lalu

Dugderan, Festival Warga Semarang Ada Sejak 147 Tahun Yang Lalu

SELAYANGKABAR.COM - Satu minggu menjelang dimulainya Bulan Suci Ramadhan, warga Semarang mengadakan festival khas Kota Semarang.

Festifal tahunan ini dikenal dengan nama Dugderan.

Festival Dugderan ini menandai akan dimulainya ibadah puasa di bulan suci Ramadan.

Perayaan Dugderan  dibuka oleh wali kota Semarang dan dimeriahkan dengan menyalakan mercon serta kembang api.

Nama dugderan merupakan gabungan dari dua kata, yaitu "dug" dan "der.

"Dug" adalah suara bedug yang dibunyikan saat akan melakukan ibadah shalat Maghrib.

Berikutnya "der" diambil dari suara mercon / petasan, sebagai tanda memasuki bulan puasa.





Dugderan merupakan sebuah kegiatan perayaan khas Kota Semarang yang diadakan setiap tahun.

Perayaan ini diadakan pada bulan Sya’ban dalam penanggalan Islam, dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

Dugderan adalah perayaan rakyat Semarang. Perayaan ini dihadiri segenap warga kota Semarang dari berbagai lapisan masyarakat, usia, dan kelompok etnis.

Dalam perayaan dugderan ini masyarakat Semarang disuguhi berbagai pertunjukan budaya serta kuliner khas daerah yang sangat beragam.

Bagi warga kota Semarang, Dugderan merupakan ajang silaturahmi antar warga untuk mempererat tali persaudaraan.


Sejarah Dugderan

Dikutip dari wikipedia, dugderan dilangsungkan pertama kali pada sekitar tahun 1881.

Perayaan Dugderan dibuka oleh Bupati setempat, R.M Tumenggung Ario Purbaningrat.

Perayaan dimulai dengan tanda menyalakan mercon dan kembang api.

Kemudian, acara dilanjutkan dengan arak-arakan kirab budaya yang dipusatkan di Masjid Kauman di Kawasan Johar.

Dikutip dari sumber lain, Sejarah diadakannya dugderan karena pada saat itu sering terjadi perbedaan pendapat dalam menentukan awal puasa pada Bulan Ramadhan.

Oleh karena itu, Dugderan dijadikan tanda penetapan awal pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan.



Sebelum kegiatan Dugderan dimulai, bupati dan beberapa pejabat setempat mengadakan halaqah atau diskusi yang juga diikuti oleh ulama Masjid Kauman.

Diskusi ini terkait dengan penetapan awal pelaksanaan ibadah puasa.

Hasil halaqah tersebut kemudian diarak oleh Tumenggung Aryo Purboningrat untuk diumumkan kepada warga Semarang, sebgai penanda bulan Suci Ramadhan telah tiba.

Tumenggung menyerukan supaya masyarakat Semarang dapat melakukan ibadah puasa dengan sebaik - baiknya.

Seruan tersebut ditutup diikuti dengan pemukulan bedug berkali-kali, diiringi dengan suara petasan.

Dugderan dilaksanakan selma seminggu sebelum bulan Suci Ramadhan, dan diakhiri pada akhir bulan Syakban, atau satu hari menjelang bulan Ramadhan.


Tradisi Yang Tidak Pernah Pudar

Jika dihitung dari awal sejarah dimulainya Dugderan, perayaan ini sudah dilaksanakan selama 142 tahun.

Hebatnya,  perayaan ini tetap rutin dilaksanakan, seakan tradisi ini tidak akan pernah pudar.

Hanya saja ketika pandemi covid, membuat dugderan tidak dapat dilaksanakan sebanyak dua kali berturut-turut.

Kegiatan ini sempat terhenti saat pandemi Melanda. Namun setelah pandemi mereda, di 2022 Dugderan kembali dilaksanakan,meskipun tidak disertai dengan arak-arakan.

Pada Dugderan tahun ini, Rute pelaksanaan arak-arakan atau karnaval dimulai dari Balaikota Semarang menuju Masjid Agung Jawa Tengah.

Untuk memeriahkan acara tersebut , peserta karnaval akan mempertontonkan berbagai ragam atraksi, seni budaya kostum, hingga menghias kendaraan karnaval menjadi  semenarik mungkin.


Dalam tradisi Dugderan ini, terdapat satu patung hewan yang merupakan maskot utama, yaitu Warak Ngendog.

Warak Ngendog merupakan sebuah hewan motologi yang menjadi simbol atas folosofi kegiatan Dugderan ini.

Warak ngendog diambil dari dua kata, yaitu warak dan ngendhog.

Warak dalam bahasa Jawa berati badak, dan dalam bahasa Arab berati suci.

Sedangkan Ngendog, merupakan bahasa Jawa yang artinya bertelur.

Secara filosofi, warak ngendhog ini ingin menyampaikan pesan.

Pesan tersebut adalah barang siapa yang dapat menjaga kesucian di Bulan Ramadhan, nantinya di akhir bulan Suci Ramadhan, akan kembali menjadi bersih dan suci pada Hari Raya Idul Fitri.


Pelaksanaan Dugderan Tahn 2023

Dilansir dari babad.id, berdasarkan laman visitjawatengah.jatengprov.go.id, informasi pelaksanaan dugderan untuk tahun 2023 jatuh akan dilaksanakan tanggal 17 Maret 2023.

Sedangkan kegiatan wahana mainan, wisata kuliner, dan live music sudah dimulai dari tanggal 10 hingga 22 Maret 2023.

Perayaan Dugderan tahun 2023 kali ini, akan dilakanakan di alun - alun Masjid Agung Semarang dan dibuka dari pukul 10.00 WIB sampai 22.00 WIB.

Dikutup dari berbagai sumber.

sumber  tulisan : selayangkabar.com
0
1.1K
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan