Kaskus

Story

naimatunn5260Avatar border
TS
naimatunn5260
Mantan Suami Kakakku
Mantan Suami Kakakku
Bab 1 (Pengorbanan)

"Aku terima nikahnya, Maura binti Surahmat dengan mas kimpoi dua gram cincin emas, dibayar tunai." Suara Mas Hanif menggema melalui pengeras suara di ruang keluarga rumahku. Bersamaan dengan itu, air mataku menetes membasahi gaun putih panjang menjuntai yang kukenakan.

'Haruskah sebesar ini pengorbananku untuk keluarga ini?' Mengorbankan cintaku untuk seseorang yang belum tentu mau menerimaku dengan tulus. Kutatap wajahku dari pantulan cermin di depanku. Harusnya rona bahagia tergambar di sana. Tetapi yang terlihat adalah kesedihan memenuhi wajah yang tertutupi makeup flawless milikku.

Sentuhan lembut di pundak membuatku refleks menyeka air mataku dengan tissue. "Ada apa, Nak? Apakah kamu tidak bahagia?" Suara lembut itu langsung melunturkan semua ego yang bersarang di dadaku. Sebisa mungkin kutahan sesak di dada demi melihat wanita lembut itu tersenyum.

"Aku bahagia, Bu." Kuulas senyum semanis mungkin sambil menatap mata sayu milik wanita yang telah begitu menyayangiku selama ini selayaknya anak kandungnya sendiri.

"Syukurlah." Wanita paruh baya itu membingkai wajahku kemudian mencium keningku.

"Sekarang, kamu telah jadi seorang istri, juga seorang Ibu, Nak. Tanggung jawab yang kau emban begitu besar. kuharap keputusanmu ini adalah yang terbaik," ucapnya meneteskan air mata.

Aku memeluk tubuh berbalut kebaya berwarna cream lembut itu erat. Ingin kutumpahkan segala sesak yang menghuni hati ini, tetapi tak sanggup menyaksikan gurat kecewa di wajah wanita yang sangat kusayangi ini.

"Temui suamimu, Nak! Dia menunggu di luar." Ibu meraih jemari ke dua tanganku dan menarikku lembut untuk beranjak dari dudukku. Dengan langkah berat menuju ruang tengah yang telah dihiasi banyak dekorasi indah. Mas Hanif menatapku sekilas, kemudian mengalihkan pandangannya pada sosok bocah bergaun merah muda yang tersenyum manis ke arahku. Bocah itu melambaikan tangannya kemudian berdiri menyambutku. Tangan kecilnya menggenggam tanganku dengan senyum sumringah menuntunku duduk di samping ayahnya.

"Aunty Maura sekarang jadi Bundaku 'kan?" Mata bening itu menatapku penuh harap. Aku tersenyum mengelus pipinya kemudian mengangguk perlahan. Senyumnya langsung merekah.

"Sekarang Boleh dong, Nanda panggil aunty, Bunda?" Celoteh bocah berjilbab senada dengan gaunnya itu riang.

Aku kembali mengangguk, terasa embun sudah memenuhi sudut mataku. Bocah berlesung pipi itu sangat manis dan cantik, persis almarhumah Ibunya. Aku menunduk menahan gemuruh di dadaku, teringat Kak Melinda yang meninggal lima tahun lalu saat melahirkan Ananda.

Tangan kecil Ananda tiba-tiba meraih tanganku kemudian menautkannya di jemari Ayahnya. Aku lupa, belum berjabat tangan dengan Mas Hanif. Canggung terasa mencium punggung tangan lelaki itu. Mas Hanif tersenyum kemudian meraih kepalaku lembut lalu mencium pucuk kepalaku setelah melantunkan doa pengantin.

Ananda bertepuk tangan sambil mencium kedua pipi kami secara bergantian. Dia memang dekat denganku, sejak Ibunya meninggal. Ke dua orang tua Mas Hanif memang tidak tinggal di kota ini, mereka tinggal di kampung sehingga tidak ada yang bisa membantu Mas Hanif merawat Ananda saat dia bekerja. Aku sangat menyayangi anak itu. Tak jarang dia ikut aku di beberapa kegiatan kampus serta ikut kajian-kajian yang tidak terlalu jauh.

Keputusanku untuk menikah dengan Mas Hanif semata-mata karena permintaan Ibu dan Ananda. Ibu tidak mau berpisah dengan Ananda jika sekiranya Mas Hanif menikah dengan orang lain. Mas Hanif juga menerima permintaan Ibu untuk kebahagiaan anaknya. Aku tahu betul, Mas Hanif sangat mencintai Kak Melinda. semenjak kematian istrinya, dia tidak pernah dekat dengan wanita manapun selain diriku. Sesekali ia mengantar aku ke kampus dan kajian jika motorku bermasalah. Kami dekat layaknya kakak adik bukan karena cinta.

Mas Hanif adalah lelaki yang baik dan Sholeh, dia sangat menghormatiku dan selalu menjaga jarak denganku. Dia juga tahu kalau aku punya pria yang kuidamkan jadi suamiku dan itu bukan dia.

Kami berdua memutuskan menikah untuk kebahagiaan orang-orang yang kami cintai. Rasanya sakit, tetapi harus kujalani dengan ikhlas. Aku tahu akan berat menjalani ini, karena hati Mas Hanif pun masih untuk Kak Melinda.

Pesta berlangsung meriah, dihadiri oleh banyak kerabat. Mereka semua memuji kami. 'Sangat serasi' kata mereka.

Aku berusaha tersenyum menanggapi semua doa-doa baik dari segenap keluarga. Walau Pernikahan ini bukanlah yang kuharapkan dan diharapkan Mas Hanif, tetapi aku berharap Allah akan memberi kami kebaikan dalam pernikahan ini. Kami memang harus melatih hati untuk saling menerima agar pernikahan ini adalah pernikahan yang terakhir bagi kami.

Usai acara, aku dan Mas Hanif di bimbing masuk ke dalam kamar, tak lupa Ananda yang berada di gendongan ayahnya tersenyum ceria. Bocah itu terlihat sangat bahagia, tak hentinya senyum dari bibir mungilnya merekah. Dia benar-benar bocah yang menggemaskan.

"Ananda di luar dulu, yah! Ayah dan Bundanya mau kenalan dulu," ucap Ibu meraih Ananda dari gendongan ayahnya.

"Emang ayah sama Bunda belum kenalan? Bukannya Ayah sudah kenal Bunda lama?" Mata bocah itu berputar-puta bingung, tingkahnya sangat lucu. Aku dan Mas Hanif bertukar pandang, canggung jika harus berdua dengan lelaki yang sudah kuanggap kakakku sendiri.

"Ayah 'kan, kenalnya Bunda sebagai aunty, sekarang Ayah mau kenalan sama aunty sebagai bundanya Ananda," bujuk Ibu sambil mencium pipi gempil bocah itu.

"Oooo." Mulutnya membulat sambil mengangguk-angguk mengerti.

"Kalau begitu Ayah sama Bunda kenalan dulu, Ananda mau beli es cream dulu sama Oma," ucapnya memonyong-monyongkan mulutnya. Aku langsung mencium pipinya, bocah itu selalu saja membuatku gemas.

Ibu dan Ananda meninggalkan kami berdua di depan pintu kamar. Aku bingung harus bagaimana? Tanpa berucap sepatah katapun, Mas Hanif membuka pintu kamar dan melangkah masuk. Aku mengikuti langkahnya ragu, rasanya seperti ada batu yang begitu berat menahan langkahku. Lelaki berkulit sawo matang itu berbalik melihatku enggan melangkah masuk.

"Masuklah, aku mau mandi dulu kemudian ke mesjid untuk sholat," ucapnya tersenyum seperti biasa. Aku akhirnya masuk dan duduk di meja hias. Kubersihkan makeup yang masih menempel di wajahku. Suara gemericik air dari kamar mandi terdengar jelas. Rasanya aneh ada orang lain di kamarku. Kulepas gaun pengantin yang sejak tadi membuatku gerah. Hiasan kepala yang menempel di atas jilbabku terlihat sudah miring. Kulirik pintu kamar mandi, takut kalau Mas Hanif keluar sementara aku melepas jilbabku.

Banyak sekali pentul yang dipakai perias pengantin ini, membuatku kewalahan melepas hijab yang dililit beberapa kali di kepalaku. Alhamdulillah, akhirnya aku berhasil melepas hijabku bersamaan dengan itu pula Mas Hanif keluar dari kamar mandi. Sontak aku langsung berbalik menyembunyikan wajah melihat Mas Hanif tertegun memandangku.

Aku menarik nafas lega, saat kudengar pintu kamar terbuka. Mas Hanif pasti sudah berangkat ke mesjid. Ah, kenapa secanggung ini? Padahal biasanya aku bisa bercakap santai dengannya, walaupun kami sangat memperhatikan jarak tetapi kami tidak secanggung itu.

Aku merebahkan tubuhku di kasur. Rasa lelah dan mengantuk setelah acara walimahan tadi membuatku ingin memejamkan mataku sejenak. Sengaja aku berpakaian rapi dan tertutup untuk menjaga kalau-kalau Mas Hanif masuk ke kamar saat aku tertidur.

Baru saja mataku terpejam, suara ketukan dari luar membuatku terjaga.

"Assalamualaikum, ada tamu yang menunggu di luar?" sahut Mas Hanif dari balik pintu.

Gegas aku masuk ke kamar mandi untuk membasuh wajahku. Kepalaku sedikit pusing karena bangun dengan terburu-buru.

Segera kususul Mas Hanif ke luar kamar, lelaki itu melangkah menuju ruang tamu.

"Mas, Hendra!" Jantungku seolah berhenti berdetak, mulutku kelu melihat sosok lelaki yang tengah serius berbincang dengan Ibu.

Aku tidak tahu, harus melangkah menemuinya atau masuk kembali ke dalam kamar.

Lanjutan ada di KBM app
Judul : Mantan Suami Kakakku
Penulis : Iank Maryam

https://read.kbm.id/book/detail/24d4...0-2b21240e3d14
bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
1
435
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan