Kaskus

Story

iblast867583Avatar border
TS
iblast867583
Buku vis a vis Handphone
Menurut Aristoteles manusia dikodrati oleh rasa ingin tahu. Secara sederhana manusia memburu pengetahuan, karena cara ia mengada dibantu melalui hal itu. Buku yang kemudian sebagai kumpulan pengetahuan amat dibutuhkan bagi manusia. Akan tetapi, fenomena saat ini menunjukkan bahwa handphone lambat laun menggerus kesadaran manusia untuk membaca buku.

Handphone yang mula-mula memiliki tujuan alat komunikasi bergeser menjadi alat kesenangan diri. Dari sana ada aneka ragam pilihan yang bisa pengguna tentukan. Ambil contoh gim, media sosial, dan aplikasi tontonan. Pikiran lantas tidak karuan dengan alasan muatan kesenangan yang harus dituntaskan.

Kedudukan buku secara bersamaan diam mendekam begitu saja. Selama tidak ada perlu dia cuma menunggu sampai sang pemilik menyentuh. Di sisi lain, debu yang menempel pun kadang kala tidak mau tahu sehingga tumpukan kata kian membeku tatkala handphone yang selalu mendekap setiap waktu.

A. Makhluk Digital

Kegandrungan manusia terhadap handphone didasari oleh kondisi makhluk itu sendiri, yakni makhluk digital. Makhluk digital ialah sebutan untuk ke-mengada-an manusia yang merentang di dunia digital. Ia sekonyong-konyong dapat berakhir dan terlahir kembali sesuai kehendak hati.

Kaitan dengan buku ialah keterarahan manusia ke dunia tersebut terbilang besar, sementara di dunia alamiah malah berkurang. Akibatnya, kesadaran manusia terus bergelayut pada handphone dan buku merupakan urusan terbelakang.

B. Kebertubuhan

Sebagaimana telah disinggung di muka terkait persoalan cara mengetahui menuju ke cara mengada. Dalam hal ini tubuh yang memiliki peran utama. Tubuh sebagai modus dari mengada pada dunia berpartisipasi dengan benda-benda berdasarkan indera.

Hubungan antara manusia dan handphone dilatarbelakangi sensasi. Makna sensasi di sini dapat diartikan penyatuan, lantaran tubuh ialah kemungkinan aksi. Adapun handphone merupakan sasaran aksi yang bersedia dikerjakan.

Manusia melihat handphone semacam benda yang bisa dimainkan. Setelah bermain dengan handphone manusia lalu mendapat kesenangan. Oleh karena itu, keadaan demikian membuat manusia lebih memilih handphone daripada buku yang berkutat di ranah bacaan. Tabik.

Referensi
Jurnal Filsafat Driyarkara Tahun XXVII No. 3/2004.
Majalah Basis Nomor 07-08.
M.A.W. Brouwer. Badan Manusia dalam Cahaya Psikologi Fenomenologis. Jakarta: PT Gramedia, 1986.


© MG - 2023


amekachiAvatar border
amekachi memberi reputasi
1
487
2
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan