Jimmy Eat World adalah grup band dari Tempe, Arizona. Nama itu diambil dari gambar krayon yang menggambarkan seorang bocah bernama Jim memakan bola dunia. Namun perjalanan karir selama 30 tahun membuat grup ini memasuki mode reflektif: Akankah mereka terus “memakan dunia” lewat musiknya?

Sempat Gamang

Di era pandemi, banyak karir terhenti begitu saja, dan menyeret bisnis untuk kolaps. Hal itu juga dirasakan di industri musik. Tak terkecuali grup band dengan jutaan penjualan album, seperti yang dialami Jim Adkins.

Kelompok musiknya bernama Jimmy Eat World, masih manggung kesana - kemari selama hampir 3 dekade. Ia bilang, "Kupikir inilah yang akan kita lakukan." Namun ketika pandemi muncul, prospek jangka panjangnya menyisakan keraguan, "Aku masih belum memberikan keseriusan penuh terhadap apa yang akan kami lakukan dalam hidup."

Lebih Kontributif

Band beraliran emo - rock tersebut sudah menelurkan 10 album. Banyak lagu yang menjadi hits, seperti "Pain", "Work" dan tentu saja "In the Middle" yang sering di-cover oleh musisi lain. Selain itu, lagu mereka yang berjudul "555" diadaptasi menjadi buku komik.

"Kupikir kita selama ini terlalu sering mengambil atau mendapatkan, ketimbang berkontribusi atau memberi nilai kepada yang lain. Lagu 555 ini tentang perubahan pola pikir itu."

Berkisah tentang makhluk galaksi bernama KLAARG, komik yang diadaptasi dari lagu tersebut berkisah tentang sisi manusiawi saat hidup di bumi dimana siapa mendapat apa lebih dipertimbangkan daripada bagaimana kita memberi.

Move – On

Prestasi itu terus berlanjut. Yang terbaru, mereka mengeluarkan single berjudul "Something Loud" pada tahun '22 kemarin.

"Grup ini sudah bermusik selama hampir 30 tahun dan banyak pengalaman yang kami dapat. Namun tentu saja, hal - hal berubah setiap waktu dan mengganti yang lama. Lagu "Something Loud" berbicara tentang itu, dimana ada saat - saat kita enjoy dalam melakukan sesuatu dan ada waktu tertentu dimana kita bilang, "Hey, ini sudah tidak relevan untuk saat ini". Membiarkan hal itu pergi, atau menarik diri kita kepada sesuatu yang lebih relevan untuk dilakukan saat ini."

Persis dengan potongan lirik dalam lagu itu, "There's a moment that you die / Or you move on to live". Adkins menambahkan, "Setiap dari kita melakukannya."

Bigger Picture

Lagu "Something Loud" juga bercerita tentang pengejaran manusia. Hal - hal yang dulunya ingin dicapai beralih, dari hal - hal seperti euforia, pesta dan kesenangan beralih kepada pencarian untuk sesuatu yang lebih besar dari hal - hal itu. Selain itu, lagu ini mengisahkan keadaan yang dialami band tersebut. Adkins bilang, "Yah, kami belum memiliki kesepakatan rekaman lagi. Kami free agents. Tidak ada keharusan untuk bermain dengan pihak - pihak tertentu. Itu artinya kami bisa melakukan apapun sesuai harapan kami.”

“Jadi apa yang ingin kami lakukan? Album baru? Entahlah, meski secara bahasa kami terbebas dari aturan, namun ada satu hal yang mungkin bisa kami lakukan saat ini, yaitu lebih sedikit porsi bermain musik namun sering. Mungkin itulah harapan kami, kalau boleh disebut harapan."

Senior yang Spontan

Namun meski terhitung senior dalam dunia musik, hal itu tak lantas membuat grup band itu kehilangan daya spontanitasnya. "Dalam band kami ada satu sisi dimana kami mengizinkan kepolosan bermain, seperti seorang bocah berumur 19 tahun yang suka tidur dimanapun ia suka dan penasaran bagaimana ia akan hidup dengan kebiasaan uniknya. Band kami membiarkan sisi remaja dan kemudaan tetap tinggal di beberapa sudut, dan kami pikir itulah yang membuat kami bertahan."

Manggung & Percaya

Grup musik yang berasal dari Tempe, Arizona itu masih menjadwalkan beberapa konser di penjuru United States dan tak menutup kemungkinan untuk tampil di belahan lain seperti Eropa. Namun seiring meningkatnya jam terbang, mereka menggeser haluan mereka saat mengadakan konser.

"Kupikir satu hal yang penting belakangan ini adalah, saat kami manggung entah bagaimana capeknya saat perjalanan konser, atau bagaimana repotnya bertemu dengan hal - hal diluar yang telah kami persiapkan, penting untuk kami ingat bahwa kita harus sedekat mungkin dengan netralitas. Pergilah ke atas panggung sambil tidak mengharapkan apa - apa, dan berikan kesempatan kepada konser itu agar berjalan sesuai kehendaknya."

Empat sekawan itu juga sepakat untuk lebih menghargai prestasi sekecil apapun. Mereka merayakan tiap - tiap malam baik setelah acara manggung selesai atau pas kumpul - kumpul bersantai di belakang rumah mereka dengan lebih apresiatif. Kemenangan - kemenangan kecil itu menjadi tampak lebih bermakna.

Sebagai Observer

Berkarir selama hampir 30 tahun juga membuat mereka lebih reflektif, "Kupikir kami menjalin hubungan bagus dengan pola pikir itu. Maksudku, dulu kami sering berpikir kami harus pergi ke tempat tertentu, bertemu dengan seseorang dan melakukan hal - hal tertentu. Pola pikir itu sungguh adiktif. Itu membuat kami tidak bersyukur atas hal - hal yang telah kami raih, dan hanya menguras energi untuk target keinginan yang manipulatif."

"Aku merasakan hal itu sebagai manusia, dan kupikir aku tidak sendiri, namun seiring berjalannya waktu, kami terus membuat musik. Meski begitu, mindset itu masih ada, tapi sudah tidak sebanyak dulu, dan yang kualami sekarang adalah aku tahu kalau aku tak harus mendengar pola pikir tersebut."



Sumber Referensi:

https://loudwire.com/jimmy-eat-world...ud-song-video/

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Jimmy_Eat_World

https://amp.theguardian.com/music/20...kins-interview

https://www.forbes.com/sites/steveba...h=739ad20c11a3