Kaskus

News

iblast867583Avatar border
TS
iblast867583
Kepala Kosong

Kepala Kosong yang lagi duduk bersila seketika menangis dan tertawa. Suara itu amat menggelegar hingga maling sampai menghentikan aksi. Didorong rasa penasaran seusai menjarah beberapa barang ditemuilah Kepala Kosong dengan tatapan mata yang kosong juga. Maling berjalan perlahan supaya Kepala Kosong tidak merasakan kehadiran seseorang. Ketika berada di belakang Kepala Kosong golok milik maling bersarang pada leher depannya.

“Sedang apa kau?” tanya Maling.

“Saya lagi menjemput kematian,” jawab Kepala Kosong.

Sekonyong-konyong tatapan mata Kepala Kosong yang tadi kosong kini berganti tajam disertai suara tenang dan tegas.

“Dilihat sekilas kau macam orang gila, tetapi sungguh luar biasa hartamu berlimpah. Jadi, apa maksudmu?”

Kepala Kosong kala itu langsung tertawa.

“Maukah kau mendengar sebuah cerita?”

“Ayo ceritakan”

Maka Kepala Kosong mulai bercerita. Lebih kurang lima tahun lalu Budi datang dan mengajak duel Kepala Kosong. Mereka merupakan orang-orang bersengketa sejak dalam perguruan silat. Jalan pertandingan cukup seru dan disaksikan bersama para warga. Saling adu jurus kemudian tidak terhindarkan hingga ada momen fatal berupa reflek Budi terlambat seperkian detik untuk menghindari serangan Kepala Kosong. Segala pukulan maupun tendangan tertuju ke titik-titik vital badan Budi. Gerakan yang memukau membuat penonton seperti melihat orang menari. Namun, di balik itu menyimpan dampak yang mematikan.

“Kau jangan menyesal,” kata Budi, “aku bakal mati.”

Tidak berselang lama Budi mati. Kepala Kosong sekonyong-konyong merasakan hati yang kosong. Sekalipun dia tertawa, karena menjadi pemenang. Namun, terbesit pula rasa sedih yang disimpan sendiri. Lapangan yang mula-mula lapang seakan sempit. Angin yang menyejukkan lambat laun menyesakkan.

Akhirnya, Kepala Kosong menjual rumah pemberian orang tua. Kepala Kosong ialah anak semata wayang. Usia lima tahun ayah Kepala Kosong berpulang. Beranjak ke SLTA gantian sang ibu yang menyusul ke sana. Hidup sebatang kara tidak membuat Kepala Kosong payah. Kepala Kosong memilih bekerja dan berlatih silat demi bertahan hidup.

Rumah yang dijual dengan harga pas-pasan sebagai modal Kepala Kosong berjalan ke sana kemari. Bos yang melihat kerja keras Kepala Kosong selama dua tahun mengangkatnya pada posisi sekretaris. Di sisi lain, tanpa sepengetahuan Bos, Kepala Kosong menjalankan usaha bersama Kacung. Uang sisa dari penjualan rumah digabung antara hasil pekerjaan dan usaha kepemilikan. Memasuki tahun ketiga Kepala Kosong kemudian berhasil membeli rumah juga aneka perabotan.

Sekonyong Kepala Kosong ingat bahwa di leher dia ada golok milik maling. Dan, sekonyong juga ingat bahwa dia lagi menjemput kematian.

“Jika kau mau, maka gorok saya.”

“Apa ada perkataan terakhir?”

“Matilah pada saat yang tepat.”


© MG - 2023


0
134
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan