muthialaqilahAvatar border
TS
muthialaqilah
Meningkatkan Generasi Cinta Buku Melalui Budaya Literasi


Budaya literasi identik dengan kemajuan suatu negeri. Kegiatan literasi menjadi acuan paling utama menuju kehidupan yang berkualitas. Masyarakat diwajibkan untuk mengembangkan setiap aspek literasi dalam kegiatan sehari-hari. Literasi bukan hanya sebatas membaca dan menulis seperti definisi umum yang selama ini kita kenal. Literasi jauh lebih dalam daripada itu. Literasi merupakan kegiatan yang membantu setiap individu meningkatkan kemampuan berbahasa, menyimak, mengomunikasikan, mempersepsikan, menganalisis dan menerima informasi.

Meskipun ada banyak sekali kecakapan yang disajikan oleh budaya literasi, membaca tetap menjadi fokus tertinggi untuk menjadikan suatu generasi memiliki pemikiran yang maju. Hal tersebut sangat berkolerasi pada tujuan negara Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang terdapat pada alinea keempat pembukaan UUD RI 1945. Bangsa yang cerdas adalah mereka yang mampu turut serta berkontribusi dalam ranah wilayah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dunia. Tanpa membaca, pendidikan di tanah air akan kurang mampu mengkondisikan kemajuan peradaban yang begitu pesat dan cepat pergerakannya.

Namun sayangnya, tingkat budaya literasi di negara Indonesia belum begitu selaras dengan tujuan kita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Kecintaan terhadap membaca masyarakat Indonesia masih sangat kurang. Di zaman ini, buku tidak lebih menarik dari sebuah benda kotak berukuran 5 inch yang memiliki jaringan internet. Seolah-olah tangan kita hanya ditugaskan untuk menggenggam satu hal, bukan mencapit kedua ujung buku dengan ratusan halaman. Padahal, Salah satu founding father kita memilih dipenjara asal bersama buku. Sedangkan generasi sekarang lebih memilih memenjarakan diri bersama ponsel—yang bila tidak bijak menggunakannya—akan menjadi senjata yang memakan tuannya.

Hal tersebut sudah dibuktikan dengan data dari UNESCO yang menyebutkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya mencapai 0,001%. Itu artinya, hanya ada 1 dari 1000 orang yang gemar membaca. Begitupun dengan riset bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked dari Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 yang menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara dalam minat baca. Alhasil, Indonesia berada persis di bawah Thailand yang berada di peringkat ke-59 dan hanya berdiri satu tingkat di atas Bostawana di peringkat ke-61. Kedua tinjauan pustaka tersebut hanya sebagian kecil dari penelitian lain yang juga mengungkapkan bahwa Indonesia meraih ranking pertama pengguna ponsel terlama di dunia, berdasarkan laporan firma riset Data.ai tahun 2020 lalu.

Sungguh memprihatinkan saat menerima fakta bahwa infrastruktur untuk membaca di negara Indonesia dikabarkan jauh lebih baik dibandingkan Eropa, akan tetapi pada saat yang bersamaan Eropa juga memenangkan posisi minat baca yang jauh lebih tinggi. Padahal, setiap dari kita sudah diperkenalkan dengan buku sejak masa kanak-kanak untuk belajar mengeja huruf dan kata, kata ke kalimat, kalimat sampai paragraf, hingga paragraf yang membentuk sebuah gagasan atau cerita. "Buku adalah jendela dunia," katanya. Semua orang sudah tahu betul bahwa tidak ada yang lebih baik bobot pengetahuannya dibanding buku. Meskipun saat ini era literasi digital sudah menyebar luas dan menyuguhkan berbagai sumber ilmu yang bisa diakses secara mudah—podcast ataupun konten edukasi di aplikasi Youtube—namun tetap saja buku merupakan medium pembelajaran nomor satu di antara medium-medium yang lainnya.

Di samping Indonesia mengalami krisis membaca dalam beberapa tahun terakhir dan diperparah oleh kecanggihan gadget, kabar baiknya adalah pemerintah Indonesia telah berusaha dan berjuang dalam meningkatkan minat literasi masyarakat. Salah satunya melalui diluncurkannya aplikasi perpustakaan digital bernama iPusnas sejak 16 Agustus 2016. Aplikasi tersebut sangat membantu para pembaca yang menginginkan bacaan praktis nan gratis dengan fitur yang persis seperti media sosial. Hanya saja, pengunduh iPusnas tahun 2021 yang berjumlah 275 ribu masih kalah dengan pengunduh aplikasi TikTok yang berjumlah 92,2 juta di tahun yang sama. Tentu saja, hal tersebut menunjukkan selisih yang sangat besar antara para pengguna yang menghabiskan waktu untuk membaca buku versus menonton konten. Meskipun tak bisa dipungkiri bahwa selain hiburan, TikTok juga mampu memberikan konten edukasi. Begitupun begitu dengan iPusnas. Bukan hanya edukasi saja yang disajikan, ada juga novel berbentuk digital yang dapat menjadi hiburan di waktu luang. Namun, kedua hal tersebut kembali bergantung kepada kesadaran masing-masing individu. Akankah kesadaran membaca menuntunnya pada kehidupan yang lebih baik atau tetap menghabiskan menit permenit untuk menggulir layar di ponsel pribadi? Semua sudah tahu membaca buku itu penting, tapi tidak banyak yang sadar bahwa membaca buku itu asyik.

Maka dari itu, pemerintah wajib memberikan solusi yang jauh lebih baik guna meningkatkan minat baca di Indonesia. Tentunya selain hanya sebatas menciptakan aplikasi perpustakaan digital. Para petinggi negara perlu memerintahkan setiap jajarannya untuk meningkatkan kesadaran berliterasi di masyarakat. Tak perlu pandang bulu dan tak peduli berapapun usianya, membaca buku tetaplah perlu. Pemerintah sebagai pusat pembentukan negeri bisa memberikan gambaran positif dari literasi. Contoh yang bisa menjadi rekomendasi adalah dengan terus mempertahankan dan mengembangkan program Duta Baca di setiap Kabupaten/Kota sampai Provinsi. Generasi Z dan Millennial perlu terus diberikan kesempatan mengembangkan pengaruh literasi yang sebesar-besarnya. Sebab, mereka semua adalah para kaum muda yang menjadi wadah penentu arah langkah negara selanjutnya.

Selain itu, pemerintah perlu juga menyebarkan pentingnya literasi melalui berbagai penyuluhan ke berbagai wilayah kecil di Indonesia. Tak lupa bahwa yang terpenting dari itu semua adalah pemerintah harus memudahkan masyarakat mengakses bacaan. Karena selama ini, minimnya ketersediaan buku baik itu di perpustakaan sekolah ataupun tidak adanya perpustakaan itu sendiri—menjadi faktor terbesar para pelajar menjadi kesulitan menambah wawasan di luar jam pelajaran. Pemerintah bukan hanya fokus membangun infrastruktur industri saja, tapi juga harus menyediakan buku yang bisa dijangkau semua kalangan. Contohnya dapat melalui pengelolaan akses perpustakaan keliling dan program-program membaca konsisten di setiap jenjang pendidikan. Merupakan ide yang cukup membantu bila pemerintah mulai mendirikan pojok baca bukan hanya di instansi besar pemerintahan saja, melainkan juga di kantor-kantor desa dan perusahaan swasta.

Tugas meningkatkan literasi adalah tugas kita semua. Bukan hanya dititikberatkan kepada pemerintah atau Duta Baca saja. Para pegiat literasi di media sosial seperti reading community, bookstagrammer dan book reviewer pun telah turut bahu membahu mengajak masyarakat untuk cinta membaca. Tinggal bagaimana tugas kita untuk sadar bahwa membaca bukanlah sekadar hobi yang dimiliki segelintir orang saja. Membaca adalah kebutuhan kita semua.

Membaca adalah pelabuhan yang siap melayarkan kapal-kapal ilmu. Kapal yang tidak akan bisa hidup bila tak ada unsur penggerak berupa buku. Kapal-kapal dari perusahaan literasi sama-sama mengarungi samudera pengalaman dan pengetahuan yang luasnya tak terbatas.
Buku adalah jendela dunia dan membaca adalah kuncinya.
Salam literasi.








Daftar Pustaka
Kominfo.go.id. 10 Oktober 2017. TEKNOLOGI Masyarakat Indonesia: Malas
Baca Tapi Cerewet di Medsos. Diakses pada 24 Januari 2023, dari https://www.kominfo.go.id/content/de...sorotan_media.
Uici.ac.id. 1 September 2022. Tujuan Negara Republik Indonesia dan Cara
Mencapainya. Diakses pada 24 Januari 2023, dari https://uici.ac.id/tujuan-negara-rep...k-mencapainya/
Kemendikbud.go.id. 23 September 2022. Pentingnya Budaya Literasi. Diakses
pada 24 Januari 2023, dari https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/...udaya-literasi
Masyono.staff.ugm.ac.id. 5 Februari 2018. Aplikasi iPusnas Perpustakaan Nasional
RI, Meningkatkan Minat Baca, Mencerdaskan Bangsa. Diakses pada 24 Januari 2023, dari https://masyono.staff.ugm.ac.id/2018...daskan-bangsa/
Idntimes.com. 3 Agustus 2021. Pengguna iPusnas Perpustakaan Nasional Meroket
Saat Pandemik. Diakses pada 24 Januari 2023, dari https://www.google.com/amp/s/www.idn...-saat-pandemik
Celebrities.id 14 September 2022. Deretan Negara Pengguna TikTok Terbesar,
Indonesia Termasuk? Diakses pada 24 Januari 2023 dari https://www.google.com/amp/s/www.cel...ermasuk-g4T29U

Picture source : Pinterest
Diubah oleh muthialaqilah 09-02-2023 04:23
0
891
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan