anasaufarazi810Avatar border
TS
anasaufarazi810
Tragedi Berdarah Gedung Teater
Di kawasan gedung ballroom malam itu sedang diadakan pementasan, tema tidak lain Oblemov dan Bunga Tidur Abadi juga Faus. Yang belakangan ini dinyatakan paling ditunggu-tunggu sebab drama demikian sudah diagungkan penonton s’Gravenhage sejak 1913 ke bawah.

Para penamu mendudukan diri ke barisan bawah tribun juga balkon berdinding putih itu dipenuhi tamu khusus, mereka tidak bukan Mr.Kohler dan kerabat dekat. Masih sesama penyuluh perusahaan. Dan di bawah muncul kelima wanita undangan, Norah, dan ketiga orang penting masih sejawatan komisaris besar kepolisian. Dan Amanda juga Maria. Mereka berdua berpakaian jas putih lengkap kaus kaki kelabu juga kasut cabaret. Mengkilat diterpa penerangan berupa bolam-bolam besar mirip bola disko.

Di depan panggung nampak ditutup kain lebar juga di tepian mentereng lampu ungu dan kuning kelap-kelip persis kunang-kunang. Terdengar di kejauhan gesek violin ditabuh tabla mirip paduan Bosanov juga Traviata. Kain raksasa membelah terbuka, memunculkan perempuan berjemari lentik menari-nari opera, juga muncul kelima lelaki berbaju pangsi, bertopi maskot, nakhoda. Mereka berirama bersama menyatukan suara semakin tinggi dan perempuan di tengah maju melongok, mencerocos dalam lidah Prancis juga Rigoletto dimainkan pria pertama masuk panggung.

Opera romantikan terus menderu, sebagian penonton bertepuk puas, sesi terjeda dengan undangan-undangan menghabiskan makanan ringan berupa kue bermacam-macam bentuk juga aroma susu lebih banyak menyertai meja hidangan. Di barisan pengantri mendekati ruangan perokok berat, nampak wanita mengamati diam-diam di sekitar ramai orang-orang berdasi juga bergaun cembung pada pundak, berhias monseur sampai madame menarik pasangan sendiri-sendiri ke pojokan merokok-rokok menjauhi wartawan, tapi bidikan Fujica tak pernah aus membikin pengabadian, peristiwa. Juga Maria mengajak Amanda merokok.

Di samping kabin luas berisi pembesar-pembesar itu perempuan barusan mendengarkan percakapan mereka. Norah tahu-tahu muncul minta gabung, Maria selintas melirik tajam perempuan itu, “Apakabar puteri? Esta van Grande, kemana belakang?” sapanya memandang mereka.

Seketika Amanda tercengang di tempat, nampak wanita berusia tiga puluhan itu persis Sarah namun tinggi badan cukup seratus enam delapan. Sedang Sarah 173. Matanya bulat dengan bulumata mengintip sayup-sayup di belahan mata besarnya. Bajunya jas hitam dengan rambut diikat pita hijau cerah dan berikat pinggang putih. Juga sepatunya pantofel tipis. “Anakmu? Ia persis sekali waktu sekolahmu dulu itu.”

“Bukan!” senyum Maria terpaksa. “Ia adikku sendiri, Amanda Dee. Hanya ia membuang marganya. Jadi Amanda Tillar. Mungkin kesetujuan datang dari sana?”

Amanda menjembik memonyongkan bibir, membuang muka.

“Maafkan jika mengganggu, kalian berjas sama, ngomong-ngomong.” katanya membisik.
“Selamat keberhasilan kelompok milikmu.” berakhir menutup mulut dengan setangan, menyengir dalam tatapan mengintimidasi.

“Mohon jangan ribut, kami punya banyak mata di mana pun, polisi sepertimu takkan hidup jika bukan sokongan keluarga.” kata Maria mengancam, menyayat potongan bronis, memakan sambil memandang dengki.

“Siapa berani mengusik kelompok besar? Kecuali ia mau mati malam ini.” katanya memancing pandangan orang-orang sekitar.

Mr.Kohler meletakkan pisau di atas piring, menuding telunjuk ke Maria. Jauhilah dia, katanya.

“Jangan pergi jika memang mulia. Buktikan kalian bukan kucing jalanan. Harini banyak perkumpulan, mereka mengataskan setan, tapi tidak satu pun menduduki kekuasaan. Kalian ada untuk menindih kaum proletar.”

“Aku meminta baik-baik, pergilah Norah.”

“Sebelum ini katakan ke setan manis sebelahmu itu, kalian sanggup gagah di benua seberang, di kepulauan? Semua tinggal dongeng. Kecamkan itu.” Norah meninggalkan mejamakan dalam kabin luas dan Amanda tak berhenti memandang dengki perempuan itu.

“Mungkin kebencian itu wajar. Ia mantan juga sepertiku. Heidy sering mengajak ia ritual tapi dulu. Sekarang tidak.”

“Siapakah wanita itu?” tanya Amanda.

“Sejak belasan tahun kami bekerja menyesatkan. Ia Norah. Norah Allen. Wanita itu dikisarkan punya kewibaan tinggi, mudah mengapa begitu, ia sendiri berkemampuan besar di mana sassus mengabarkan. Norah pencetus Numerian degenerasi kedua. Artinya ia perombak hukum-hukum falsafah tentang manifesto satanian. Jadi adikku, ia berbahaya. Tapi harini semua tidak berarti, kita adalah keluarga besar. Mereka kalau toh menyerang sebatas induksi semut menggelitik kaki raksasa.”

“Tapi ia menyadari aku bukan manusia.” Amanda merendahkan dahi membisiki kakaknya.

“Tenang sayang, ada banyak orang kita di kamarbola malam ini. Jika ada ancaman, perempuan itu tak bakal jadi komisaris. Mudah memecat kucing yang sudah diusir dari rombongan.”

Pementasan mendekati sumbu peledak: di pojokan serempak kompi orkester membikin seremoni tembang. Menyanyikan suara tinggi. Suara dibubung jauh ke malam penuh gempita dengan kemunculan perempuan berpakaian balerina dengan sayap capung, ia melenggok juga menyingsing belahan rambut. Memandang takjub penonton di susul iringan trumpetis juga trombone menaikkan acara makin membesar—serumpun wanita bersayap capung itu dilempar di atas putaran-putaran kepala lelaki bersuit sirkus.

Sambutan penonton membludak juga menutup auditorium sementara waktu, mereka mengira pementasan selesai namun di tengah-tengah lampu remang-remang muncul perempuan berpelvis putih, bersepatu lars kulit. Ia menyanyikan Bunga Tidur Abadi. Diikuti pemandangan penonton terkagum-kagum, sehabis penyuguhan itu wanita di depan melempar pelvis, menarikan gerakan-gerakan swing seorang diri. Sedangkan fonograf mematikan musik, wajah wanita itu mengeras, memandang mendelik melompat menggelantung ke kristal-kristal bolam besar, berpindah-pindah, berhenti di atas kepukauan penonton: terkepak-kepak sayap lebar begitu mengerikan dengan cakar-cakar menjulur. Menguasai kecenungan orang-orang.

Makhluk itu manusia dengan sayap kelelawar. Tidak lama wajahnya mengelupas jadi mencair di atas perempuan gemuk sedang riang bertepuk. Jatuh liur panas ke rambut lebarnya, sesaat ia mencium baunya, tiba-tiba airmukanya Cumiik menjerit disusul kanan-kiri menjauhi perempuan itu: ia sudah meleleh jadi daging mendekati mayit busuk!

Keramaian terbelah tak terkendali juga perempuan kelelawar itu mengayun dari lampu kristal besar lain ke lampu kandil besar seterusnya memerciki penonton dengan serangan liur panas. Sebagian terbesar selamat memilih menjebol pintu sambut, juga sebagian terbesar tewas merintih, memuntahkan cairan serupa lendir diikuti matanya mencair, seperti tuangan lilin panas.

Maria menampakan diri di barisan keributan, ia tidak menghiraukan teriakan Mr.Kohler yang berteriak di pintu khusus untuk keluar gedung. Amanda berdiri di balkon didampingi dua pembantu setianya. Di kejauhan sana panggung jadi pemuncakan peristiwa berdarah, semula opera penuh kesenangan kali ini kelindanan membikin semua-mua tercekik.

Perempuan kalong itu mendarat menjalar-jalar ludah api ke pemain-pemain orkester hingga peniup trumpet seketika kering jadi belulang. Maria menguap membosankan, itu kata belakangnya. Ia duduk-duduk di tengah keributan juga bolam jadi merah muda hingga mirip balai dansa pernah dikunjungi dirinya.

Meredanya kekacauan tidak muluk mengeyangkan makhluk terkutuk itu, ia mengejar sisa penonton menggondol punggung mereka menarik dengan belahan taring, menyangkutkan ke atas lampu hingga satu persatu manusia tertawan dengan rantai mengikat kedua belah tangan tinggi-tinggi.

Muncul sekelubut api menerjang panggung opera sudah porak-poranda, setitik sayap melesit–menutup–ke belahan punggung perempuan itu, wanita itu tidak telanjang melainkan mengenakan suit lentur biru pekat. “Bagaimana pertunjukan malam ini?” tanyanya menidurkan separuh badan dengan topangan tangan kiri menyanggah kepala di atas piano grand tertutup.

Maria menepuk-nepuk tangan tersenyum sumringah, kemudian berdiri dengan tenang dan melempar tembakau cukup jauh ke tengah perempuan itu. Tembakau menggelinding ke tepian panggung, perempuan bersuit gelap itu terbang menyalakan cerutu kemudian melayang ke atas kepala Maria. “Turunlah dari kepalaku keparat!” gampratnya memukul kasut besi perempuan itu.

Ia tertawa melengking kembali mendarat rendah di tengah kesunyian. “Semoga senang Nyonya?”

“Aku tidak idiot. Kemunculanmu mendatangi kami di rocksalon tidak bukan mengandung maksud. Nah, reuni malam ini benar-benar terjadi, keonaranmu tidak mengindahkan pangkat besarmu. Adakah komisaris begini? Apalagi ia perempuan.”

“Masalahmu tidak pernah jauh dengan kami. Kemarin muridmu malah membunuh puluhan pengunjung, aku? Separuh saja. Di mana lelaki itu? Nikmat sekali jika ia menerima cendermata liur itu.”

“Senjatamu menjijikan!” bentak Maria. Menerangkan dengan airmuka tenang. “Aku sadar kau punya urusan lain, mengapa begini terjadi, tanpa pernah kita omongkan?”

“Kau dulunya lebih menjijikan jalang. Kesukaanmu tidak lain memanjakan burung. Mirip saudarimu sendiri mengatakan itu.”

“Kami sudah tidak pernah bertemu, aku percaya kau menjebakku untuk melakukan balas dendam atas kematian Nina atau Gladys. Tegasnya kau sendiri membikin garis perlawanan, bukankah kau meniru-niruku membawa kas berisi uang kemudian pergi ke Karakum? Lucu sekali mirip namamu. Norah. Perempuan mengandalkan nafsu serakah. Mengejanya secara Eropa jauh lebih menunjukan pribadimu. Peranakan buangan!”

Norah geram menumbuhkan cula di belahan kepala, masih berusaha damai. “Adakah orangtuamu pernah menanyakan kabarmu? Adakah mereka menyanyangi puterinya telat nikah atau mungkin tidak sadar mengencani lelaki belum sah? Adakah kau merasa sudah hidup berkimpoi mirip Heidy atau kandungan perutmu sudah melahirkan kehidupan? Tidakkah kau menyadari sekian dari atas, merasakan kenikmatan selain jadi abdi perusahaan, dan perusahaan mengartikan keuangan menguasai, duniamu!”

Maria terpekur mengepal tinju ke dalam saku celana pantalon putihnya, mengangkat pandang ke depan. “Setidak-tidaknya aku punya keluarga untuk jadi bagian di sana betapa merugi kau melepaskan cinta dengan menghabisi kurban: adakah mereka juga tidak memiliki cinta untuk menunggu kepulangan di rumahnya?”

“Mereka orang-orangmu, Maria, salahkah mematikan separuh korporasi dengan penyumbangan darah di malam megah ini?” Norah menyeringai menjadi kalong betina dengan airmuka mengerikan.

“Siapa sudah mengubahmu jadi keji?”

“Lelaki itu juga kau habisi bukan? Kita sepantaran dalam kedewasaan dunia harini Maria!”

“Keparat!” ia membuang muka. “Mau apa kau tawan pengunjung begitu? Bunuhlah mereka jika ingin membuktikan dirimu ratu paling binasa sepenuh peradaban harini.”

“Tentu tidak perlu kulakukan. Kalau mudah, telunjuk ini bisa mematahkan leher mereka untuk diangkut ke peti mati.”

“Sayangnya ini gedung orang, kami menyewanya, maka tidak patut kau mengokohi diri jadi setan di kediaman orang. Norah Allen.”

“Jangan panggil namaku pramuria. Hadapi jika martabatmu tidak jauh harga buah dadamu.”

Maria memanas ia mengangkat tangan kiri, menepuk-nepuk kedua tangan, di ketinggian terjatuh payung hitam kemudian dierat belahan tangannya. “Jangan lakukan kejahatan jika kau sendiri belum sudi ditindas.” perempuan itu menyorong pucuk payung tertutup dan payung berputar mirip bor besi, melayang menyerang bertubi-tubi Norah.

Norah menghindar di langit-langit besar auditorium dan menerbangkan sayap membikin dentum kejut seketika dinding memuntahkan debu, debu menggeliak jadi pusaran angin besar menelan Maria, yang terbang terhisap ke dalam puing pasir bangunan.

Norah tertawa-tawa di atas gambar raksasa operet: Oblemov, ia meneruskan serangan dengan menguatkan lapisan-lapisan membran belahan sayap seketika tubuhnya membesar jadi tiga ratus meter. Norah dalam badan besar berusaha menggencet pusaran badai pasir ke dalam tindihan tangan atas bawah. Namun perilaku virulen itu terpatahkan manakala meluncur Surti menusukan jagang kayu ke gendang kuping Norah. Perempuan raksasa itu meraung menjadi ciut dan jagang terpelatik menyerang Surti. Juga mereka berakrobatik beradu tongkat perunggu juga kedua kaki mereka melambat-lambat berkejaran miring di permukaan dinding.
Keduanya bertarung memainkan tongkat saling bertubruk begitu hebat hingga jagang mempuing hanguskan dinding opera. Surti menghindari tusukan berupa sambaran-sambaran tongkat pemukul bilyard pojok ruangan roksalon. Norah semakin garang mengikis pergerakan Surti yang berlari mengelilingi dinding. Surti terkapar dengan tangan komisaris wanita itu mencengkam kuat lehernya.

Matilah kau setan! Umpat Norah menekan leher Surti dengan jagang yang memanas. Surti hampir meregang nyawa. Tiba-tiba muncul tendangan kasut melempar dahi Norah ke kain lebar auditorium. Kain besar bercorak kupu-kupu merah muda itu membikin Norah seperti kelelawar yang terjaring sarang kupu-kupu raksasa.

Meisya membantu Surti, mereka memusatkan tudingan telunjuk ke bulatan sabuk perak di masing-masing perut, menyatukan aliran demonic kemudian tubuh keduanya lenyap. Norah kebingungan. Ia tak menemukan siapa pun hingga memutuskan mencari Maria. Sayangnya di tengah putaran tubuhnya melayang, menjangkau skene demi skene, nampak kilatan-kilatan guruh menyambar dirinya sepenuh lorong berisi jejaran pintu-pintu, belakang panggung. Ia berhenti ke bawah kandil-kandil padam hingga kandil-kandil itu menyala kuningan terang menghantar ribuan watt menyengat seluruh ubun-ubun Norah.

Norah terkapar setelah terdorong sejauh ratusan meter kembali ke atas panggung. Surti dan Meisya muncul di balik juluran-juluran listrik kemerah-merahan. Mereka menghambur memisahkan diri, berniat merobohkan tali-tali pemberat serupa karung, pengimbang horden besar, teater.

Surti turun diiringi Meisya melayang rendah, tak mereka sadar jauh di belakang debu hitam itu berubah jadi Norah. Norah terpingkal di tempat, ia jadi kelabu mengubah diri jadi awan api dan menyerang tanpa ampun. Surti terhempas menghancurkan barisan meja di atasnya puluhan gelas kaca. Meisya gelumpruk menindih punggung Surti yang sekarat.

Norah mendatangi mereka, mengangkat sayap, kemudian meluncur semburan api meluluhkan mereka keluar bentangan sayap mengerikan itu. Surti meleleh setengah wajahnya juga Meisya merengkuh tangan saudarinya. Amanda sadar-sadar memukul kepala Norah dengan peletik kasti hingga perempuan belakang ini terlempar meruntuhkan balkon hingga muncul Maria, yang mengerat belahan tangan menjatuhkan, balkon.
Bunyi besar menggaung membikin retakan lantai menganga akropolis. Maria menuruni reruntuhkan dan mengisyaratkan Amanda mengangkut Surti juga Meisya.

Amanda mengangguk. Membunyikan peliut berupa kepala kelelawar dari perak. Tidak jauh kekosongan lorong terdengar Harborus terbang ke atas ketinggian menghancurkan kandil-kandil dan turun menyelamatkan Amanda juga hermandadnya. Maria menginstruksi membebaskan tawanan jatuh dari kristal raksasa dan mengangkuti semua ke punggung Harborus. Makhluk anjing bersayap itu terbang dengan Amanda juga kelima orang semaput.

Maria menyapukan telunjuk membersihkan kerikil di atas jas putihnya. Ia membalik punggung di mana jauh di bawah kehancuran pelataran penonton nampak balkon terangkat tinggi-tinggi di bawahnya Norah. Norah geram setengah mati, ia tersengat dendam di pelupuk matanya, di mana ia melihat ibunya dihabisi. Maria. Maria melenyapkan diri di mana dinding pecah dilempar kencang ke arahnya. Norah mengamuk membinasakan seisi akropolis juga pedalaman gedung dibikin musnah dengan kedua belah mata bersinar-sinar, memuntahkan lautan api, hingga purnama penuh itu, ia terbang membubung sayap, lepas landas.

Keadaan gedung sudah berpuing dengan separuhnya terbongkar, menyisakan bongkahan stadium juga api menyengangar. Di bawah sana muncul sepasang sepatu perempuan, ia mengketuk tongkat rotan ke hamparan lantai membuang sisa-sisa pecahan batu, sampai akhirnya menemukan granit berwarna kristal:
Britanium.

Mengantonginya dan melenggang menutup dahi dengan topi beranyam bambu. Keluar memasuki jejaran lorong gedung sudah hancur ....

***

Selepas kemalangan demikian, penerusan melacak pelaku terungkap: siang itu diadakan pengusutan atas nama Raad van Justitie, di mana bukan lain Amanda menyuruh kelima puterinya, menyelidiki, Norah. Sepulang dari tkp seseorang saksi mengemuka, bahwa benar perempuan itu polisi terkemuka, ia sudah banyak membantu pihak pemerintah juga mengatrol seluruh keamanan lingkungan mau pun: occupation arsiv crime record. Jejak kriminalisasi menyusun keterangan-keterangan, perusakan atau pembomaan. Justru ia melanggar perumusan itu sendiri, jawab Julianna. Sebelah tubuhnya Adeline mengacarai tiga kerabat sekaut tanpa pangkat, mereka duduk-duduk menghadap tepian mejakerja Amanda.

Sejam selesai dengan efektabilitas yang mana komuni hendak membalas perilaku dursila perempuan itu. Meski begitu, belum semua anggota tahu bahkan Sarah malah sibuk mengurus, tiga anak rahimnya.

Maria meninggalkan tempat miliknya, ia terlalu repot mengurus dedengkot komisaris itu. Dia menjadikan kekuasaan atas dirinya sendiri, Norah pantas dikaruniakan Ratu Tanpa Mahkota. Kata Maria sewaktu mengajak Sashie makan bersama.

Amanda menyanggupi kata-kata itu memang ejekan, bagi kaum terpelajar setinggi examen, tentu paham julukan demikian adalah merendahkan, kasta atau Quo Vadis sang pimpinan, sudah sepenuhnya di genggam di tangan tanpa kerja keras: bawahan. Para pengikutnya memilih memundakkan tugas ke atas kepala, Norah.

Catatan:

Roksalon, tempat bebas merokok dan makan2

Skene, pintu kamar rias berjumlah 3.

Akropolis, podium seperti aula tempat acara2 besar.

Quo Vadis, semacam trah/golongan.

Raad van justitie, badan penegak hukum jaman kolonial.

Diubah oleh anasaufarazi810 19-02-2023 05:49
bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
1
817
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan