KOMUNITAS
Home / FORUM / All / Story / ... / Stories from the Heart /
Kisah Sang Mantan Suhu
KASKUS
51
244
https://www.kaskus.co.id/thread/63dc79b03acd1b0e6b6bb9d8/kisah-sang-mantan-suhu

Kisah Sang Mantan Suhu

Kisah Sang Mantan Suhu

Kaskuser lama pasti paham jika disini pernah ada sub forum BB17+. Walaupun sub forum tersebut telah ditutup, tapi percayalah diluar sana sebenarnya mereka masih bertahan.

Kisah ini akan menceritakan kisah nyata salah satu mantan suhu BB17+, dimana beliau akan menceritakan perjalanannya.
Dari cupu menjadi suhu

Penulis telah mendapat ijin untuk membuat cerita ini, bahkan beliau juga ikut memantau thread ini. Semoga cerita ini dapat memberikan pengalaman dan pelajaran berharga.

Part 1 - Seto
Part 2 - Maya
Part 3 - Civic
Part 4 - Luluh
Part 5 - Bimbang
Part 6 - Keputusan
Part 7 - Siap?
Part 8 - Siap!
Part 9 - Pulang
profile-picture
profile-picture
profile-picture
morone dan 10 lainnya memberi reputasi
Diubah oleh remukredambos
Halaman 1 dari 2
Reserved

Seto

Karanganyar, 2009

"Ayahhh !!!, nanti kita ke rumah Ibu yaa.."

"Iyaa nak, setelah Ayah beres ketemu Mas Ridwan, kita ke tempat Ibu, tapi nanti mampir makan dulu ya. Mas Lio mau makan apa??"

"Iya Yah, makan ayam kecap di deket bank yang tinggi itu"

***

Panggil saja aku Seto, duda mati 1 anak. Istriku sudah meninggal. Jangan tanya sebabnya, bahkan aku sendiri pun tak kuat untuk sekedar membayangkan, apalagi menceritakan kejadian pilu itu. Rasa shock yang kuat juga bisa dikatakan merubah sebagian besar sikap & sifatku.

Lio anak ku, adalah kenangan besar satu-satunya dari mendiang istri. Bagaimanapun juga aku harus merawat dan menjaganya sampai dia bisa mandiri dan menjadi kebanggan keluarga. Saat ini dia masih sekolah di kelas 3 SD. Kata "rumah" dari dialog diatas artinya adalah makam. Semoga kamu selalu kuat ya nak.

Sementara Ridwan adalah orang yang sudah hampir 3 tahun ikut denganku, aku punya usaha warnet di 3 kabupaten yang saling berdekatan. Si Ridwan inilah yang sekarang aku percayakan untuk bantu mengelola usahaku, setelah sepeninggal istriku.

Ridwan sebenarnya teman kecil, dia tetangga dekat. Dasar inilah yang membuat aku bisa percaya penuh kepadanya. Walaupun tidak 100% aku bebaskan, tetap ada kontrol dari aku, biar sama-sama enak dan sama-sama jalan usaha ini.

"Bos, maaf yaa, tu kuku berapa abad ga dipotong?'
Ujar Ridwan samberi mesem sedikit meledek.

"Asssss**** cerewet"
Timpalku seraya menyulut rokok filter kesukaan.

"Ada room baru lho bos di Mirc, kayanya isi nya pemain baru deh"
Ucap Ridwan.

"Halah, moso?? Ono panlok e ora??"
Tanyaku penasaran.

"Ya coba cari dulu bos, malem biasanya pada banyak yang aktif"
Jelas Ridwan.

"Siappp, awas lho kalau isinya cuma pemain lama yang ganti id aja"
Sambil mataku sedikit melotot ke Ridwan

***

Sepeninggal istri, aku merasa semua perilaku dan sikapku banyak berubah, semacam kehilangan arah dan kendali.
Lebih susah diatur dan kebanyakan nyelelek. Bahkan aku yang dulu bisa dibilang necis dan perlente, sekarang sudah 180 derajat berubah drastis. Celana pendek kolor atau seadanya, jaket lusuh hadiah koperasi, helm bmc tanpa kaca, ditambah tampang sawo mendekati busuk, brewok gondrong dan deretan gigi rusak karena......... tau sendiri lah ya, kenakalan remaja saat itu

Kira-kira seperti itulah aku sekarang, secara penampilan memang awut-awutan, tapi secara ekonomi aku masih cukup untuk sekedar hidup bareng anak dan 2 orang tua. Karena mereka meminta aku untuk pindah tinggal bareng, daripada sendirian di rumah yang lama. Dan sayangnya pula, pada akhirnya rumah itu juga terjual. Rumah penuh kenangan bersama mendiang istri.

"Wan, balik sik ya, mau ngajak makan Lio dan habis itu nyekar. Jaga warnet, jangan ngebokep aja, tak awasi cctv lho"
Ujarku sambil ambil jaket dan helm.

'Siappp bos, aman wis. Oh iya, besok lusa tagihan listrik ya bos!"
Ridwan menimpali

"Siapp"
Sambil berlalu gandeng anak dan nyalakan motor.

Hari-hari berjalan sesuai rencana, minggu-minggu dan bulan-bulan juga berlalu saja. Aku mulai terbiasa hidup tanpa istri. Soal urusan ranjang? selama ada uang, aku tenang, hehehehe.

Aku mulai aktif bersoasial dan berkegiatan. Dulu rasanya malas banget, berbeda dengan sekarang. Mungkin ini jalan yang Tuhan berikan. Beberapa teman lama aku undang untuk sekedar makan dan dilanjut minum kopi dirumah. Tampak mereka senang sekali melihat perubahan sikapku sekarang, yang menurut mereka sudah jauh lebih baik. Tapi untuk urusan penampilan?? Tetap awut-awutan.
Heheheh.

Bapak dan Ibu ku pun selalu sabar, mereka tetap support segala yang aku kerjakan. Bahkan kadang aku sampai sungkan karena beberapa kali tidak pulang rumah jika kebetulan ada masalah atau kendala di warnet. Lio pun untungnya juga sudah paham jika ayahnya sering sibuk kesana kemari.

***

Suatu malam sembari menikmati secangkir kopi manis panas hitam kental aku mulai buka PC. Biasanya aku browsing soal dunia enterpreneur, entah kenapa aku selalu tertarik tentang berwirausaha, apa ini karena aku mengidolakan Bob Sadino ya, hehehehe.

Beberapa situs aku buka, mulai dari situs normal sampai pada akhirnya situs yang terkenal dengan gambar lalat kimpoinya. Kalian pasti paham lah itu situs apa. Lihat-lihat gambar dan postingan, baca beberapa cerita dewasa, akhirnya tidak kuat juga hasrat ini.

Langsung sigap buka Mirc, berharap dapat mangsa yang sesuai selera. Tentu saja yang pas di budget juga.
Asl Plz, kata ajaib dalam dunia Mirc. Tak terasa aku meluncur semakin dalam, dan pada akhirnya berakhir juga di peraduan ranjang.

Memang ini salah, salah besar malah, tapi aku rasa begini lebih baik untuk aku yang belum siap menikah lagi. Takut rasanya kehilangan lagi

"Makasih ya Non, kapan-kapan aku kontak langsung lewat telpon, aku pulang dulu"
Ucapku kepada seorang wanita dengan rambut hitam sebahu

"Sama-sama mas, jangan kapok ya"
Balas wanita itu sembari melilitkan handuk di rambutnya ya basah karena keramas.

Lega hasrat ini membuat semangat memacu motor supra fit bututku dengan kencang. Rasa gerah berubah menjadi segar karena sepoy nya angin malam. Tak sabar segera pulang kerumah untuk beristirahat dengan lebih nyaman.

***

Celana kolor kaos oblong, setelan ku malam ini. Badan terasa segar sehabis mandi. Gairah memang baru saja tersalurkan, tapi entah kenapa tiba-tiba ada perasaan yang menganjal, semacam tidak tenang.

"Bakar rokok saja lah"
Ucapku dalam hati.

Satu hisapan, dua hisapan aku nikmati perlahan. Tak terasa rokok sudah hampir mencapai pangkal batang. Tiba-tiba perhatianku tertuju pada pesan yang masuk di Hp Nokia ku

"Mas Seto, aku mau minta tolong
Ini aku, Maya"

Aku berpikir sejenak, Maya siapa ini. Aku merasa tidak punya teman perempuan bernama Maya. Karena memang tidak banyak teman perempuanku, itupun mayoritas adalah teman sekolah SMA dulu.

"Maya siapa ya?"
Balasku

"Aku maya, istri Mas Fedy"
Balasnya

Fedy, salah satu temanku yang sekarang akupun tidak tahu dia dimana. Setahu aku, dia punya usaha sebagai pemborong, ya walaupun namanya belum begitu besar. Tapi sepertinya sudah lumayan menghasilkan.

Hp hanya aku pandangi, bingung bengong dan perasaan penuh tanda tanya berkecamuk. Ada apa ini kok istri teman bisa nyasar minta tolong ke aku.

Sempat terbesit untuk menghubungi Fedy, tapi aneh nomornya yang aku punya pun sudah tidak aktif.

"Mas, aku bingung mau minta tolong ke siapa lagi"

Pesan yang lama belum aku balas, sudah masuk pesan yang baru lagi.

"Telpon saja ya, biar lebih jelas"
Balasku kepada Maya.

***

"Hallo mas Seto....."
Terdengar suara parau seperti seorang yang menangis diujung telepon sana.

"Ya hallo, i...."

"Mas Seto aku butuh bantuan Mas!!!"

Belum sempat aku menyelesaikan kalimat, sudah langsung dipotong oleh Maya.
profile-picture
profile-picture
profile-picture
oktavp dan 7 lainnya memberi reputasi
Diubah oleh remukredambos
Lihat 1 balasan
Memuat data ...
1 - 0 dari 1 balasan
Kisah Sang Mantan Suhu



maya yg mana neh ?

emoticon-Big Grin
Sungkem ndlosor subes
sudah punah
sungkem suhu emoticon-Cendol Gan
"bau BB" adalah koentji emoticon-Ngakak

Maya

Ucapan Maya ditelepon tidak begitu jelas, mungkin karena dia sambil menahan tangis.

"Hallo, ada apa ya mbak?"
Ucapku mengawali pembicaraan.

"Tolong mas, aku ga tau lagi mau minta tolong ke siapa.
Saudara ga ada, teman ga ada yang mau"
Balas Maya

"Memangnya ada apa mbak?, terus Fedy kemana?"
Tanyaku balik.

"Fedy bajingannnn!!!! Binatang itu pergi ga tau kemana mas, pergi cuman ninggalin masalah!!!"
Terdengar suara Maya meninggi dan tegas.

"Lho lho lho, ada apa to ini?"
Aku yang masih bingung dan penasaran.

"Terlalu panjang jika lewat telepon mas, apakah kita bisa ketemu saja?"
Timpal Maya

"Ya ya, nanti aku kabari lagi, kebetulan aku juga lagi ada kerjaan yang masih numpuk"
Tegasku, agar tidak berlama-lama telepon

"Iyaa Mas, aku tunggu kabarnya ya, terimakasih"
Tuttt tutttt tutttttt....
Sambungan pun terputus.

Setelah itu aku cuma diam, bingung dan sedikit tidak perduli sebenarnya. Aku merasa tidak berkewajiban membantunya. Memang Fedy teman aku, kita bahkan sempat mau joinan buka air minum isi ulang, tapi ya hanya sampai sebatas rencana belum eksekusinya. Tapi malah sekarang dengar kabar dari istrinya kalau Tedy pergi tanpa kabar.


"Pikir besok lagi saja lah, masih banyak kerjaan yang harus aku selesaikan"
Batinku dalam hati, seraya mematikan rokok dihisapan terakhir, baru kemudian pergi beranjak tidur.

***

Cewe : "Mau main bertiga bareng ga Mas?"

Aku : "Waduhhhh, ga kuat non"

Cewe : "Cobain lah sesekali, temenku hot juga lho. 36D jago WOT dan BJ"

Aku : "Memang totalnya jadi berapa?"

Cewe : "Kali 2 aja, nanti aku potong 100k, keluar 2 kali. Satu di aku, satunya temenku, tenang saja durasinya juga tambah kok"

Aku : "Ya wis lah, gasss"

Sesekali mencoba fantasi lain, mumpung kantong sedikit tebal.
Hehehehe

Omzet ketiga warnet di bulan ini lumayan, ada peningkatan profit hampir 40% dari bulan sebelumnya. Karena itu lah aktifitas jajanku juga meningkat. Tak lupa Ridwan juga aku beri lebih, agar dia bisa memodif Yamaha Vixion miliknya yang akan diubah pakai velg jari-jari.

Setelah pertempuran 2 vs 1 selesai akupun langsung pulang. Tujuan langsung ke warnet di yang paling dekat dengan rumah. Tak lupa beli makanan, bungkus kan juga 1 porsi untuk Ridwan.

"tampak enteng tuh dengkul, habis keluar berapa kali bos,?"
Cerocos Ridwan saat aku masuk ke warnet.

"Gundulmu!!!, habis lari-lari aku'
Balasku bohong, sambil serahkan sebungkus makanan jatah Ridwan.

Kita pun makan, dan lanjut cek administrasi kemudian cek-cek kendala dan rencana apa saja yang akan dilakukan kedepannya.

***

Rokok dan kopi pun menemani saat santai setelah semua urusan warnet selesai.

Aku : "Wan, masih ingat Fedy?"

Ridwan : "Ya ingat Mas, emang kenapa?"

Aku : "Semingguan lalu istrinya telepon, mau minta tolong"

Ridwan : "Minta tolong apa bos?"

Aku : "kurang tahu, dia ga jelasin, malah ajak ketemuan"

Ridwan : "lah Fedy nya?"

Aku : "katanya pergi ga pamit ga ada kabar"

Ridwan : "waduhh, padahal ya lumayan semok lho istrinya itu"

Aku : "Semok Wan? Cantik ga?

Ridwan : "Semok bos, pernah ketemu pas kopdar Civic Owner, Fedy kan punya Civic. Kalau cantik kayanya pas-pasan bos, wajah jawa gitu lah"

Aku "okelahhh"

***

Obrolan dengan Ridwan malah membuat aku penasaran sosok istrinya Fedy. Aku belum pernah ketemu langsung, pernah cuma lihat sekilas di foto saat mereka nikah. Nikahnya pun di luar kota, dan saat itu aku tidak bisa datang. Alhasil lupa - lupa ingat dengan wajah istri Fedy itu.

"Tidak kenal dekat, tapi berani minta tolong"
Pikirku dalam hati.

Yang terbesit saat itu cuma ada 2, benar-benar sedang dalam masalah, atau cuma sekedar akan memanfaatkan. Tapi kalau ingat saat telepon kemaren, sepertinya memang sedang kesulitan.

***

Malam pun semakin larut, anak dan bapak ibu sudah tidur semua. Sementara efek dari kopi hitam membuat aku tetap terjaga. Bengong dan bosan akhirnya sempat membuat aku kepikiran untuk menghubungi Maya. Tapi aku urungakan niat itu, karena sudah malam. Mungkin dia juga sudah istirahat. Besok siang saja aku hubungi Maya.

"Hallo siang"
Sebuah pesan terkirim kepada Maya

"Siang Mas Seto, akhirnya Mas hubungi aku juga, terimakasih mas"
"Kalau mas ada waktu, apa kita bisa ketemu?"
2 pesan sekaligus Maya kirimkan ke aku.

Melihat agenda hari ini yang longgar akhirnya aku putuskan untuk ketemu dengan Maya disebuah cafe di pusat kota. Kitapun janjian jam 2 siang.

***

Aku tiba lebih dulu di cafe itu. Sengaja aku datang lebih awal agar bisa pilih tempat duduk yang nyaman. Pesan kopi dan snack, kemudian pilih tempat duduk sambil menunggu Maya datang. Sekitar 15 menit kemudian sebuah pesan masuk.

"Mas, dimana? Aku pakai jaket biru muda"
Pesan dari Maya

"Masuk, belok kiri di smoking area, aku yang duduk dekat kaca"
Balasku

"Ok Mas"
Balasnya

Postur tidak begitu tinggi, berkacamata, semok dan wajah yang khas jawa banget. Itu sekilas yang aku lihat saat pertama kali bertemu Maya. Lanjut pesan makanan dan minuman, sedikit berbasa basi dan kenalan. Baru kemudian langsung ke inti pertemuan ini.

Aku : "Soal yang kemaren itu, ada masalah apa mbak?"

Maya : "Maaf mas jika akan merepotkan, ini soal hutang"

Aku : "Lha, hubungannya sama aku apa?"

Maya : "Sebelum minggat, Fedy pernah bilang kalau masalah seperti ini pasti Seto bisa berikan solusi"

Dengan sedikit menghela nafas dan mulai membakar rokok, aku lanjutkan obrolan ini


Aku : "memang ada hutang apa to mbak sebenarnya?, aku kalau bisa bantu ya aku bantu, tapi kalau soal uang maaf aku belum bisa bantu'

Sengaja aku ucapkan soal uang diawal agar nanti aku bisa menolak jika memang berhubungan dengan uang.

Maya : "Fedy ninggal hutang atas namaku sekitar 95 juta di renternir Mas, bunganya 8% per bulan. Belum hutang yang dari tempat lain. Dulu uang itu buat urus ijin usaha Mas, tapi entah kenapa gagal dan kita bangkrut"

Aku : "terus?"

Maya : "Fedy tertekan dan stress berat Mas, kemudian dia pergi entah kemana, aku dan saudara sudah coba cari tapi tidak ketemu sampai sekarang"

Aku : "minum dulu ini"

Maya : "aku diteror setiap hari mas, aku takut keselamatan anakku juga, bahkan sekarang mereka tidak sekolah, karena ada tunggakan pembayaran.

Aku : "memang berapa anakmu?

Maya : "2 mas, yang besar cewe dan yang kecil cowo"

Saat menyebut soal anak, mata Maya sudah tak kuasa menahan tangis.

Maya : "memang aku juga ikut andil dalam hutang itu, tapi aku tidak sangka malah jadi berantakan hidupku ini Mas"

Aku ".......... lantas apa yang bisa aku bantu? Jelas aku tidak ada uang sejumlah itu"

Maya : "seperti yang aku bilang tadi mas, kalau Fedy pernah bilang jika Seto bisa beri solusi"

Aku : "ngawur itu Fedy!!"

Maya : "AKU MAU LAKUKAN APA SAJA MAS, ASAL SEMUANYA BISA SELESAI, APAPUN ITU MAS!!!!"

Di sini tangis Maya semakin pecah, tapi untungnya dia sadar kondisi sekitar dan langsung mencoba untuk lebih tenang.

Aku : "aneh saja kamu mbak, ya ga mungkin aku bisa bantu hal kaya gini. Aku saja hidup pas-pasan dari usaha warnet. Berapa toh laba warnet itu?? Kamu kira sampai puluhan juta???!!!!

Ucapku setengah emosi kepada Maya, karena merasa secara tidak langsung dilibatkan

Maya : "tapi mas,...."

Aku : "ga ada tapi-tapian!!!!!"

Potongku dan segera beranjak ke kasir untuk membayar agar bisa lekas pergi dari cafe ini.

Maya :"APA SAJA AKU LAKUIN MAS!! BANTU AKU MAS!!

tangis Maya pun pecah..
profile-picture
profile-picture
profile-picture
oktavp dan 5 lainnya memberi reputasi
Diubah oleh remukredambos
Pertamax....lanjuttttt
menunggu lanjutan nya om bos.
Post ini telah dihapus

Civic

Akupun bergegas pulang, tanpa hiraukan reaksi pengunjung cafe yang lain. Yang notabene mereka juga ikut mendengar isakan tangis Maya dan teriakan permohonannya.

"Bodo amat lah!!!"
Gumanku

Motor kulajukan pelan, sembari nikmati panasnya jalanan. Celingak celinguk lihat kanan kiri, siapa tahu ada warung atau warmindo untuk sekedar beli kopi hitam. Pasalnya kopi dari cafe tadi rasanya kurang familiar, cenderung pahit, beda dengan seleraku yang suka manis.

"Nah, kebetulan ada angkringan"
Akupun menepi, memarkirkan motorku, kemudian pesan kopi favoritku.

Kutatapi tembok panjang didepan angkringan dengan warna biru muda bersih tanpa ada sedikitpun coretan vandal. Suatu hal yang aneh menurutku, tembok ditengah kota seperti ini seharusnya menjadi media mural bagi para seniman gambar jalanan, tapi berbeda dengan tembok didepan ku ini. Usut punya usut, ternyata itu tembok markas AU. Jelas tidak akan ada yang berani.

"Tembok biru muda, sama dengan warna jaket Maya tadi"
Sekilas terlintas diotakku.

***

"Set, ini ada undangan nikahan dari Sabit"
Ibu menyodorkan undangan tersebut, sembari meletakan secangkir kopi yang tadi aku pesan.

Tampaknya undangan ini dikirim saat aku masih di warnet. Tebal, wangi ditambah ornamen bunga-bunga yang cantik. Pasti harga undangan ini mahal. Hal yang wajar untuk seorang Sabit yang saat ini sukses membuka gerai warung oleh-oleh. Pelangannya sudah bukan perorangan, melainkan sudah kerjasama dengan travel agen besar dan coorporate ternama.

Aku baca, ternyata masih 2 minggu kedepan acaranya. Bertempat di sebuah hotel ditengah poros jalan utama kota Solo.

"Untuk menghormati Sabit, aku harus tampil rapi. Aku mau potong rambut dan jambang ku yang sudah ga beraturan ini"
Ucapku dalam hati.

***

Lusa sudah hari pernikahan Sabit. Sempat Maya mengirim pesan, isi dari pesan itu intinya adalah meminta maaf. Maya berjanji bahwa tidak akan bahas masalah dia lagi. Memang itu harapanku, sudah hidup tenang seperti ini lha kok malah diminta bantu masalah orang lain. Ketenangan hidup, itu yang utama.

Siang itu aku bergegas ke tempat cukur langganan ku. Aku tipe orang yang merasa wajah akan selalu aneh setelah potong rambut. Karena itu aku potong hari ini dengan harapan agar besok lusa penampilanku sudah tidak terasa aneh lagi.

"Kang, model rapi sama bersihkan jambang ga jelas ini ya. Oh, iya sekalian ambil paket vitamin + pijit kepala juga"
Mintaku pada kang cukur

"Siap ndan!!"
Balas kang cukur.

Kurang lebih satu jam prosesi cukur ini selesai. Makan dan kopi jadi tujuanku berikutnya. Sebuah warung nasi liwet jadi sasaran. Selesai makan aku pindah duduk diteras warung untuk minum kopi dan lihat suasana sekitar.

Terpampang jelas "Salon Kantil" berdiri tepat diseberang tempat aku duduk. "Motor langsung masuk kedalam" tampak sebuah banner dipasang dibawah persis plang nama salon tersebut. Kanan kiri aku lihat, baru tersadar jika disini adalah lokasi salon kelas hemat menjamur.

Hisap demi hisap rokok aku nikmati, tiba-tiba sesosok perempuan dengan celana gemesnya keluar dari pintu salon untuk buang sampah dan kemudian masuk lagi.
Seketika gairah langsung naik.

"Sepertinya bisa nih dicoba, masa iya online mirc terus"
Ucapku dalam hati.

Setelah bayar diwarung selesai aku langsung pergi. "Salon Kantil" jadi tujuanku setelah ini. Aku sengaja ambil arah untuk putar balik, agar penjual warung tadi tidak langsung lihat jika aku masuk salon. Ternyata aku masih punya rasa malu. Syukurlah, hehehehe.

***

"Mbak, mau perawatan"

Kalimat pamungkas jika kalian bingung mau bilang apa saat masuk salon atau spa plus. Silahkan boleh dicoba.

Bagai dapat durian runtuh, sesuai harapan aku bisa masuk perawatan bareng mbak yang tadi buang sampah. Sebut saja Nia. Dia tipikal cewe yang ramah dan supel. Tidak malu dia cerita kalau dia adalah korban KDRT, anaknya sekarang bareng orang tuanya, bahkan sejarah dari tatto yang ada di pinggang dan dadanya.

"Aku kerja gini karena terpaksa mas, butuh uang untuk hidup dan bayar tanggungan"
Ucap Nia setelah aku beri dia tip karena service nya yang baik.

Aku cuma senyum dan membalas
"Sabar ya, semoga semua lekas selesai"

Bersaamaan dengan itu, DEGGG!!!!!!
Ada semacam kilasan kejadian yang keluar dipikiran. Entah ini perasaan atau pikiran apa. Namun semuanya tertuju pada satu orang, MAYA.

***

"Tembok biru laut, mirip jaketnya Maya."
"Nia punya hutang, mirip masalahnya Maya."

2 kalimat itu serasa horoscope ramalan bintang. Tidak cocok tapi selalu dicocokan.

***

Menimbang jarak antara rumah dan lokasi nikahan Sabit, aku memutuskan untuk meminjam Civic milik Ridwan. Karena aku juga tidak mau sudah berdandan rapi tapi jadi awut-awutan karena angin jalanan jika aku bawa motor.

Ridwan : "Ini kuncinya bos, kalau misal nanti staternya ngadat, diemin sekitar 15 menitan baru dicoba lagi ya"

Aku : "Mobil kok tampilan e tok sik apik, mesin e rewelan"

Ridwan : "Kan gaya nomor satu bos, wkwkwkw"

Aku : "Wooo semprul, uda aku tak berangkat dulu"

Butuh sekitar 1 jam untuk sampai dilokasi nikahan. Aku senang disana bisa ketemu teman. Bahkan ketemu juga dengan beberapa teman lama, yang mungkin terakhir aku ketemu saat mereka melayat istriku.

Chit chat dan basa basi ngobrol. Tanya kabar dan pekerjaannya sekarang. Hingga tanpa sadar sudut mata ini melihat dia.

"Maya"
Ucapku lirih.

Dari kejauhan aku lihat Maya tampak cantik dengan setelah kebaya nya. Disamping nya ada anak kecil cowo yang digandeng. Dan didepannya ada anak perempuan yang lebih besar, tampak mereka berdua sedang ngobrol.
Aku berpikir kenapa Maya ada disini. Apakah dia kenal juga dengan Sabit.

Maya pun sadar ada aku, dia jalan mendekati dan menyapa.

"Kak, mas, salim dulu sama Om ya"
Ucap Maya pada anaknya.

Setelah salaman, kedua anak Maya itu pamit untuk ambil es krim.

Aku : "anakmu ya?"

Maya : "iya mas"

Aku : "cakep dan cantik mereka"

Maya : "makasih mas"

Aku : "kok bisa datang diacara ini?"

Maya : "iya mas, istrinya Sabit itu masih sepupu jauh aku"

Aku : "owhhh, ya ya"

Setelah itu kita ngobrol seperti biasa, ternyata ada beberapa teman lama aku yang kenal dengan maya. Dasarnya karena mereka juga kenal dengan Fedy.

Selama itu Maya sama sekali tidak bahas soal masalahnya, menyingung kalau kita pernah ketemu pun tidak. Tampaknya dia konsisten memegang janjinya berbeda dengan ku yang malah teringat lagi soal tembok biru muda dan masalah Nia dari Salon Kantil. Seakan semua saling terhubung.

***

"Mamah, mobilnya si Om bagus, mirip mobil Papah yang sudah dijual itu ya"

Tunjuk anak Maya yang cewe ke arah mobil Ridwan yang aku pakai.
profile-picture
profile-picture
profile-picture
oktavp dan 8 lainnya memberi reputasi
Lanjut gan..
emoticon-Cendol Gan

Makasih uodate nya
emoticon-Nyepi
lanjutkan semangat gan...
Post ini telah dihapus
hayuk update lagi suhuu...
waa ikiii.... nyimak di pojokan
Minyak gan

Luluh

Namanya anak-anak pasti selalu mengingat hal yang buat mereka senang. Seperti saat ini, walaupun itu sudah lama berlalu, mereka masih punya memori saat pergi jalan-jalan dengan Feby menggunakan mobil Civic nya.

"Mah, kapan mobil kita ada lagi?"
Celoteh anak Maya yang besar.

"Semoga segera ya kak kita punya mobil lagi"
Jawab Maya dengan lembut.

Selama dimobil kita hanya ngobrol ringan, soal anaknya dan kesibukannya saat ini. Sama sekali tidak bahas soal hutang dan minta tolong. Maya ternyata tidak kerja, dia ngontrak sebuah rumah dan hidup dari sisa tabungan yang ada. Barang berharga yang tersisa dan rencananya akan segera dijual mungkin hanya kalung dan cincin emasnya.

Maya : "Cincin ini sudah ga ada nilainya"

Aku : "maksudnya?"

Maya : "Ini cincin kimpoiku mas"

Aku memilih diam saat itu karena tahu bagaimana rasanya kehilangan. Walaupun Maya ditinggal pergi, dan aku ditinggal mati tetap tidak ada pembenaran jika akulah yang lebih menderita. Aku harus menghormati kondisi Maya saat ini. Diam dan mendengatkan, itulah opsi terbaik.

Mobilku berhenti disebuah rumah dengan gerbang hitam panjang, tampak ini seperti komplek paviliun mini. Ternyata disinilah sekarang Maya tinggal.

"Sebenarnya mertua meminta aku untuk tinggal bareng mereka, tapi aku menolak"
Terang Maya saat mobil sudah berhenti sempurna.

"Dan aku malu jika pulang ke rumah orang tua di Ngawi, karena sejatinya mereka tidak pernah merestui aku menikah dengan Fedy,"
Tambah Maya sebelum aku membalas perkataannya.

Setelah berbasa basi sedikit, akupun pamitan. Sengaja aku berikan sedikit uang saku untuk jajan anaknya. Mereka berterimakasih dan berlalu masuk kedalam gerbang, sementara aku melanjutkan perjalananku pulang.

***


"Di sini, di batas kota ini
Ingin kutuliskan surat untukmu
Biar engkau mengerti perjalanan hidupku
Di dalam menggapai cita-cita"

"Rintangan yang datang silih berganti
Pedih, perih, mencekam menusuki
Aku mengharap selalu doa suci darimu
Duhai, Kasih, tambatan hatiku"

"Kukenang lagi saat menjelang perpisahan
Kau menangis di pangkuanku
Begitu tulus akan cinta kasihku
Semakin pilu aku mengenangmu"

"Mungkinkah kau masih mengharapkanku?
Kini tubuhku penuh dengan luka
Gagal dan gagal lagi, apa yang aku cari?
Tangis pedih tersimpan dalam hati"

Aku berdendang pelan mengikuti lagu milik Tommy J Pisa, dengan judul Disini, Dibatas Kota Ini yang aku putar. Tampaknya lagu ini sangat pas mewakili perasaan kita saat itu.

Entah kenapa sekarang muncul perasaan tidak tega kepada Maya, apalagi jika ingat dua anaknya yang masih kecil itu.
Yang paling besar mungkin masih usia kelas 1 atau 2 SD.

Sepanjang perjalanan aku fokus dan menikmati lagu lawas favoritku.

***

Aku : "Wan, makasih ya, ini kunci mobilnya, bensin sudah aman"

Ridwan : "siap bosku, kapan-kapan kalau butuh pakai lagi aja'

Aku : "okee siap, aq tak pamitan dulu ya, sudah malam"

Ridwan : "hati-hati bos"

Kulajukan motor ku menembus angin malam untuk bisa segera sampai rumah.

***

Kopi hitam dan kacang mete menjadi teman merenungku malam ini.

"Tuhan, kenapa aku cemas sekali?"
Ucapku dalam hati.

Entah perasaan apa ini. Ada rasa kasihan, sayang dan ingin melindungi Maya. Perasaan itu campur aduk tidak jelas menjadi satu.

"Ketemu baru 2 kali, belum lama juga, tapi kok bisa buat aku secemas ini"

"Apa aku bantu dia ya?"

"Tapi bagaimana caranya?"

Aku lirih bertanya pada diri sendiri, dimana akupun bingung dengan apa jawabannya, aneh sekali.

Malam berlalu dengan 2 cangkir kopi dan berbatang rokok filter. Dulu, jika aku terlalu banyak kopi dan rokok pasti akan ditegur langsung oleh istriku. Tapi itu semua hanya tinggal kenangan, tidak bisa diulang.

***

"Arggghhhh, lemas aku non, ga kuat lagi"
Tegasku seraya terkapar diranjang peraduan dengan dada penuh keringat.

"Hihihi, aku BJ aja ya, biar on lagi"
Tawar si gadis.

"Udah ga usah, bisa ga jalan aku nanti"
Balasku kembali.

"Okee dehh, tapi tetep diitung 2 kali ya"
Tegas si gadis.

"Iyalah, kan emang dari awal aku ambil 2 kali crott, walaupun prakteknya sekali sudah tepar, wkwkwk"
Jawabku pasrah.

Sore itu aku booking lewat mirc lagi. Kalau dipikir-pikir ini adalah bisnis yang bagus sekali. Modal minim tapi hasilnya menjanjikan, sepadan dengan resikonya.

Dari beberapa kali booking, sebagian besar dari mereka adalah orang luar kota. Paling ketara dari logat bicaranya.
Aku pernah tanya kenapa jauh-jauh ke kota ini, jawaban mereka agar lebih aman karena kemungkinan yang kenal sedikit. Jawaban yang sangat masuk akal.

***

Isi tenaga dengan makan setelah pertempuran syahwat. Sekilas sosok Maya kembali hadir. Entah pikiran dari mana, aku tiba-tiba menghubungi dia untuk ketemu. Ada rasa yakin kalau aku harus bantu dia. Hanya saja belum ketemu caranya. Yang penting aku harus ketemu saja dulu, nanti solusinya bisa kita pikirkan setelah itu.

Aku : "hay, apa kabar?"

Maya : "eh mas Seto kabar baik, mas apa kabar?

Aku : "baik juga, kapan ada waktu ketemu?"

Maya : "bisa siang aku bisa mas, kenapa mas?"

Aku : "pengan ngajak kamu makan aja"

Maya : "oh boleh, lusa aja aku bisa"

Aku : "ok, di cafe yang dulu itu ya"

Maya :"iya mas"

Aku yakin Maya sebenarnya sudah paham arahnya kenapa aku ajak dia ketemu. Dia hanya coba pegang janjinya yang tidak akan membahas soal hutangnya.

Sejujurnya aku tidak tahu solusi apa yang aku berikan, tapi yang terlintas dipikiranku aku akan ajak dia kerja untuk urus warnet, atau aku akan buat warnet baru. Dan penghasilannya dari situ dapat digunakan Maya untuk membayar hutangnya dan biaya hidup. Sesederhana itu yang aku pikirkan.

***

Hari ketemuan dengan Maya sudah tiba. Aku sudah berada di cafe tempat kita janjian. Maya mengabari jika sudah dalam perjalanan. Sempat aku tanyakan bagaimana anaknya kalau kamu kesini, dia jawab anaknya dititipkan di rumah mertuanya. Pokoknya aman bisa ketemu, asal jangan kesorean.

"Sudah lama mas? maaf telat"
Seraya Maya ajak aku salaman.

"Santai, belum lama kok aku disini"
Jawabku

Kita kemudian pesan makanan, sambil kemudian lanjutkan pembicaraan. Aku sampaikan jika aku bersedia akan bantu dia, dengan solusi kerja di warnet, atau aku mungkin akan buka warnet baru dan Maya yang urus warnet itu. Tapi tampaknya setelah aku paham dengan masalah hutang yang Maya hadapi, sepertinya akan memakan waktu sangat lama untuk menutup hutang tersebut.

Maya pun menceritakan dengan detail tentang keluarganya, soal orang tuanya yang tidak setuju saat dia nikah dengan Fedy. Dan soal skema hutang di renternir. Maya sebenarnya bisa saja minta bantuan orang tuanya, tapi dia sudah terlanjur malu untuk minta, karena saat itu tetap nekat tetap nikah dengan Fedy.

"Toal hutangku 95 juta dengan bunga 8% perbulan, setiap bulan aku wajib membayar bunganya. Untuk angsuran pokoknya sementara tidak dibayarkan dulu tidak apa, asal bunganya terbayar"

"Jadi semisal aku punya 10 juta, pembagiaanya 7,6 juta untuk bunga dan 2,4 untuk bayar pokok hutangnya"

Jelas Maya panjang lebar.

Benar-benar renternir yang kejam. Berat sekali skema hutang seperti itu. Akupun heran kok bisa-bisanya Maya terjebak renternir seperti ini. Aku sarankan bagaimana jika meminjam bank, dengan bantuan orang tua mu atau mertua mu. Maya pun menolak halus cara itu, dia tidak mau mereka nanti malah jadi ikut repot.

Solusi lain yang aku beripun tampaknya akan sulit sekali diterapkan. Karena kita butuh usaha dengan perputaran uang atau hasil yang cepat. Karena hal ini, akhirnya aku temukan satu soluai gila.

***

Aku : "Maya, bagaimana jika aku bantu kamu cari uang lewat online?"

Maya : "boleh mas, apa itu?

Aku : "open BO!!"

Maya sempat terhenyak dan kemudian minum pesanannya

***

Maya : "solusi apaan itu mas??!!!"
profile-picture
profile-picture
profile-picture
oktavp dan 8 lainnya memberi reputasi
Diubah oleh remukredambos
Lanjut gan
Gila sih ini kisah nya, ane pantengin update selanjutnya
Halaman 1 dari 2


×
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved
Ikuti KASKUS di