Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Demikian kira-kira situasi yang kini dirasakan oleh klub sepakbola Arema FC. Klub sepakbola berjuluk singo edan asal Malang, Jawa Timur tersebut kini berada dalam situasi yang tidak menentu usai mendapatkan sanksi buntut tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan beberapa waktu lalu. Tragedi sepakbola yang melibatkan suporter dan petugas keamanan tersebut meninggalkan duka yang mendalam bagi segenap publik sepakbola tanah air. Total 135 orang meninggal dunia akibat kerusuhan tersebut dan menempatkan tragedi Kanjuruhan pada posisi lima besar berdasarkan jumlah korban akibat kerusuhan sepakbola di seluruh dunia.
Meski tragedi telah berakhir dan kasusnya kini sedang dalam proses penanganan oleh pihak Kepolisian, namun imbas dari hal tersebut masih sangat dirasakan oleh pihak manajemen Arema FC. Mendapatkan sanksi dari federasi berupa larangan pertandingan kandang hingga akhir musim ditambah dengan gelombang demonstrasi dari Aremania (sebutan untuk suporter Arema FC) menempatkan Arema dalam posisi yang terjepit. Para suporter merasa tidak puas dengan kinerja para petinggi Arema FC yang dinaungi oleh PT. Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia (AABBI) dalam upaya memberikan kontribusi atas kejadian kerusuhan Kanjuruhan. Meski begitu, Komisaris PT. AABI, Tatang Dwi Arfianto menyatakan pihaknya telah memberikan upaya maksimal dan melakukan berbagai cara demi mengakomodir para korban tragedi Kanjuruhan. Upaya tersebut diantaranya membuka crisis center, menghadapi berbagai gugatan hukum dan menjalani hukuman disiplin dari PSSI. Disamping itu pihaknya juga mengatakan Arema FC diupayakan untuk tetap tampil pada kompetisi Liga 1 meski dalam kondisi yang tidak maksimal.
Terbaru para suporter Aremania dilaporkan melakukan demo besar-besaran pada Minggu 29 Januari 2023 hingga menyebabkan kerusakan pada Kantor Arema. Aksi ini sebenarnya sangat disayangkan melihat eksistensi klub yang kini sedang diujung tanduk. Belum lagi sederet masalah yang berdampak pada penurunan prestasi Arema FC yang kini berada di posisi ke-9 dalam klasemen sementara Liga 1 2023. Kekalahan melawan PSS Sleman menambah daftar jumlah pertandingan yang dilakoni dan berakhir dengan kekalahan berjumlah 9 kali.
Melihat rentetan peristiwa diatas, bukan tidak mungkin jika keadaan semakin tidak kondusif manajemen dan berbagai pihak yang terkait akan mempertimbangkan untuk membubarkan Arema FC. Jika hal itu terjadi, tentu saja merupakan preseden buruk bagi pengelolaan persepakbolaan tanah air dan tentu saja prestasi sepakbola Indonesia secara umum.
Belum lagi nasib para pemain yang menggantungkan hidupnya pada sepakbola profesional yang kini tergabung bersama Arema FC. Bisa dibayangkan berapa banyak pemain, termasuk di dalamnya talenta-talenta muda yang bakal kehilangan pekerjaan dan karir profesional mereka. Padahal jika situasi kondusif, bukan tidak mungkin mereka yang menjadi punggawa Arema FC kini bisa membawa nama bangsa melalui Timnas dengan mempersembahkan prestasi yang lebih baik kedepan.
Sisi lain yang harus menjadi pertimbangan adalah nasib para UMKM yang juga ikut mengasi rejeki dari berdagang. Baik itu makanan dan minuman maupun pernak-pernik sepakbola. Mereka tentunya juga akan ikut terdampak akibat buruknya pengelolaan sepakbola di tubuh Arema FC dan Nasional pada umumnya.
Well, apapun itu semoga saja ada jalan tengah yang memberikan solusi yang menguntungkan bagi semua pihak. Saya sendiri berharap semoga Arema FC tetap berkiprah dan terus menjadi sejarah dalam persepakbolaan tanah air.
Bagaimana nih menurut gan dan sist semua? Berikan komentar kalian di bawah yaa. Terima kasih sudah membaca. See you on the next thread.
Narasi : Ulasan Pribadi
Sumber Referensi :
https://www.cnnindonesia.com/olahrag...aign=cmssocmed
https://www.google.com/search?gs_ssp...3pxsinzTvuY%3D
©copyright @albyabby91 2023
