Mangkujiwo(2020), Menelisik Sosok dan Asal Usul Kuntilanak



Kuntilanak, sosok hantu yang cukup familiar di pandangan orang Indonesia. Ya, sosok yang selalu digambarkan dengan karakter seorang perempuan yang berpakaian putih dengan rambut panjang yang tergerai awut-awutan. Juga memiliki suara mengikik yang khas dan sangat menyeramkan.

Nah, di film Mangkujiwo ini, Gansist tidak akan menemukan gambaran kuntilanak yang dideskripsikan seperti yang tersebut di atas. Penampakan atau dress code kuntilanak pun jauh berbeda dalam film Mangkujiwo (2020) yang disutradarai oleh Azhar Kinoi Lubis ini.

Cerita inti dari Mangkujiwo adalah perseteruan dua kubu kolektor barang antik yang penuh intrik, yakni antara Tjokro Kusumo yang diperankan Roy Marten dan Brotoseno yang diperankan Sujiwo Tejo. Gansist pasti tidak akan meragukan lagi kehandalan kedua aktor ini saat beradu peran. Ya, keduanya memang aktor watak dan mumpuni.

Di film Mangkujiwo, sosok kuntilanak ini semasa hidupnya bernama Kanti. Siapakah Kanti? Kanti yang diperankan oleh Asmara Abigail, seorang gadis desa biasa yang hamil di luar nikah dan dianggap gila dan dipasung oleh warga di desa tempat tinggal Tjokro Kusumo.

Namun dengan sukarela Brotoseno merawat Kanti di rumahnya. Ternyata, Brotoseno selama merawat Kanti memperlakukan dengan buruk dan tidak manusiawi. Dipasung, di tempatkan di ruang yang sempit, diberi makan yang tidak layak bahkan menjijikan, daging tikus plus nasi. Itulah scene paling gore dan bikin mual.



Di dalam film Mangkujiwo terdapat dua alur atau scene yang berbeda. Yakni saat tahun 50-an yang menceritakan kehidupan Brotoseno dan Tjokro Kusumo dalam menjalankan bisnis barang antik. Juga ada alur cerita di kehidupan Uma, anak Kanti saat remaja yang diceritakan terjadi di tahun 60-an yang artinya selisih 10 tahunan.

Gansist pasti penasaran, kenapa Brotoseno mau merawat Kanti? Ternyata, ada misi tersendiri yang dimiliki Brotoseno, yakni untuk bisa mengalahkan Tjokro Kusumo hanya bisa dilakukan oleh darah dagingnya. Dan, Brotoseno mengetahui bila Kanti tersebut hamil atas perbuatan Tjokro Kusumo.

Akal licik Brotoseno pun berlanjut, dengan mencuci otak anak Kanti, yang bernama Uma yang dengan sangat apik diperankan oleh Yasmin Jasem. Uma diangkat sebagai anak kandung Brotoseno yang digadang bisa membalaskan dendam. Yakni dengan memutarbalikkan fakta bila yang menyiksa Kanti, ibunya Uma adalah Tjokro Kusumo. Apakah Brotoseno mampu menuntaskan misinya?

Dan, di dalam film Mangkujiwo, Gansist bakalan tidak menemukan jump scared atau scene yang bikin jantungan dan hal itulah yang membedakan dengan film horor-film horor di Indonesia, tetapi tetap mengena rasa horornya.

Sangat layak bila film Mangkujiwo saya rekomendasikan karena ditukangi oleh orang-orang yang handal di bidangnya. Seperti skrip dibuat oleh Dirmawan Hatta dan Erwanto Aphadullah, sinematografi ditangani oleh Roy Lolang (film AADC), pun digawangi rumah produksi Multivision Plus Picture.

Di samping orang-orang yang handal di belakang layar, keunggulan film Mangkujiwo ini lebih terkesan mistis dan seram karena ada aura dan tradisi Jawa yang kental. Seperti sosok yang diperankan Jenar Mahesa Ayu sebagai Nyi Kenanga.

Hanya sedikit yang membuat saya kurang begitu ngeh di saat alur cerita di kehidupan Uma. Terkesan kurang pas dengan tahun 60-an, masih terkesan modern dan saat Uma kesurupan kayaknya kurang smooth dalam penggambarannya (hanya selera, sih).

Namun, jika saya disuruh memberi poin aku akan kasih 4 dari 5 bintang yang tersedia. Artinya, film ini sangat apik dan bisa dijadikan hiburan di hari libur. Meskipun sosok hantu tidak tayang seperti film horor lainnya, dan itu menjadi poin plus.

Nah, itu tadi sekilas tentang reviews film Mangkujiwo, bila Gansist penasaran dengan asal usul mbak Kunti, silakan nonton film Mangkujiwo!

Narasi opini pribadi
Gambar google.com