- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Ketinggian Gunung Everest


TS
rikysaja3
Ketinggian Gunung Everest
Jika membicarakan tentang gunung tertinggi di dunia, sudah pasti teringat Gunung Everest. Tetapi, ketinggian pada gunung tersebut masih menjadi teka-teki sekaligus perdebatan.
Hal itu terjadi di antara kedua negara, Nepal dan China. Sebelumnya, Nepal mengukur tinggi Everest sebagai 29.028,87 kaki (8.848 Mdpl), sedangkan China memiliki ketinggian 29.017,16 kaki (8.845 Mdpl).
Nepal.
Diketahui dari laporan BBC, Kamis 10 Desember, Gunung Everest berdiri di perbatasan antara China dan Nepal. Para pendaki gunung yang mendaki, mereka melewati kedua sisi negara tersebut. Kesepakatan untuk bersama-sama mengumumkan angka resmi ketinggian titik tertinggi di Bumi itu dibuat selama kunjungan Presiden China Xi Jinping ke ibu kota Nepal, Kathmandu, tahun lalu.
Beberapa tahun lalu, di 2015 terjadi gempa bumi yang menyebabkan tinggi Gunung Everest menyusut setelahnya menurut ahli geologi dan menewaskan 9.000 orang.
Gempa tersebut juga merusak satu juta bangunan di Nepal dan memicu longsoran salju yang menewaskan 19 orang di base camp.
Para ilmuwan telah menemukan bahwa beberapa puncak Himalaya lainnya seperti Langtang Himal, sebagian besar di utara Kathmandu dan dekat dengan pusat gempa, telah berkurang ketinggiannya kira-kira satu meter setelah gempa bumi.
Lainnya berpendapat, bahwa Gunung Everest sama seperti gunung-gunung lain di pegunungan Himalaya, mungkin benar-benar lebih tinggi dari waktu ke waktu karena pergeseran lempeng tektonik yang didudukinya. Tetapi para ahli mengatakan gempa bumi besar dapat mengakibatkan proses itu terbalik.
"Gempa tahun 2015 juga merupakan alasan utama mengapa kami mengukur ulang gunung tersebut," kata Juru Bicara Departemen Survei Nepal, Damodar Dhakal
Beberapa tahun lalu, di 2015 terjadi gempa bumi yang menyebabkan tinggi Gunung Everest menyusut setelahnya menurut ahli geologi dan menewaskan 9.000 orang.
Gempa tersebut juga merusak satu juta bangunan di Nepal dan memicu longsoran salju yang menewaskan 19 orang di base camp.
Para ilmuwan telah menemukan bahwa beberapa puncak Himalaya lainnya seperti Langtang Himal, sebagian besar di utara Kathmandu dan dekat dengan pusat gempa, telah berkurang ketinggiannya kira-kira satu meter setelah gempa bumi.
Lainnya berpendapat, bahwa Gunung Everest sama seperti gunung-gunung lain di pegunungan Himalaya, mungkin benar-benar lebih tinggi dari waktu ke waktu karena pergeseran lempeng tektonik yang didudukinya. Tetapi para ahli mengatakan gempa bumi besar dapat mengakibatkan proses itu terbalik.
"Gempa tahun 2015 juga merupakan alasan utama mengapa kami mengukur ulang gunung tersebut," kata Juru Bicara Departemen Survei Nepal, Damodar Dhakal
Beberapa tahun lalu, di 2015 terjadi gempa bumi yang menyebabkan tinggi Gunung Everest menyusut setelahnya menurut ahli geologi dan menewaskan 9.000 orang.
Gempa tersebut juga merusak satu juta bangunan di Nepal dan memicu longsoran salju yang menewaskan 19 orang di base camp.
Para ilmuwan telah menemukan bahwa beberapa puncak Himalaya lainnya seperti Langtang Himal, sebagian besar di utara Kathmandu dan dekat dengan pusat gempa, telah berkurang ketinggiannya kira-kira satu meter setelah gempa bumi.
Lainnya berpendapat, bahwa Gunung Everest sama seperti gunung-gunung lain di pegunungan Himalaya, mungkin benar-benar lebih tinggi dari waktu ke waktu karena pergeseran lempeng tektonik yang didudukinya. Tetapi para ahli mengatakan gempa bumi besar dapat mengakibatkan proses itu terbalik.
"
Ketinggian Gunung Everest pertama kalinya ditentukan oleh tim Inggris pada 1856 dengan ketinggian 8.842 Mdpl. Tetapi, berdasarkan survei yang dilakukan India pada 1954, ketinggian yang tepat adalah 8.848 Mdpl, ditentukan pertama kali menggunakan instrumen seperti teodolit dan GPS.
Mengutip Indian Express, Teodolit merupakan instrumen presisi untuk mengukur sudut di bidang horizontal dan vertikal, terutama digunakan untuk tujuan khusus dalam bidang meteorologi dan teknologi peluncuran roket.
Sebuah teodolit modern terdiri dari teleskop. Ketika teleskop menunjuk target objek, masing-masing sudut sumbu dapat diukur dengan presisi yang besar.
Selanjutnya pada 1999, tim National Geographic Society yang menggunakan teknologi GPS menemukan ketinggian Gunung Everest malah mencapai 8.850 Mdpl.
National Geographic berpendapat, di bawah bungkusan salju terdapat hamparan abu-abu berbintik mirip bebatuan, yang memiliki tinggi 30.000 kaki di atas permukaan laut karena pergerakan lempeng tektonik. Bebatuan itu terus-menerus bergerak, membentuk bidang yang menjadi fokus para peneliti.
Di beberapa tempat, lempengan-lempengan itu terlepas, menciptakan lembah di daratan. Di tempat lain, mereka bertabrakan, mendorong gunung ke langit salah satunya Gunung Everest.
Menjulang di perbatasan Tibet dan Nepal, Gunung Everest terbentuk dari benturan tektonik antara lempeng tektonik India dan Eurasia pada puluhan juta tahun lalu.
Tabrakan itu menghancurkan lanskap, menaikkan pegunungan sepanjang sekitar 1.500 mil yang dikenal sebagai wilayah Himalaya.
Pada saat yang sama, saat bebatuan terus naik ke atas, erosi justru menghambat perkembangannya. Angin dan air menyapu permukaan, menyapu sedimen pegunungan dan bebatuan sekitarnya.
Sedangkan, Nepal beberapa tahun kemudian menggunakan Teluk Benggala sebagai pangkalan penghitungan permukaan lautnya, tetapi India telah mensurvei titik yang lebih dekat ke Everest, dekat perbatasan India-Nepal, dari teluk, dan mampu memberikan ketinggian pada titik tersebut bagi surveyor Nepal.
Dari sana, Nepal membangun jaringan stasiun garis pandang yang membentang hampir 250 km hingga titik Everest pertama kali terlihat, menciptakan rantai titik yang dapat diukur dan dijumlahkan.
Kemudian munculah klaim China pada 2005, yang mengatakan ketinggian Gunung Everest mencapai 8.844,43 Mdpl. Hal tersebut dikarena mereka tidak menyertakan ketebalan tanah yang tertutup salju.
Para surveyor China, menggunakan Laut Kuning di provinsi timur Shandong sebagai pangkalan permukaan laut mereka. Surveyor dari kedua negara juga menggunakan rumus trigonometri untuk menghitung ketinggian puncak.
Rumus yang mereka gunakan menghitung tinggi segitiga dengan mengalikan alasnya dengan sudutnya. Kedua belah pihak juga menggunakan Sistem Satelit Navigasi Global untuk menerima data ketinggian dari berbagai alat dalam perhitungan mereka.
"Ini adalah tonggak sejarah pendakian gunung, yang pada akhirnya mengakhiri perdebatan tentang ketinggian atap dunia, karena hanya ada satu angka," ungkap Ketua Asosiasi Pendaki Gunung Nepal, Santa Bir Lama.
Hal itu terjadi di antara kedua negara, Nepal dan China. Sebelumnya, Nepal mengukur tinggi Everest sebagai 29.028,87 kaki (8.848 Mdpl), sedangkan China memiliki ketinggian 29.017,16 kaki (8.845 Mdpl).
Nepal.
Diketahui dari laporan BBC, Kamis 10 Desember, Gunung Everest berdiri di perbatasan antara China dan Nepal. Para pendaki gunung yang mendaki, mereka melewati kedua sisi negara tersebut. Kesepakatan untuk bersama-sama mengumumkan angka resmi ketinggian titik tertinggi di Bumi itu dibuat selama kunjungan Presiden China Xi Jinping ke ibu kota Nepal, Kathmandu, tahun lalu.
Beberapa tahun lalu, di 2015 terjadi gempa bumi yang menyebabkan tinggi Gunung Everest menyusut setelahnya menurut ahli geologi dan menewaskan 9.000 orang.
Gempa tersebut juga merusak satu juta bangunan di Nepal dan memicu longsoran salju yang menewaskan 19 orang di base camp.
Para ilmuwan telah menemukan bahwa beberapa puncak Himalaya lainnya seperti Langtang Himal, sebagian besar di utara Kathmandu dan dekat dengan pusat gempa, telah berkurang ketinggiannya kira-kira satu meter setelah gempa bumi.
Lainnya berpendapat, bahwa Gunung Everest sama seperti gunung-gunung lain di pegunungan Himalaya, mungkin benar-benar lebih tinggi dari waktu ke waktu karena pergeseran lempeng tektonik yang didudukinya. Tetapi para ahli mengatakan gempa bumi besar dapat mengakibatkan proses itu terbalik.
"Gempa tahun 2015 juga merupakan alasan utama mengapa kami mengukur ulang gunung tersebut," kata Juru Bicara Departemen Survei Nepal, Damodar Dhakal
Beberapa tahun lalu, di 2015 terjadi gempa bumi yang menyebabkan tinggi Gunung Everest menyusut setelahnya menurut ahli geologi dan menewaskan 9.000 orang.
Gempa tersebut juga merusak satu juta bangunan di Nepal dan memicu longsoran salju yang menewaskan 19 orang di base camp.
Para ilmuwan telah menemukan bahwa beberapa puncak Himalaya lainnya seperti Langtang Himal, sebagian besar di utara Kathmandu dan dekat dengan pusat gempa, telah berkurang ketinggiannya kira-kira satu meter setelah gempa bumi.
Lainnya berpendapat, bahwa Gunung Everest sama seperti gunung-gunung lain di pegunungan Himalaya, mungkin benar-benar lebih tinggi dari waktu ke waktu karena pergeseran lempeng tektonik yang didudukinya. Tetapi para ahli mengatakan gempa bumi besar dapat mengakibatkan proses itu terbalik.
"Gempa tahun 2015 juga merupakan alasan utama mengapa kami mengukur ulang gunung tersebut," kata Juru Bicara Departemen Survei Nepal, Damodar Dhakal
Beberapa tahun lalu, di 2015 terjadi gempa bumi yang menyebabkan tinggi Gunung Everest menyusut setelahnya menurut ahli geologi dan menewaskan 9.000 orang.
Gempa tersebut juga merusak satu juta bangunan di Nepal dan memicu longsoran salju yang menewaskan 19 orang di base camp.
Para ilmuwan telah menemukan bahwa beberapa puncak Himalaya lainnya seperti Langtang Himal, sebagian besar di utara Kathmandu dan dekat dengan pusat gempa, telah berkurang ketinggiannya kira-kira satu meter setelah gempa bumi.
Lainnya berpendapat, bahwa Gunung Everest sama seperti gunung-gunung lain di pegunungan Himalaya, mungkin benar-benar lebih tinggi dari waktu ke waktu karena pergeseran lempeng tektonik yang didudukinya. Tetapi para ahli mengatakan gempa bumi besar dapat mengakibatkan proses itu terbalik.
"
Ketinggian Gunung Everest pertama kalinya ditentukan oleh tim Inggris pada 1856 dengan ketinggian 8.842 Mdpl. Tetapi, berdasarkan survei yang dilakukan India pada 1954, ketinggian yang tepat adalah 8.848 Mdpl, ditentukan pertama kali menggunakan instrumen seperti teodolit dan GPS.
Mengutip Indian Express, Teodolit merupakan instrumen presisi untuk mengukur sudut di bidang horizontal dan vertikal, terutama digunakan untuk tujuan khusus dalam bidang meteorologi dan teknologi peluncuran roket.
Sebuah teodolit modern terdiri dari teleskop. Ketika teleskop menunjuk target objek, masing-masing sudut sumbu dapat diukur dengan presisi yang besar.
Selanjutnya pada 1999, tim National Geographic Society yang menggunakan teknologi GPS menemukan ketinggian Gunung Everest malah mencapai 8.850 Mdpl.
National Geographic berpendapat, di bawah bungkusan salju terdapat hamparan abu-abu berbintik mirip bebatuan, yang memiliki tinggi 30.000 kaki di atas permukaan laut karena pergerakan lempeng tektonik. Bebatuan itu terus-menerus bergerak, membentuk bidang yang menjadi fokus para peneliti.
Di beberapa tempat, lempengan-lempengan itu terlepas, menciptakan lembah di daratan. Di tempat lain, mereka bertabrakan, mendorong gunung ke langit salah satunya Gunung Everest.
Menjulang di perbatasan Tibet dan Nepal, Gunung Everest terbentuk dari benturan tektonik antara lempeng tektonik India dan Eurasia pada puluhan juta tahun lalu.
Tabrakan itu menghancurkan lanskap, menaikkan pegunungan sepanjang sekitar 1.500 mil yang dikenal sebagai wilayah Himalaya.
Pada saat yang sama, saat bebatuan terus naik ke atas, erosi justru menghambat perkembangannya. Angin dan air menyapu permukaan, menyapu sedimen pegunungan dan bebatuan sekitarnya.
Sedangkan, Nepal beberapa tahun kemudian menggunakan Teluk Benggala sebagai pangkalan penghitungan permukaan lautnya, tetapi India telah mensurvei titik yang lebih dekat ke Everest, dekat perbatasan India-Nepal, dari teluk, dan mampu memberikan ketinggian pada titik tersebut bagi surveyor Nepal.
Dari sana, Nepal membangun jaringan stasiun garis pandang yang membentang hampir 250 km hingga titik Everest pertama kali terlihat, menciptakan rantai titik yang dapat diukur dan dijumlahkan.
Kemudian munculah klaim China pada 2005, yang mengatakan ketinggian Gunung Everest mencapai 8.844,43 Mdpl. Hal tersebut dikarena mereka tidak menyertakan ketebalan tanah yang tertutup salju.
Para surveyor China, menggunakan Laut Kuning di provinsi timur Shandong sebagai pangkalan permukaan laut mereka. Surveyor dari kedua negara juga menggunakan rumus trigonometri untuk menghitung ketinggian puncak.
Rumus yang mereka gunakan menghitung tinggi segitiga dengan mengalikan alasnya dengan sudutnya. Kedua belah pihak juga menggunakan Sistem Satelit Navigasi Global untuk menerima data ketinggian dari berbagai alat dalam perhitungan mereka.
"Ini adalah tonggak sejarah pendakian gunung, yang pada akhirnya mengakhiri perdebatan tentang ketinggian atap dunia, karena hanya ada satu angka," ungkap Ketua Asosiasi Pendaki Gunung Nepal, Santa Bir Lama.
0
823
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan