Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dzulbintangxAvatar border
TS
dzulbintangx
Sejarah Kemaritiman Ternate Dan Tidore Daerah Kegiatan Perdagangan Rempah 1512-1600


Sejarah Kerajaan Ternate & Tidore : Kehidupan Politik, Letak Wilayah Dan Perdagangan.

Oleh : Muhamad Bintang

Sejarah Kerajaan Ternate dan Tidore - Pada pembahasan kali ini Sumber Sejarah akan mengulas tentang sejarah kerajaan yang ada di Maluku yakni Kerajaan Ternate dan Tidore. Sub tema yang akan kita bahas meliputi : letak kerajaan, kehidupan politik, kehidupan ekonomi, sejarah kerajaan, kejayaan, keruntuhan, raja-raja, dan peninggalan sejarah Kerajaan Ternate dan Tidore. Oke langsung saja kita simak artikel berikut ini.

Para pedagang Melayu dan Jawa menyebarkan agama Islam di Maluku pada abad ke 15. Dari penyebaran tersebut kemudian muncul 4 kerajaan Islam di Maluku, meliputi Kesultanan Ternate yang dipimpin oleh Sultan Zainal Abidin (1486-1500), Kesultanan Tidore dipimpin oleh Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati dan Kesultanan Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko. Pada saat kerajaan-kerajaan tersebut berkuasa, Islam menyebar sampai ke Hitu, Banda, Makyan, Haruku dan Halmahera.

Sejarah Kerajaan Ternate dan Tidore
Kerajaan Ternate dan Tidore memiliki peran penting dalam menghadapi kekuatan asing yang telah menguasai Maluku. Pada perkembangan selanjutnya kedua kerajaan tersebut bersaing memperebutkan hegemoni politik di kawasan Maluku. Kedua kerajaan ini menjadi pusat perdagangan rempah-rempah, penghasil rempah-rempah meliputi cengkeh dan pala. Wilayah Maluku, Banggai, Gorontalo, Flores dan Mindanau dikuasai oleh Ternate.

Sementara itu, wilayah Maluku bagian timur dan pantai-pantai Irian dikuasai oleh Kesultanan Tidore. Persaingan perdagangan antara kerajaan Ternate dan Tidore tidak dapat dihindarkan. Dari persaingan tersebut menimbulkan munculnya 2 persekutuan dagang, masing-masing kerajaan menjadi pemimpin pada persekutuan tersebut. Persekutuan tersebut meliputi :
Persekutuan 5 bersaudara atau Uli lima : Persekutuan ini dipimpin oleh Kerajaan Ternate yakni meliputi Seram, Ambon, bacan dan Obi.
Persekutuan 9 bersaudara atau Uli Siwa : Persekutuan ini dipimpin oleh Kerajaan Tidore yakni meliputi Jailalo, Halmahera, dan Papua.


[table][tr][td][/td]
[/tr]
[tr][td]Peninggalan Kerajaan Ternate dan Tidore[/td]
[/tr]
[/table]

Kehidupan Politik Kerajaan Ternate dan Tidore
Persaingan antara kerajaan Ternate dan Tidore yang sudah dijelaskan diatas makin tampak saat kedatangan bangsa-bangsa Barat ke Maluku. Bangsa Barat yang pertama datang ke Pulau Maluku yakni Portugis pada tahun 1515. Bangsa Portugis kemudian bersekutu dengan Kerajaan Ternate. Bangsa barat yang kemudian datang ke Maluku yakni Spanyol, mereka berhasil singgah di Maluku pada tahun 1521.

Beda dengan Portugis, bangsa Spanyol melakukan persekutuan dengan Kerajaan Tidore. Hal inilah yang menjadi persaingan antara Ternate dan Tidore semakin tinggi dan dapat terjadi perang antara kedua kerajaan tersebut. Untuk menyelesaikan persaingan antara Portugis dan Spanyol akhirnya pada tahun 1529 diadakan perjanjian, perjanjian tersebut dinamakan Perjanjian Saragosa.




Isi perjanjian Saragosa yaitu Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan kekuasaan di kepulauan Filipina, kemudian bangsa Portugis tetap di Maluku. Dengan keputusan tersebut maka portugis segera mendirikan benteng Sao Paulo. Menurut portugis, dibangunnya benteng ini digunakan untuk melindungi kerajaan Ternate dari serangan kerajaan Tidore. Campur tangan bangsa portugis di Maluku semakin merajalela yaitu dengan melakukan monopoli perdagangan.

Kemudian hal tersebut menimbulkan pertentangan di Kesultanan Ternate pada masa Sultan Hairun tahun 1550. Untuk menyelesaikan pertentangan diadakan perundingan antara Ternate dan Portugis, kemudian perdamaian dapat tercapai pada tahun 1570. Namun perundingan tersebut hanya tipuan belaka. Pada pagi hari, sehari setelah tercapainya perundingan Sultan Hairun dibunuh saat sedang mengunjungi benteng Sao Paulo.

Peristiwa tersebut kemudian membuat rakyat Maluku bangkit dan menentang Bangsa Portugis. Perjuangan dipimpin oleh anak dari Sultan Hairun yaitu bernama Sultan Baabullah. Beliau mengepung benteng Sao Paulo dan berhasil mendudukinya setelah 5 tahun perjuangan. Orang portugis yang berhasil ditangkap, tidak dibunuh tetapi harus pindah meninggalkan Ternate dan pindah ke Ambon.


Kemudian pada abad ke 17, Belanda datang ke Maluku dan terjadi persaingan antara Belanda dan Portugis. Belanda akhirnya berhasil menyingkirkan Portugis dan kemudian menduduki benteng Portugis di Ambon dan berhasil mengusir dari Maluku pada tahun 1605. Tanpa ada saingan, Belanda kemudian bertindak sewenang-wenang. Tindakan tersebut meliputi :

Perintah untuk memusnahkan tanaman rempah-rempah apabila harga sedang turun dan penanaman kembali apabila harga sedang naik.

Melaksanakan sistem penyerahan wajib sebagian hasil rempah-rempah kepada pihak VOC (Kongsi dagang Belanda).

Mengawasi pelaksanaan monopoli perdagangan di seluruh Maluku dan melakukan pengawasan mencegah terjadinya perdagangan gelap.

Tindakan penindasan yang dilakukan Belanda membuat rakyat hidup tertekan dan menderita. Akibatnya, rakyat Maluku bangkit melawan VOC. Pada tahun 1635 sampai 1646 rakyat Hitu melawan VOC dibawah pimpinan Telukabesi dan Kakiali. Kemudian perlawanan juga terjadi di Ambon pada tahun 1650 dipimpin oleh Saidi. Daerah lain juga melakukan perlawanan terhadap VOC (belanda) seperti Haruku, Saparua dan Seram. Tetapi semua perlawanan tersebut dapat dipadamkan oleh VOC. Kemudian tidak ada perlawanan besar lagi setelah akhir abad ke 17, tetapi pada akhir abad ke 18 perlawanan besar muncul kembali terhadap VOC. 


Pada masa Kerajaan-kerajaan Islam muncul, perdagangan rempah-rempah sangat ramai, baik jalur perdagangan antar pulau di Nusantara terutama pada jalur perdagangan Jawa-Maluku dan Makassar-Maluku, menjadi bagian yang inheren dalam konteks perdagangan nasional. Bangsa Barat yang pertama datang di Nusantara adalah bangsa Portugis, dengan semangat ekspansi dan jiwa berdagang berhasil merintis hubungan dagang antara Eropa dan Nusantara. Sebelum tahun 1514, Portugis menyebut Maluku sebagai as ilhas do cravo atau bisa di sebut dengan kepulauan cengkeh. Pedagang-pedagang Arab menyebutnya Jazirat al-Muluk (daerah dari banyak tuan). Cengkeh hanya terdapat di kepulauan Maluku.  Maluku, terdiri dari gugusan pulaupulau kecil, didominasi oleh pulau kembar Ternate dan Tidore. Kerajaan Ternate sebagai pemimpin Uli Lima, yaitu persekutuan lima bersaudara dengan wilayahnya mencakup pulau-pulau Ternate, Obi, Bacan, Seram, dan Ambon. Sementera itu, Kerajaan Tidore memimpin Uli Siwa, yang berarti persekutuan sembilan bersaudara dengan wilayahnya mencakup pulau-pulau Makayan, Jailolo atau Halmahera, dan pulau-pulau di antara daerah itu sampai dengan Irian Barat. Ternate dan Tidore mempunyai kekayaan alam yang unik dan unggul, yaitu pohon cengkeh yang daunnya menyelimuti lereng-lereng gunung-gunung berapi diantara pulau itu. Cengkeh merupakan komoditi unggulan di kepualaun Maluku, Cengkeh mempunyai manfaat untuk ramuan pewangi / parfum, pengharum, obatobatan, kosmetika, dan zat perangsang gairah seks yang sudah sekian lama sehingga mengundang pedagang dari segala penjuru sampai Cina dan Arab. Hal tersebut membuat orang Maluku menjadi korban para pemburu duit. Puncak dari penindasan itu adalah pada pertengahan abad ke-17 dengan penghancuran total pohon-pohon cengkeh secara sistematis oleh Belanda.

Cengkeh yang mempunyai kualitas terbaik adalah yang berasal dari Ternate, Tidore, Motir, Bacan, dan Macan.

Kesimpulan

Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan daerah perdagangan internasional yang diminati banyak bangsa terutama pada rempah-rempah yang dihasilkan di wilayah tersebut. Ternate dan Tidore merupakan daerah penghasil cengkeh dan pala yang terbaik dan satu-satunya yang tumbuh di wilayah tersebut. Sehingga banyak sekali yang berminat untuk mencari cengkeh dan pala termasuk komoditi yang lain yang telah mencuri perhatian bangsa asing termasuk bangsa Portugis, Spanyol, dan Belanda yang ingin memonopoli wilayah tersebut untuk memperoleh keuntungan dalam kegiatan perdagangan serta di dalam negaranya. Dengan sifat ramah dan terbukanya Kesultanan Ternate dan Tidore telah membawakan mereka ke dalam konflik yang berkepanjangan, seperti perlawanan dengan Portugis karena Portugis ingin memonopoli perdagangan di wilayah Ternate serta VOC yang ingin menguasai wilayah Ternate dan Tidore dan juga sekitarnya. VOC juga telah membakar dan membinasakan pohon cengkeh sebagai ketidak patuhan mereka terhadap VOC dalam melakukan perjanjian maupun kerjasama.


Sumber Referensi:

Notosusanto, Nugroho, dkk. Sejarah Nasional Indonesia Jilid III. 1984. Jakarta: Balai Pustaka

Pires, Tome. Suma Oriental dan Buku Francisco Rodrigues (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2015).



Pradjoko, Didik, and Bambang Budi Utomo. Atlas pelabuhan-pelabuhan bersejarah di Indonesia. Direktorat Jenderal Kebudayaan, 2013.






0
485
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan