Kaskus

Entertainment

safitri2095Avatar border
TS
safitri2095
3 KUNCI AGAR BAHAGIA DI DUNIA DAN AKHIRAT
3 KUNCI AGAR BAHAGIA DI DUNIA DAN AKHIRAT

Syaikhul Islam Muhammad At-Tamimi rahimahullah mengatakan 3 hal yang merupakan kunci kebahagiaan:

1. Bersyukur saat diberi nikmat,
2. Bersabar ketika ditimpa musibah,
3. Memohon ampun jika berbuat dosa

Syaikhul Islam Muhammad At-Tamimi rahimahullah berkata,

المتـن: المقدمـة

بِسْمِ اللهِ الرحْمَنِ الرحِيم

أَسْأَلُ اللهَ الْكَرِيمَ رَب الْعَرْشِ الْعَظِيمِ أَنْ يَتَوَلاكَ فِي الدنْيَا وَالآخِرَةِ، وَأَنْ يَجْعَلَكَ مُبَارَكًا أَيْنَمَا كُنْتَ، وَأَنْ يَجْعَلَكَ مِمنْ إِذَا أُعْطِيَ شَكَرَ، وَإِذَا ابْتُلِيَ صَبَرَ، وَإِذَا أذَنبَ اسْتَغْفَرَ. فَإِن هَؤُلاءِ الثلاثَ عُنْوَانُ السعَادَةِ اِعْلَمْ أَرْشَدَكَ اللهُ لِطَاعَتِهِ؛ أَن الْحَنِيفِيةَ مِلةُ إِبْرَاهِيمَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ وَحْدَهُ مُخْلِصًا لَهُ الدينَ، وَبِذَلِكَ أَمَرَ اللهُ جَمِيعَ الناسِ، وَخَلَقَهُم لَهَا؛ كَمَا قَالَ تَعَالَى: ﴿وَمَا خَلَقْتُ الْجِن وَالْإِنسَ إلا لِيَعْبُدُونِ﴾ [الذريات:56]. فَإِذَا عَرَفْتَ أَن اللهَ خَلَقَكَ لِعِبَادَتِهِ؛ فَاعْلَمْ أَن الْعِبَادَةَ لا تُسَمى عِبَادَةً إِلا مَعَ التوْحِيدِ، كَمَا أَن الصلاةَ لا تُسَمى صَلَاةً إِلا مَعَ الطهَارَةِ. فَإِذَا دَخَلَ الشرْكُ فِي الْعِبَادَةِ فَسَدَتْ؛ كَالْحَدَثِ إِذَا دَخَلَ فِي الطهَاَرِةِ. فَإِذَا عَرَفْتَ أَن الشرْكَ إِذَا خَالَطَ الْعِبَادَةَ أَفْسَدَهَا، وَأَحْبَطَ الْعَمَلَ، وَصَارَ صَاحِبُهُ، مِنَ الْخَالِدِينَ فِي النارِ؛ عَرَفْتَ أَن أَهَم مَا عَلَيْكَ مَعْرِفَةُ ذَلِكَ؛ لَعَل اللهَ أَنْ يُخَلصَكَ مِنْ هَذِهِ الشبَكَةِ، وَهِيَ الشرْكُ بِاللهِ، الذِي قَالَ الله تَعَالَى فِيهِ: { إِن اللهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء} [النساء:116]. وَذَلِكَ بِمَعْرِفَةِ أَرْبَعِ قَوَاعِدَ ذَكَرَهَا اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ

Pendahuluan

Saya memohon kepada Allah Yang Maha Pemurah,Tuhan ‘Arsy yang agung agar memeliharamu di dunia dan akhirat, menjadikanmu diberkahi di manapun berada, menjadikanmu bersyukur saat diberi nikmat, bersabar ketika ditimpa musibah, dan meminta ampun jika berbuat dosa. Tiga hal terakhir yang telah disebutkan di atas adalah kunci kebahagiaan.

Ketahuilah, semoga Allah membimbing Anda dalam mena’ati-Nya. Al-hanifiyah adalah agama Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, yaitu Anda beribadah kepada Allah dengan memurnikan ibadah hanya untuk-Nya saja.

Dengan agama al-hanifiyah inilah Allah memerintahkan semua manusia dan untuk tujuan inilah Allah menciptakan mereka, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِن وَالْإِنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku (saja)” (QS.Adz-Dzaariyaat: 56).

Jika Anda telah mengetahui bahwa Allah menciptakan Anda untuk beribadah kepada-Nya, maka ketauhilah bahwa ibadah tidaklah dikatakan sebagai ibadah kecuali jika disertai tauhid, sebagaimana shalat, tidaklah dikatakan sebagai shalat kecuali jika disertai dengan bersuci. Oleh karena itulah, jika syirik mencampuri ibadah, maka rusaklah ibadah itu, sebagaimana hadats bila mencampuri kesucian.

Jika Anda sudah mengetahui kalau syirik bercampur dengan ibadah, maka akan merusaknya, menyebabkan gugurnya semua amalan pelakunya dan menyebabkan pelakunya menjadi orang yang kekal di dalam Neraka, tentulah Anda akan mengetahui bahwa perkara yang paling penting bagi Anda adalah mempelajari masalah ini (kesyirikan), semoga dengannya Allah berkenan membebaskan Anda dari jaring kesyirikan ini, yaitu kesyirikan kepada Allah, yang Allah Ta’ala telah berfirman tentangnya:

إِن اللهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang berada di bawah (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya” (QS.An-Nisaa`: 116).

Pengetahuan tentang syirik bisa didapatkan dengan memahami empat kaidah yang telah Allah Ta’ala sebutkan dalam Kitab-Nya.

Kaidah pertama:

Anda perlu mengetahui bahwa orang-orang kafir yang diperangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meyakini bahwa Allah Ta’ala adalah satu-satunya Pencipta dan Pengatur (segala urusan). Namun demikian, hal itu tidaklah menyebabkan mereka masuk ke dalam agama Islam. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنْ السمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمنْ يَمْلِكُ السمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَي مِنْ الْمَيتِ وَيُخْرِجُ الْمَيتَ مِنْ الْحَي وَمَنْ يُدَبرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتقُونَ

“Katakanlah: ‘Siapa yang memberi rizki kepada kalian dari langit dan bumi, atau siapa yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapa yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati (menghidupkan) dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup (mematikan), dan siapa yang mengatur segala urusan? ‘Maka mereka (kaum musyrikin) akan menjawab:’Allah’. Maka katakanlah:’Mengapa kalian tidak bertakwa (kepada-Nya)” (QS. QS. Yunus: 31).

————————————————————————

القاعدة الثانية

أنّهم يقولون: ما دعوناهم وتوجّهنا إليهم إلا لطلب القُرْبة والشفاعة، فدليل القُربة قوله تعالى: {وَالذِينَ اتخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَربُونَا إِلَى اللهِ زُلْفَى إِن اللهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِن اللهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفارٌ}[الزمر:3]. ودليل الشفاعة قوله تعالى: {وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللهِ مَا لَا يَضُرهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللهِ}[يونس:18]، والشفاعة شفاعتان: شفاعة منفيّة وشفاعة مثبَتة: فالشفاعة المنفيّة ما كانت تٌطلب من غير الله فيما لا يقدر عليه إلاّ الله، والدليل: قوله تعالى: {يَا أَيهَا الذِينَ آمَنُوا أَنفِقُوا مِما رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خُلةٌ وَلَاشَفَاعَةٌ وَالْكَافِرُونَ هُمْ الظالِمُونَ}[البقرة:254]. والشفاعة المثبَتة هي: التي تُطلب من الله، والشّافع مُكْرَمٌ بالشفاعة، والمشفوع له: من رضيَ اللهُ قوله وعمله بعد الإذن كما قال تعالى: {مَنْ ذَا الذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ}[البقرة:255].

Kaidah kedua:

Mereka (orang-orang yang berbuat syirik) berkata: “Kami tidaklah berdoa dan tidak beribadah kepada mereka (sembahan selain Allah, pent.) kecuali supaya mereka mendekatkan kami pada Allah dan meminta syafaat (meminta mereka jadi perantara,untuk mendoakan kami, pent.).

Dalil tentang qurbah adalah firman Allah Ta’ala,

وَالذِينَ اتخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَربُونَا إِلَى اللهِ زُلْفَى إِن اللهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِن اللهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفارٌ

“Dan orang-orang yang mengambil sesmbahan selain Allah (berkata):”Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar” (QS. Az-Zumar: 3).

Adapun dalil tentang syafa’at adalah firman Allah Ta’ala,

وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللهِ مَا لَا يَضُرهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللهِ

“Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfa’atan, dan mereka (musyrikin) berkata: “Mereka (sembahan selain Allah) itu adalah perantara kami di sisi Allah” (QS. Yunus: 18).

Syafaat itu ada dua macam:

Syafaat manfiyah (yang ditolak keberadaannya).
Syafaat mutsbatah (yang ditetapkan keberadaannya).
Syafaat manfiyah (ditolak) adalah syafaat yang diminta kepada selain Allah, dalam perkara yang tidak satupun yang mampu memberikannya kecuali Allah. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

يَا أَيهَا الذِينَ آمَنُوا أَنفِقُوا مِما رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خُلةٌ وَلَا شَفَاعَةٌ وَالْكَافِرُونَ هُمْ الظالِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafa’at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim” (QS. Al-Baqarah: 254).

Syafa’at mutsbatah (ditetapkan) adalah syafa’at yang diminta dari Allah. Orang yang mensyafa’ati (memperantarai dengan cara mendo’akan, pent.) itu dimuliakan (oleh Allah) dengan syafa’at tersebut, sedangkan yang mendapatkan syafa’at adalah orang yang Allah ridhai, baik ucapan maupun perbuatannya, sesudah Allah mengizinkannya. (Hal ini) sebagaimana firman Allah Ta’ala,

مَنْ ذَا الذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ

“Siapakah yang mampu mensyafa’ati di sisi Allah tanpa izin-Nya?” (QS. Al- Baqarah: 255).

Syaikhul Islam Muhammad At-Tamimi rahimahullah berkata,

القاعدة الثالثة

أنّ النبي ظهر على أُناسٍ متفرّقين في عباداتهم منهم مَن يعبُد الملائكة، ومنهم من يعبد الأنبياء والصالحين، ومنهم من يعبد الأحجار و الأشجار، ومنهم مَن يعبد الشمس والقمر، وقاتلهم رسول الله ولم يفرق بينهم، والدليل قوله تعالى: {وَقَاتِلُوهُمْ حَتى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدينُ لِلهِ}[البقرة:193].

ودليل الشمس والقمر قوله تعالى: {وَمِنْ آيَاتِهِ الليْلُ وَالنهَارُ وَالشمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ}[فصلت:37]. ودليل الملائكة قوله تعالى: {وَلَا يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتخِذُوا الْمَلَائِكَةَ وَالنبِيينَ أَرْبَابًا}[آل عمران:80]. ودليل الأنبياء قوله تعالى: {وَإِذْ قَالَ اللهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنتَ قُلْتَ لِلناسِ اتخِذُونِي وَأُمي إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَق إِنْ كُنتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنكَ أَنْتَ عَلامُ الْغُيُوبِ}[المائدة:116].ودليل الصالحين قوله تعالى: {أُوْلَئِكَ الذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبهِمْ الْوَسِيلَةَ أَيهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ} الآية[الإسراء:57].ودليل الأحجار والأشجار قوله تعالى: {أَفَرَأَيْتُمْ اللاتَ وَالْعُزى(19)وَمَنَاةَ الثالِثَةَ الْأُخْرَى}[النجم:19-20].وحديث أبي واقدٍ الليثي قال: خرجنا مع النبي إلى حُنين ونحنُ حدثاء عهدٍ بكفر، وللمشركين سدرة يعكفون عندها وينوطون بها أسلحتهم يقال لها: ذات أنواط، فمررنا بسدرة فقلنا: يا رسول الله إجعل لنا ذات أنواط كما لهم ذات أنواط… الحديث

Kaidah ketiga:

Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berada ditengah-tengah manusia yang memiliki berbagai bentuk peribadatan. Di antara mereka ada yang menyembah para malaikat, nabi, orang-orang shalih, pepohonan, bebatuan, matahari, dan bulan. Mereka semua diperangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau tidak pandang bulu pada mereka. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

وَقَاتِلُوهُمْ حَتى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدينُ لِلهِ

“Dan perangilah mereka sehingga tidak ada lagi fitnah, dan Dien ini untuk Allah semata” (QS.Al-Baqarah: 193).

Dalil (penyembahan mereka kepada) matahari dan bulan adalah firman Allah Ta’ala,

وَمِنْ آيَاتِهِ الليْلُ وَالنهَارُ وَالشمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ

“Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan” (QS.Fushshilat: 37).

Dalil (penyembahan mereka kepada) para Malaikat adalah firman Allah Ta’ala,

وَلَا يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتخِذُوا الْمَلَائِكَةَ وَالنبِيينَ أَرْبَابًا

“Dan dia (Nabi Muhammad) tidak pernah memerintahkan kalian untuk menjadikan para Malaikat dan para Nabi sebagai sembahan-sembahan” (QS. Ali ‘Imran: 80).

Dalil (penyembahan mereka kepada) para Nabi adalah firman Allah Ta’ala,

وَإِذْ قَالَ اللهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنتَ قُلْتَ لِلناسِ اتخِذُونِي وَأُمي إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَق إِنْ كُنتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنكَ أَنْتَ عَلامُ الْغُيُوبِ

“Dan [ingatlah] ketika Allah berfirman: Hai ‘Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang sesembahan selain Allah?”. ‘Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara-perkara yang ghaib (QS.Al-Maidah: 116).

Dalil (penyembahan mereka kepada) orang-orang shalih adalah firman Allah Ta’ala,

أُوْلَئِكَ الذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبهِمْ الْوَسِيلَةَ أَيهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ

“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (dengan Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya” (QS.Al-Israa`: 57).

Dalil (penyembahan mereka kepada) pepohonan dan bebatuan adalah firman Allah Ta’ala,

أَفَرَأَيْتُمْ اللاتَ وَالْعُزى(19)وَمَنَاةَ الثالِثَةَ الْأُخْرَى

“Maka apakah patut kalian (hai orang-orang musyrik) menganggap al-lata dan al-‘uzza, dan manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)?” (QS.An-Najm: 19-20).

Dan hadits Abi Waqid Al-Laitsi, dia berkata,

“Kami keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menuju (perang) Hunain, dan ketika itu kami baru saja terbebas dari kekafiran (muallaf). Sementara itu, orang-orang musyrik mempunyai sebuah pohon bidara yang dipakai berdiam diri (dalam bentuk beribadah) di sisinya dan mereka menggantungkan senjata-senjata mereka di situ (untuk cari berkah, pent.). Pohon itu dikenal dengan nama Dzatu Anwath (yang mempunyai tempat menggantung). Kami kemudian melalui pohon bidara itu, lalu kami mengatakan: “Wahai Rasulullah, pilihkanlah bagi kami pohon untuk menggantungkan senjata dalam rangka mencari berkah, sebagaimana mereka (musyrikin) mempunyai pohon tersebut….” sampai akhir hadits.

القاعدة الرابعة

أنّ مشركي زماننا أغلظ شركـًا من الأوّلين، لأنّ الأوّلين يُشركون في الرخاء ويُخلصون في الشدّة، ومشركوا زماننا شركهم دائم؛ في الرخاء والشدّة. والدليل قوله تعالى: {فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوْا اللهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدينَ فَلَما نَجاهُمْ إِلَى الْبَر إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ}[العنكبوت:65].

Kaidah keempat:

Sesungguhnya kaum musyrikin di zaman kita lebih parah dibandingkan kaum musyrikin zaman dulu. Kaum musyrikin zaman dahulu berbuat syirik pada saat lapang (bergelimang kenikmatan) dan mereka mengikhlaskan (ibadah kepada Allah semata) ketika berada dalam keadaan sempit (tertimpa musibah). Sedangkan orang-orang musyrik di zaman kita berbuat syirik dalam setiap keadaan, baik ketika lapang maupun sempit. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,

فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوْا اللهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدينَ فَلَما نَجاهُمْ إِلَى الْبَر إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ

“Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdo’a kepada Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya, maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka [kembali] mempersekutukan [Allah]” (QS.Al- Ankabut: 65).

***

Penyusun: Ust. Sa’id Abu Ukasyah



© 2023 muslim.or.id
Sumber: https://muslim.or.id/26784-matan-ter...idul-arba.html


{thread_title}
[img]
https://www.facebook.com/reel/860032...&s=yWDuG2&fs=e[/img]
0
719
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan