Pembuatan Kelompok Belajar sangatlah penting diterapkan kepada semua siswa di kelas. Setiap guru sebaiknya menerapkan pembuatan kelompok belajar ini kepada semua siswa yang ada di kelas. Pembuatan kelompok belajar ini tidak hanya berlaku untuk mengerjakan tugas kelompok saja, tetapi berlaku selama mereka menduduki kelas tersebut. Jika pembuatan kelompok belajar hanya untuk mengerjakan tugas kelompok maka tugas kelompok tersebut hanya sebatas kewajiban dimana jika selesai dikerjakan, urusan selesai. Mereka tidak mendapatkan manfaat lain dari kelompok belajar mereka. Manfaat yang dapat diperoleh dengan membuat kelompok belajar adalah sebagai berikut :

Pembuatan kelompok belajar akan membuat para siswa saling bekerjasama satu sama lain dalam menyelesaikan masalah dan mengerjakan tugas. Dengan adanya kelompok belajar, para siswa bisa saling berdiskusi dan mencurahkan pendapat dan ide ide kreatif untuk menyelesaikan suatu persoalan. Kempampuan tersebut tentunya sangat berguna di masa depan. Karena dalam dunia kerja tentunya para karyawan maupun pimpinannya harus bisa bekerjasama dalam tim. Semua itu dilatih dengan adanya kelompok belajar.  

Pembuatan kelompok belajar tentunya membuat semua siswa saling melengkapi satu sama lain, karena setiap siswa dalam satu kelompok memiliki keunggulan dan kelemahan yang berbeda. Oleh karena itu dengan adanya kelompok belajar, para siswa yang memiliki kekurangan dalam bidang tertentu, dapat dibantu oleh siswa lain yang memiliki keunggulan di bidang tersebut.Sehingga jika suatu kelompok dihadapkan dalam suatu masalah, para siswa dapat berkontribusi menyelesaikan permasalahan tersebut dengan keahlian masing masing.

Pembuatan kelompok belajar tentunya dapat meningkatkan keakraban antar sesama siswa.  Setiap siswa dalam suatu kelompok memiliki tipe yang berbeda. Perbedaan tipe tersebut dapat disatukan dengan adanya kelompok belajar.  Berikut ini ada 3 tipe kepribadian siswa, yaitu :

Siswa dengan kepribadian introvert memiliki kecenderungan menyukai ketenangan, suka menyendiri, dan reflektif terhadap apa yang mereka lakukan. Dapat dikatakan bahwa siswa introvert cenderung untuk menjauhi interaksi dengan hal-hal baru dan lebih suka melakukan aktivitas yang bersifat soliter (dapat dilakukan sendirian tanpa bantuan orang lain). Kegiatan yang banyak digemari siswa dengan sifat introvert antara lain: menulis, membaca, mengoperasikan komputer, menonton film, memancing, dan lain sebagainya. Jika diperhatikan lebih dalam, siswa introvert juga memiliki kemampuan yang sangat baik dalam melakukan analisa hal-hal rumit. Hal ini dikarenakan mereka lebih mudah untuk berkonsentrasi saat memecahkan masalah.

Ada 10 ciri ciri siswa yang memiliki kepribadian introvert, yaitu :

a.      Cenderung pendiam dan suka menyendiri.

b.     Kurang menyukai pembicaraan yang ringan.

c.      Kurang menyukai keramaian.

d.     Biasanya tidak langsung membalas pesan dari seseorang.

e.     Merasa lebih nyaman berkumpul dengan sedikit orang.

f.       Cermat dalam mengamati keadaan sekitar.

g.      Suka menulis.

h.     Biasanya dapat menebak karakter orang.

i.        Berpikir dulu sebelum berbicara.

j.       Kurang suka menjadi pusat perhatian.

siswa ekstrovert lebih menyukai suasana yang interaktif. Siswa ekstrovert biasanya cukup antusias dalam hal baru dan senang bergaul. Hal ini dikarenakan siswa dengan sifat ekstrovert biasanya sangat dipengaruhi oleh sifat, kondisi atau kebiasaan yang menyenangkan dari luar diri mereka sendiri. Bagi siswa berkepribadian ekstrovert, kegiatan sosial seperti berinteraksi dengan orang lain dan bertukar informasi dengan banyak orang adalah hal yang menyenangkan. Melakukan sesuatu hal sendirian saja bagi mereka adalah sesuatu yang sangat membosankan. Jadi, jika guru melihat siswa yang selalu bersemangat ketika bermain, berkumpul dengan banyak orang dan memiliki kecenderungan mendominasi pembicaraan maka dapat dikatakan bahwa siswa tersebut berkepribadian ekstrovert.

Berikut ini adalah ciri-ciri siswa yang memiliki kepribadian ekstrovert:

a.      Selalu antusias dan semangat dalam berbagai hal.

b.     Senang sekali berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain.

c.      Mudah sekali dalam bergaul, bahkan dengan orang baru sekalipun.

d.     Memiliki kecenderungan bertindak atau berbicara secara spontan.

e.     Sangat pandai mencairkan suasana/ice breaker.

f.       Senang menjadi pusat perhatian orang lain/ populer.

g.      Lebih suka menjadi pembicara daripada menjadi pendengar.

h.     Memiliki kepercayaan diri yang baik.

i.        Sigap dan tegas.

j.       Lebih senang saat bekerja kelompok daripada bekerja sendiri.

Siswa ambivert dapat menjadi seorang yang introvert dan juga ekstrovert. Kepribadian ambivert dapat muncul dari lahir atau juga muncul karena proses kehidupan yang telah dilalui. Maka tidak heran, Seorang dengan kepribadian ambivert akan bisa mengendalikan potensi dan kelebihan yang ada pada diri mereka seiring dengan berjalannya waktu.  Kepribadian siswa ambivert yang memiliki sisi kepribadian introvert dan ekstrovert seimbang, membuatnya memiliki beberapa kelebihan dibandingan siswa introvert dan juga ekstrovert. Siswa yang ambivert cenderung merasa nyaman dengan kondisi yang penuh dengan interaksi sosial, tetapi mereka juga dapat menikmati kondisi sepi atau jauh dari keramaian.

Ciri-ciri siswa yang memiliki kepribadian ambivert adalah seperti berikut ini:

a.Terlihat nyaman berada di tengah kerumunan dan tidak suka bila terlalu lama menyendiri.

b.Kepribadian mereka berubah-ubah tergantung lawan bicaranya.

c.Terkadang memiliki ketertarikan dalam percakapan yang mendalam dan spesifik.

d.Tidak selalu diam, tapi tidak juga berbicara secara berlebihan.

e.Memiliki kesulitan memutuskan sesuatu, misalnya memilih rencana akhir pekan.

Perlu diingat bahwa sebaiknya mengelompokkan masing masing siswa dengan kepribadian yang berbeda. Siswa dengan kepribadian introvert dan ekstrovert berada dalam satu kelompok, dan siswa  yang ambivert bebas masuk kelompok manapun. Hal ini dilakukan supaya hasil yang diperoleh seimbang.

Metode mengajar yang terlalu biasa dapat membuat siswa merasa jenuh. Contoh metode mengajar yang terlalu biasa adalah guru hanya bercerita menerangkan pelajaran satu jam pelajaran penuh dan memberikan tugas (terlebih lagi kalau tugasnya banyak). Apalagi kalau menerangkannya sambil melihat buku. Metode mengajar yang seperti itu dapat berdampak buruk bagi siswa, diantaranya adalah :

a. Siswa merasa bosan di kelas dan selalu melihat jam (kalau ada jam).

b. Siswa yang dapat memahami pelajaran dengan baik mungkin hasilnya akan tetap bagus, tetapi yang tidak bisa memahami pelajaran dengan baik hasilnya akan semakin buruk.

c. Siswa yang dikasih banyak tugas menganggap kalau tugas tersebut hanyalah kewajiban. Siswa yang ditumpuk banyak tugas tentunya tidak mendapatkan kesempatan untuk bermain dan bergaul. Dengan kata lain, siswa tidak akan punya waktu untuk hal lain dan dirinya sendiri. Mereka yang pemalas tentunya hanya akan menyalin jawaban dari temannya yang rajin.

Solusi dari permasalahan tersebut tentunya adalah dengan membuat kelompok belajar. Guru tetap boleh menerangkan pelajaran, tetapi sebaiknya tidak satu jam pelajaran penuh. Maksimal setengah jam pelajaran dan sisanya untuk latihan soal bersama teman sekelompok.  Pemberian tugas  setidaknya sekali dan dikerjakan berkelompok. Pemberian tugas berguna untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi, bukan hanya sekedar kewajiban. Oleh karena itu masing masing siswa juga perlu memastikan apakah temannya benar benar paham tentang materi yang diberikan dengan mengerjakan soal melalui tugas.