- Beranda
- Komunitas
- Sports
- Sundul Bola
Final Piala Dunia: Messi angkat trofi dalam jubah tradisional Arab jadi momen ikonik


TS
randomhistory
Final Piala Dunia: Messi angkat trofi dalam jubah tradisional Arab jadi momen ikonik
Shamoon Hafez
BBC Sport di Stadion Lusail
19 Desember 2022, 09:01 WIB
Ini adalah momen ikonik yang akan hidup selamanya dalam sejarah Piala Dunia dan citra Timur Tengah.
Lionel Messi dipanggil ke atas panggung untuk mengangkat trofi yang telah dia damba-dambakan di sepanjang kariernya yang cemerlang dan tiada tandingannya.
Di ujung lain podium adalah rekan-rekan satu timnya di Argentina, siap untuk berpesta setelah mengalahkan Prancis melalui adu penalti di salah satu babak final paling hebat yang pernah disaksikan.
Messi berjabat tangan dengan presiden Fifa Gianni Infantino dan Sheikh Tamim dari Qatar, yang dengan main-main dua kali menepuk-nepuk kepala pemain berusia 35 tahun itu.
Messi kemudian dipakaikan bisht — jubah tradisional untuk pria yang populer di dunia Arab - sebelum berjoget dan mengangkat trofi Piala Dunia.
Itu tidak hanya menjadi momen berkesan bagi Messi, tetapi juga Qatar - yang pada hari nasionalnya, menutup Piala Dunia pertama yang diselenggarakan di negara Muslim.
Barangkali merupakan suatu kehormatan besar bagi Messi untuk mengenakan pakaian khas Arab, namun sebagian orang memandangnya sebagai tidak sopan dan mencederai hari yang telah dia tunggu-tunggu.
Sheikh Tamim berkata di Twitter: "Kami telah memenuhi janji kami untuk menyelenggarakan kejuaraan yang luar biasa dari negara-negara Arab.
"Ini memberikan kesempatan bagi orang-orang di seluruh dunia untuk belajar tentang kekayaan budaya kami dan orisinalitas nilai-nilai kami."
Mimpi 'Muchachos' menjadi nyata
Kemenangan itu nyaris tidak terjadi untuk Argentina.
Kylian Mbappe yang brilian tidak sudi membiarkan Argentina menang begitu saja. Ia mencetak hat-trick untuk Prancis – yang pertama di final Piala Dunia sejak Sir Geoff Hurst dari Inggris pada tahun 1966 – tetapi orang-orang Argentina selalu percaya mendiang Diego Maradona mengawasi mereka.

Pada akhirnya, harapan dan impian Messi dan seluruh Argentina akhirnya terwujud menjadi kenyataan di Stadion Lusail yang meriah.
Lagu yang telah berkumandang di berbagai penjuru Qatar dan di kampung halaman di Argentina itu dimainkan sekali lagi.
Lagu yang menyatakan Don Diego menyaksikan dari langit, "menyemangati Lionel, dan menjadi juara lagi, dan menjadi juara lagi".
'Muchachos' adalah cover lagu dari band Argentina La Tosca, dengan lirik yang diterjemahkan sebagai: "Kawan-kawan, kita punya harapan lagi."
Luka selama lebih dari tiga dekade hilang dalam sekejap ketika skuad Lionel Scaloni, yang dipimpin oleh Messi, merayakan kemenangan Piala Dunia mereka yang ketiga, setelah 1978 dan 1986, di babak final keenam mereka.
Lanjut membaca....
BBC Sport di Stadion Lusail
19 Desember 2022, 09:01 WIB
Konten Sensitif

Ini adalah momen ikonik yang akan hidup selamanya dalam sejarah Piala Dunia dan citra Timur Tengah.
Lionel Messi dipanggil ke atas panggung untuk mengangkat trofi yang telah dia damba-dambakan di sepanjang kariernya yang cemerlang dan tiada tandingannya.
Di ujung lain podium adalah rekan-rekan satu timnya di Argentina, siap untuk berpesta setelah mengalahkan Prancis melalui adu penalti di salah satu babak final paling hebat yang pernah disaksikan.
Messi berjabat tangan dengan presiden Fifa Gianni Infantino dan Sheikh Tamim dari Qatar, yang dengan main-main dua kali menepuk-nepuk kepala pemain berusia 35 tahun itu.
Messi kemudian dipakaikan bisht — jubah tradisional untuk pria yang populer di dunia Arab - sebelum berjoget dan mengangkat trofi Piala Dunia.
Itu tidak hanya menjadi momen berkesan bagi Messi, tetapi juga Qatar - yang pada hari nasionalnya, menutup Piala Dunia pertama yang diselenggarakan di negara Muslim.
Barangkali merupakan suatu kehormatan besar bagi Messi untuk mengenakan pakaian khas Arab, namun sebagian orang memandangnya sebagai tidak sopan dan mencederai hari yang telah dia tunggu-tunggu.
Sheikh Tamim berkata di Twitter: "Kami telah memenuhi janji kami untuk menyelenggarakan kejuaraan yang luar biasa dari negara-negara Arab.
"Ini memberikan kesempatan bagi orang-orang di seluruh dunia untuk belajar tentang kekayaan budaya kami dan orisinalitas nilai-nilai kami."
Mimpi 'Muchachos' menjadi nyata
Kemenangan itu nyaris tidak terjadi untuk Argentina.
Kylian Mbappe yang brilian tidak sudi membiarkan Argentina menang begitu saja. Ia mencetak hat-trick untuk Prancis – yang pertama di final Piala Dunia sejak Sir Geoff Hurst dari Inggris pada tahun 1966 – tetapi orang-orang Argentina selalu percaya mendiang Diego Maradona mengawasi mereka.

Pada akhirnya, harapan dan impian Messi dan seluruh Argentina akhirnya terwujud menjadi kenyataan di Stadion Lusail yang meriah.
Lagu yang telah berkumandang di berbagai penjuru Qatar dan di kampung halaman di Argentina itu dimainkan sekali lagi.
Lagu yang menyatakan Don Diego menyaksikan dari langit, "menyemangati Lionel, dan menjadi juara lagi, dan menjadi juara lagi".
'Muchachos' adalah cover lagu dari band Argentina La Tosca, dengan lirik yang diterjemahkan sebagai: "Kawan-kawan, kita punya harapan lagi."
Luka selama lebih dari tiga dekade hilang dalam sekejap ketika skuad Lionel Scaloni, yang dipimpin oleh Messi, merayakan kemenangan Piala Dunia mereka yang ketiga, setelah 1978 dan 1986, di babak final keenam mereka.
Lanjut membaca....
0
209
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan