
Kisah ini adalah gabungan karya fiksi dan kisah nyata. Gambar hanya sekedar ilustrasi saja.
Gambar Sensitif

Setiap hari kena marah, diberikan sumpah serapah dan caci maki penuh kata kotor. Di dalam rumah, salah. Pergi dr rumah, juga salah. Makan banyak, salah. Makan sedikit, juga salah. Bangun pagi, dibilang begadang. Bangun siang, dibilang pemalas. Disuruh cari pasangan hidup, sudah dapat, cowoknya dibilang gembel, padahal duitnya tak ada batas. Memilih single, dibilang perawan tua.
Ya seperti itulah nasib Bella, sepupu aku yang usianya hanya 1 tahun lebih muda dari aku. Kedua orang tuanya memang tidak waras. Mau minta uang untuk keperluan kuliah ke ayahnya, disuruh melacur. Jawaban apa coba itu. Papanya berduit tapi lebih pelit dari paman Gober. Mamanya? Ya sedikit lebih waras sih tapi kedua orang tua dia seperti kucing dan anjing.
Piring terbang (bukan Ufo) sudah jadi pemandangan setiap hari. Kata kata kotor sudah memenuhi otak sepupu aku. Dia kini menjadi stress dan penuh sakit hati. Tak pernah dia merasakan kehangatan keluarga. Papa dia rajin main tangan. Mama dia tidak bisa banyak membantu. Siapa yang salah?

Bukan salah dia lahir di dunia fana ini. Bukan mau dia lahir dari orang tua gila semacam itu. Kalau dia bisa memilih, mending dia tidak pernah ada di dunia. Apa yang mau disyukuri? Tidak ada. Adiknya harus dan dipaksa menjadi dokter oleh ayahnya karena ayahnya dulu mau jadi dokter tapi gak tercapai.
Mereka berdua sudah kenyang dengan kegilaan ini. Bella tidak tahu harus mengadu ke siapa? Om dan tante dia juga sama saja. Tidak ada yang membela dia. Senjata agama senantiasa dipakai dan diberikan dari om dan tantenya...

"Sudah lah. Bersyukur saja. Maafkan mereka. Ingat. Iman harus kuat."
Ya gitu saja terus sampai bumi bentuknya jadi kayak pisang Ambon. Mau sampai kapan? Dia sebetulnya cantik sekali. Tubuh dia tinggi langsing layaknya model top tapi hati dia suda dipenuhi kebencian yang begitu pekat dan dalam. Adiknya sudah menghilang entah ke mana tapi dia sudah jadi dokter karena terpaksa juga sampai mau bunuh diri tapi batal.

Suatu hari, dia memutuskan untuk bertemu dengan aku yang masih belum menikah tapi sudah memiliki tunangan. Ya tunangan aku memang tidak cemburu karena sesama sepupu, apa yang bisa terjadi. Betul juga sih. Dia melihat aku sebagai tempat yang tepat untuk mencurahkan isi hati dia yang terluka.
"Sabar ya dedek cantik. Mau gimana lagi? Eh kamu bisa bahasa inggris. Coba aja cari kerja di Singapore sana. Sukur² bisa menetap di sana dan merdeka jauh dari oang tua kamu yang gila itu. Di sini sudah susah cari kerjaan." Kataku sambil memeluk dia dengan lembut.

Aku ingat kami berdua senantiasa ribut semasa kami kecil tapi ya itu dulu. Sekarang sudah beda. Kami berdua begitu dekat layaknya kakak adik kandung. Aku adalah satu satunya orang yang bisa membuat dia merasa senang dan tersenyum. Aku seperti pembunuh rasa sakit dia.
Suatu sore...
"Kau itu!!! Keluyuran saja terus. Perempuan gak beres. Mana ada anak perempuan keluar pagi pulang sore!!" Bentak Lukman, ayah Bella yang tak lain adalah paman aku.
Gambar Sensitif

"Lah? Orang mah mau cari kerja. Kalau aku dah kerja, pergi pagi pulang sore atau malam. Salah di mana?" Jawab Bella mulai menangis.
"Ah!!! Alasan kau saja itu mau menebar pesona sama lelaki gak jelas di jalanan sana. Anak perempuan macan pelacur jalanan kau!!! Sana masuk dan mandi. Makan!!!" Bentak sang ayah.
Bella masuk dan menangis. Apa salah dia? Dia hanya mencoba mencari pekerjaan. Dia memang ada interview dengan beberapa perusahaan dan berharap dia bisa bekerja di dalam negeri (dengan gaji luar negeri). Salah kah kalau dia berbuat seperti itu? Toh pekerjaan kantoran, bukan di tempat pijat ++.
"Apa sih salah aku? Aku hanya mau cari kerja biar mandiri dan gak mau merepotkan orang tua. Kalau aku sudah ada uang, aku mau keluar dari rumah ini. Aku tidak pernah menjual tubuh aku. Kenapa papa aku selalu mengira aku melacurkan diri? Kenapa aku harus lahir dari orang tua macam ini?" Kata dia dalam hatinya.
Gambar Sensitif

Di kamar mandi itu, dia menangis sambil menyalakan air shower. Air mata dia mengalir deras tak ada henti. Hati dia sudah sangat terluka parah. Makan? Siapa butuh makan? Rasa lapar dia sudah hilang. Dia sendiri tidak pernah tidur sembarangan meski sudah pernah pacaran selama 5 tahun alias tetap perawan. Kenapa dia dipanggil pelajar oleh ayah kandung dia sendiri?
1jam kemudian, dia melakukan sesuatu yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya. Dengan bermodalkan pakaian seadanya, tas dan uang yang dia punya, dia kabur dari rumahnya. Dia menuju ke tempat aku tepat pukul 2 pagi. Aku memang belum tidur saat itu.
Tok tok tok.
"Bah. Stress. Jam segini. Siapa pula bertamu? Mabok mabok malam malam. Siapa sih? Eh bused. Bella!?!" Kataku dalam hati. Pintu aku buka dan...
"Oh hai Bella. Kenapa? Kamu kabur?"
Dia tidak menjawab dan langsung menangis di dalam pelukan aku.
Bersambung