Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak karyawan yang memutuskan meninggalkan Twitter setelah ultimatum bos baru Elon Musk soal bekerja intensitas tinggi. Para pengguna memperkirakan aksi ini akan membuat raksasa jejaring sosial tumbang dalam hitungan hari.
Setelah memangkas ribuan pekerja beberapa waktu lalu, Musk menawarkan dua opsi pada sisa orang di Twitter. Yakni bekerja berjam-jam dengan intensitas tinggi atau pergi, dan nampaknya staf yang tersisa memilih pilihan terakhir.
The Guardian melaporkan para pegawai yang pergi mencakup banyak insinyur yang bertanggung jawab atas memperbaiki bug dan mencegah pemadaman. Inilah yang membuat karyawan dan mantan karyawan mempertanyakan kestabilan platform karena langkah tersebut, dikutip Jumat (18/11/2022). 


Para pengguna juga berspekulasi situs akan segera mati dalam hitungan jam atau hari. Tak lama setelah kabar itu beredar, berdasarkan pantauan CNBC Indonesia tagar #RIPTwitter juga menggema di lini masa pada hari ini.
The Guardian mengutip salah satu sumber juga melaporkan aplikasi Twitter yang digunakan para karyawan mulai melambat pada Kamis malam. Diperkirakan versi publik berisiko rusak pada malam hari.
Situs Down Detector juga memperlihatkan adanya peningkatan signifikan pada laporan masalah di Twitter. "Jika memang rusak, tidak ada yang tersisa untuk memperbaiki banyak hal di banyak daerah," kata sumber itu. 


Setelah banyaknya yang memilih untuk menolak bekerja intensitas tinggi, Musk akhirnya melonggarkan mandat bekerja di kantor. Keputusan itu dikeluarkan seminggu lalu dan diganti menjadi karyawan boleh bekerja dari jarak jauh jika manager mereka menegaskan bisa membuat kontribusi yang baik.
New York Times melaporkan, Twitter juga mengumumkan melalui email akan menutup gedung kantornya dan menonaktifkan akses karyawan hingga Senin waktu setempat.
Musk dilaporkan juga bertemu dengan beberapa karyawan top, untuk meyakinkan mereka tetap tinggal di perusahaan. Informasi ini berasal dari seorang karyawan yang masih bekerja dan karyawan yang baru saja resign. 


sumber