AfriansariAvatar border
TS
Afriansari
Penguasa Lelembut

Hai gan sis, sudah lama ini ane gak pernah bikin thread. Kali ini ane mau nulis cerita tentang horor yang ada di Indonesia. Langsung saja, baca ceritanya di bawah ini:

Bab 1 "05 Juni 1988"

Untuk pertama kalinya Aruna harus berpisah dengan orang tuanya, karena sepupunya yang bernama Sela ingin tinggal bersama dengan Aruna. Paman dan bibi Aruna, memintanya untuk tinggal bersama sementara demi kesembuhan Sela. Mau tidak mau Aruna mengikuti keinginan Toni dan Desi untuk pindah ke Bandung.

 

Dua jam perjalanan akhirnya Aruna sampai di Desa Cigede-Bandung. Aruna turun dari becak bersama ayahnya, mengantarkan Aruna dan membawakan barang-barangnya selama tinggal di sana. Setelah turun dari becak, mereka masih harus berjalan kaki melewati jembatan yang terbuat dari bambu untuk sampai di rumah Toni.

 

Saat akan melewati jembatan Aruna melihat sosok makhluk halus berkulit hitam bertubuh tinggi yang berdiri di pohon, samping jembatan. Aruna mencoba tetap tenang, meski dia mulai merasa takut karena harus melewati makhluk tersebut. Gangguan yang di alami Aruna tidak hanya Jin yang ia lihat di pohon tadi, tetapi juga ular yang berjalan di atas jembatan, menghadangnya.

 

"Ayah tunggu," ucap Aruna mencoba menahan Deni yang hampir menginjak ular tersebut.

 

"Ada apa neng?" tanya Deni.

 

"Tidak ada apa-apa, Yah. Tadi sandal neng ke sangkut," jawab Aruna. Ia sadar jika ayahnya tidak bisa melihat ular hitam yang berdiri di hadapan mereka.

 

Aruna dan Deni kembali berjalan, setelah melewati jembatan barulah mereka sampai di kampung Toni. Hanya ada empat rumah serta mushola di sana, ke empat rumah tersebut saling berhadapan karena rumah mereka dikelilingi sungai, pemakaman umum, sawah dan juga pohon Jati.

 

Hawa di lingkungan tersebut sudah membuat Aruna bergidik ngeri, ia terus berjalan hingga akhirnya sampai di rumah Toni. Kedatangan Aruna dan Deni di sambut bahagia oleh Sela, Desi dan juga Toni, mereka membantu membawakan barang bawaan Aruna.

 

"Berangkat jam berapa kak?" tanya Toni kepada Deni.

 

“Jam tujuh, susah nyari kendaraan yang masuk ke desa ini,” jawab Deni.

 

Sela menarik tangan Aruna mengajaknya ke kamar yang akan ditinggali oleh Aruna.

 

"Ini kamar Teh Una," ucap Sela yang masih berusia lima tahun. Aruna tersenyum kemudian mulai merapihkan pakaiannya ke dalam lemari.

 

"Aruna, makan dulu, bibi sudah memasak makanan kesukaan kamu," ajak Desi.

 

"Iya bi.”

 

Aruna menutup pintu lemarinya, tanpa ia sadari sosok anak kecil tengah duduk di atas ranjang, terlihat dari kaca lemarinya. Mereka pun makan bersama di meja makan, Sela terus mendekati Aruna, sesekali ia mengambilkan lauk untuk Aruna.

 

Setelah selesai makan, Deni berpamitan untuk kembali ke Jakarta karena besok ia harus kembali bekerja. Deni lalu mendekati Aruna memeluk putri pertamanya dengan lembut.

 

"Yang betah ya neng, ayah pulang dulu." Aruna mengangguk, perhatian Deni kini ke arah adik serta adik iparnya. "Desi, Toni, kakak titip Aruna ya, tolong kasih tahu dia jika dia melakukan kesalahan. Bimbing dia agar lebih mendekatkan lagi ke Sang Pencipta."

 

"Iya kak," ucap Desi dan Toni serempak.

 

Toni lalu mengantarkan Deni sampai ke jalan besar menggunakan sepeda onthel-nya. Sedangkan Aruna kembali ke kamarnya untuk merapikan pakaian serta buku pelajarannya. Mulai besok Aruna mulai masuk sekolah, Desi sudah mengurus kepindahan Aruna ke Sekolah Menengah Atas yang jaraknya lumayan jauh dari kampungnya.

 

***

Suara adzan Magrib berkumandang, Aruna bersiap mengambil air wudhu dan berangkat ke mushola bersama Toni, Desi dan juga Sela. Meski di sana hanya dihuni empat kepala rumah tangga, tetapi mereka selalu sholat berjamaah dimushola bersama-sama.

 

Toni yang memang lebih mengerti soal agama, selalu di tunjuk sebagai imam di mushola. Tidak hanya itu, selepas sholat Magrib, Toni akan mengajar ngaji serta sholat kepada anak-anak yang berada di lingkungannya.

 

Setelah sholat Isya, mereka kembali ke rumah masing-masing. Aruna jalan lebih dulu bersama Sela, mereka bergandengan tangan menuju rumah. Namun, langkah Aruna tertahan saat ia melihat sosok nenek-nenek yang sedang berdiri menatapnya seperti tadi siang.

 

"Ayo teh," ajak Sela.

 

"Tunggu Sela, kita tunggu ayah sama ibu ya," bujuk Aruna. Padahal ia begitu takut melihat sosok nenek yang sedang menatapnya.

 

"Ayo Na, kenapa berhenti," ucap Desi.

 

"Nunggu bibi sama paman," kilah Aruna.

 

Desi kemudian membuka kunci pintunya, Aruna dan Sela masuk ke dalam rumah.

 

"Assalamualaikum," ucap Aruna diikuti Sela dan Desi.

 

"Waalaikumsalam."

 

Terdengar suara seorang pria yang menjawab salam mereka. Aruna melihat ke sekeliling, mencari sumber suara, tetapi dia tidak menemukan sosok yang menjawab salam mereka. Aruna kemudian pergi ke kamarnya, ia membuka mukena yang ia kenakan, menggantungnya di belakang pintu.

 

Aruna merebahkan tubuhnya di atas ranjang, kemudian memejamkan matanya. Meski matanya terpejam, tetapi telinga Aruna masih bisa mendengarkan di sekelilingnya. Ia mendengar suara orang-orang yang sedang berbincang, bahkan ada yang sedang menawar barang, padahal Aruna tahu jika di samping kamarnya itu kuburan. Aruna mencoba menenangkan pikirannya dengan membaca ayat-ayat suci Al-quran yang ia hafal, kemudian terlelap tidur.

 

Seperti mimpi, Aruna merasakan seseorang menyingkirkan selimutnya, kemudian menarik kakinya hingga membuat Aruna terbangun dari tidurnya. Aruna terkejut dan langsung mengusap wajahnya sambil beristigfar. Matanya melihat ke arah selimut yang semakin lama semakin bergerak ke atas.

 

Aruna mulai panik, karena baru pertama kalinya ia melihat selimut melayang ke atas. Tiba-tiba saja terdengar suara anak kecil berlari, lalu selimut itu tergeletak begitu saja. Aruna bergegas mengambil selimutnya, lalu menutup seluruh tubuhnya hingga ke kepala. Ia terus merapalkan doa, berharap tidak melihat sosok makhluk yang tidak ingin ia lihat.

 

"Aruna ... Aruna."

Terdengar suara nenek-nenek memanggil namanya, Aruna semakin gencar membaca doa berharap mereka pergi menjauh dari Aruna. Aruna memejamkan kedua matanya sambil memegang erat selimutnya, karena sosok lain tengah menarik selimutnya agar terlepas.

 

Suara kokokan ayam terdengar nyaring, tetapi sama sekali tidak membangunkan Aruna yang masih terlelap tidur.

 

"Na, ayo bangun," ucap Desi membangunkan Aruna. Aruna begitu terkejut saat melihat wajah Desi yang berada di hadapannya. "Kamu kenapa Na, seperti habis melihat hantu saja. Ayo bangun, nanti kamu terlambat sekolah," oceh Desi.

 

"Memang aku melihat hantu semalam," batin Aruna.

 

Aruna tidak mungkin memberitahu Desi tentang apa yang terjadi kepadanya semalam. Aruna lalu beranjak dari ranjangnya kemudian berucap, “Astagfirullah.”Aruna terperanjat ketika melihat mukena yang ia gantung di balik pintu."Ya Tuhan, kenapa aku jadi parno seperti ini," gumam Aruna.

 

Aruna mengambil handuknya, kemudian pergi ke kamar mandi. Sebelum mandi, Aruna selalu melakukan ritual panggilan alam, ia membutuhkan konsentrasi yang tinggi ketika menunaikan hajatnya yang tidak bisa di tahan.

 

Tangan Aruna mencoba meraih gayung, tetapi matanya melihat wajah anak kecil di dalam bak mandi. Aruna berdiri untuk mengambil gayung, tetapi saat ia akan membersihkan kotorannya, sosok anak itu kini sedang berjongkok menatapnya.

 

“Argh ...!”

 

Bersambung ...
cerita selanjutnya bisa kalian baca di aplikasi GoodDreamer dengan judul Penguasa Lelembut.

Diubah oleh Afriansari 16-11-2022 20:38
cheria021Avatar border
bukhoriganAvatar border
sicepodAvatar border
sicepod dan 8 lainnya memberi reputasi
9
4.6K
19
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan