Kaskus

Story

DiNa853Avatar border
TS
DiNa853
Geng Macan Ternak
Geng Macan Ternak


Sebelum mendaftarkan sang putra, Salma telah diwanti-wanti para sahabatnya. TK dekat rumahnya itu memang bagus, tetapi orang tua murid di sana terlebih para emak agak kurang bersahabat. Mereka cenderung berkelompok dan enggan berteman dengan emak yang notabene-nya tak pandai bergaul macam Salma.


"Aku niatnya nyekolahin Nizam, Put, bukan untuk geng-gengan apalagi gaya-gayaan," tegas Salma kala itu. 


Putri, salah satu sahabat Salma mengangguk. "Setuju, Sal, tapi tahun kemarin pengalamanku nyekolahin Danur di sana, bisa dijadiin pelajaran. Apalagi masih ada ketua genknya yang anaknya udah naik TK besar sekarang dan mungkin bakal sekelas sama Nizam," katanya mengingatkan. 


Salma tersenyum, "Iya, Put, makasih udah diingetin, kemarin juga si Vira bilang gitu juga, sih. Cuman, sekolah yang ini, kan deket dari rumah, sekalian ngajarin Nizam biar mandiri gitu, sewaktu-waktu bisa berangkat atau pulang sekolah sendiri," balasnya bijak. 


Putri pun mengalah, keputusan semua memang berada di tangan Salma. Desa tempat mereka tinggal memang berada jauh dari kota, tetapi ada tiga pilihan sekolah untuk anak-anak usia dini. TK Tunas Bangsa memang satu yang terbaik di antara TK yang ada. Oleh sebab itu, pilihan Salma tetap jatuh di sana untuk pendidikan awal bagi sang putra. 


Putri hanya tak mau sang sahabat dijadikan sebagai bahan ghibah para emak-emak bergaya selangit yang melebihi artis ibu kota itu. Namun, pilihan sang sahabat tetap harus ia hormati dan mendoakan yang terbaik. 


Tiga bulan berlalu, apa yang diingatkan para sahabat nyata adanya. Salma yang memang tak pandai bergaul seakan tersisih. Emak-emak di sana terlihat seperti tengah mengikuti kontes kecantikan. Setiap hari berganti busana dengan model terbaru, jilbab kekinian, make up menor, motor keluaran terbaru, tak lupa tas dan perhiasan yang berkilauan. Kata mereka sesuai dengan nama kelompoknya Geng Macan Ternak ( Geng Mamah Cantik Anter Anak )


"Hei, Mak-Emak, besok kita bawa nasi liwet, ya, sarapan bareng di sini," ujar Nani, ketua geng di suatu hari. 


"Oke, Bestie," jawab salah seorang emak anggota geng. 


"Aku bawa apa, nih, Mak?" tanya emak yang lain, "terus dresscodenya apa?" lanjutnya berapi-api.


"Hmm, gampang, deh, entar aku share di grup WA. Ehem, yang bukan anggota nggak boleh ikut, ya!" ujar Nani pongah sembari melirik Salma dan beberapa emak lain yang baru datang dan bukan termasuk anggota geng itu. 


Kebetulan ketika itu Salma tengah menjemput Nizam. Ia memang hanya sebatas antar jemput sang putra, tidak menunggui di sana seperti emak yang lain. Ia hanya tersenyum menanggapi ucapan ketua geng emak-emak itu. 


"Mbak Salma nggak pengen ikut gitu kumpul-kumpul?" tanya salah seorang emak anggota geng. 


"Iya nanti kita makan-makan bareng, atau jalan bareng pas weekend, biar tambah akrab," timpal yang lain. 


Salma menggeleng sambil tersenyum, "Hehe, maaf, Mbak kerjaan banyak di rumah," sahutnya sungkan. 


Ada banyak hal yang lebih bermanfaat lainnya yang bisa ia lakukan ketimbang ngumpul sambil ngobrolin hal yang tidak jelas. Menyelesaikan pekerjaan rumah atau menulis dan membaca di Kaskus, misalnya. 


Nani mencebik kesal, "Heleh, orang nggak mau nggak usah diajak, lah. Lagian penampilan udik kaya gitu mana pantes masuk di geng kita," cibirnya usai melirik penampilan Salma yang sederhana. 


Salma mengernyit sembari tersenyum, "Lah, emang saya tinggal di desa, kok, Mbak," sahutnya santai


"Heleh, bilang aja nggak mampu," sinis Nani, lalu mengajak anggota gengnya menjauh dari sana. 


Salma kembali tersenyum melihat tingkah mereka dan tak mau ambil pusing. Yang terpenting ia sudah berusaha bersikap ramah terhadap mereka. Baginya pendidikan Nizam-lah yang utama.


Hingga di suatu hari, Kepala Sekolah TK Tunas Bangsa membagikan beberapa video lomba dalam rangka memperingati Hari Santri di grup WA.


"Alhamdulillah Ayah Bunda sekalian,  sekolah kita menjadi juara 1 azan dan hafalan surat pendek," tulisnya di bawah video yang telah dishare. 


Beberapa saat kemudian, komentar pun bermunculan. Salah satunya dari Nanik, ketua Geng Macan Ternak. 


"Wah, selamat, Bunda. Sekolah Tunas Bangsa emang the best. Betewe itu anaknya siapa, ya, Bun? Pinter banget," pujinya. 


"Iya, Alhamdulillah, Bun, itu Nizam Abdullah, putranya Bu Salma," jawab kepala sekolah. 


"Oh, dari kelas sebelah, to? Hmmm, dari kelasnya Abrar emang ga ada yang diikutkan?" protes Nani  dengan menyebut nama sang putra. 


"Udah diseleksi, Bun, cuman belum ada yang memenuhi persyaratan. Mungkin bisa latihan lagi di rumah biar bisa ikut lomba lain waktu," terang kepala sekolah bijak. 


Setelah itu, si ketua geng tidak ikut berkomentar lagi, hanya menjadi pembaca komentar orang tua lain yang rata-rata memberi selamat. Terbesit rasa iri di hatinya, kenapa bukan anaknya yang jadi juara. 


Keesokan paginya, para orang tua yang mengantar ke sekolah termasuk anggota geng Macan Ternak menyalami Nizam dan Salma. Namun, tidak dengan Nani. Ia menghindari kerumunan itu karena malu pernah mengejek Salma. Hasrat ingin meminta maaf, tetapi gengsi yang terlalu tinggi kadung menyelimuti hatinya. 


End. 

Demak, 15112022

Pict: Pinterest
Diubah oleh DiNa853 15-11-2022 19:12
bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
1
462
5
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan