Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengungkapkan sejumlah negara di Eropa diproyeksi akan masuk ke dalam jurang resesi pada 2023. Ia mengatakan perlu kebijakan moneter dari bank sentral di masing-masing negara dalam menekan laju inflasi dan mencegah resesi.


"Proyeksi dari pertumbuhan ekonomi tahun ini dan tahun depan diperkirakan akan lebih lemah, bahkan kemungkinan terjadi resesi. Ini terjadi terutama di Eropa, Inggris, dan beberapa negara yang memang harus melakukan berbagai macam kebijakan pengetatan, baik di sisi moneter dan fiskalnya," kata Sri Mulyani saat acara Leaders Talk Series #2 2022 yang ditayangkan di Youtube IKPLN TV, dikutip pada Minggu (6/11).

Dalam kondisi tersebut, Sri Mulyani yakin kondisi ekonomi Indonesia masih tetap. Meski masih dibayangi oleh berbagai ketidakpastian mulai pandemi COVID-19 hingga perang Rusia dengan Ukraina.

"Kondisi Indonesia sekarang ini momentum dari pemulihan ekonomi masih kuat. Itu kita syukuri dan sekaligus harus tetap kita jaga," ujar Sri Mulyani.

Sri Mulyani mengungkapkan penguatan ekonomi Indonesia ditopang oleh kinerja ekspor yang tetap tinggi di tengah berbagai tekanan global. Ia mengatakan kinerja positif itu menyebabkan neraca pembayaran dan current account surplus.

Tak hanya itu, Sri Mulyani menyebut ekonomi Indonesia yang kuat juga tercermin dari pulihnya konsumsi dan investasi.

"Ini memberikan daya tahan yang relatif lebih baik pada saat dunia mengalami perubahan, terutama dari sisi arah kebijakan," terang Sri Mulyani.

Sri Mulyani mengatakan inflasi di Indonesia juga relatif kecil yaitu 5,71 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Menurutnya, hal itu disebabkan oleh kebijakan fiskal yang kuat. Sehingga dari sisi moneter tidak perlu seagresif negara lain.

Semua negara sedang menghadapi inflasi yang tidak mudah dan perekonomian yang lemah, Indonesia juga harus waspada," tutur Sri Mulyani.

link

Masih kuat gan