Jakarta, CNBC Indonesia - Penguncian Covid-19 di China membawa petaka. Ini bahkan memaksa otoritas setempat meminta maaf, Kamis (3/11/2022).
Hal itu terkait kematian seorang anak lelaki berusia tiga tahun, di kota Lanzhou, Selasa. Ia yang keracunan karbon moniksida tepaksa tertunda perawatan medisnya karena lockdown.
Anak itu disebut bermarga Tuo. Ayahnya ditolak izinnya untuk meninggalkan kompleks perumahannya kala kejadian terjadi karena adanya kasus Covid-19. 


Parahnya ambulan juga tidak tiba tepat waktu. Lebih dari satu jam kemudian, dia berhasil keluar dari kompleks dan menggunakan taksi ke rumah sakit meski nyawa putranya tak tertolong.
Rekaman juga beredar soal bagaimana orang-orang yang putus asa mencoba memberi CPR ke anak tersebut. Protes juga terdengar di lingkungan itu.
"Kami berbelasungkawa tulus," kata otoritas di wilayah itu, dimuat AFP.
"Kami dengan tulus menerima kritik dan pengawasan dari media dan netizen, dan bertekad untuk memperbaiki (kesalahan)," tambah pemerintah daerah.
Kejadian ini menjadi cerita baru dari banyaknya kritikan ke China karena kebijakan lockdown. Sebelumnya, warga di wilayah yang dikunci juga mengeluh tentang kondisi yang buruk dan kekurangan makanan.

"Tiga tahun pandemi Covid adalah seluruh hidupnya," tulis salah satu komentar yang beredar luas di media sosial merujuk ke putra keluarga Tuo.
"Meskipun saya tidak mengalaminya, saya merasa seperti tidak bisa bernapas," tulis pengguna lain.

Sebenarnya kematian dalam penguncian di China juga terjadi akhir bulan lalu. Seorang gadis berusia 14 tahun telah meninggal di pusat kota Ruzhou setelah jatuh sakit di fasilitas karantina dan ditolak perawatan medisnya.
Pada bulan Januari, seorang wanita hamil di kota Xi'an juga keguguran. Ia ditolak masuk rumah sakit karena tidak memiliki hasil tes PCR. 


sumber