Jakarta, CNBC Indonesia - Ketatnya likuiditas global dan ketidakpastian ekonomi akibat kondisi geopolitik akan mempersulit penerbitan utang negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Menteri Keuangan Sri Mulyani membenarkan hal ini. Menurutnya, resesi global akan membuat pemerintah sulit mendapatkan pembiayaan ke depannya.

"Kenaikan cost of fund dari nilai tukar dan gejolak kemungkinan terjadinya resesi dunia semuanya akan mempengaruhi untuk dapat pembiayaan kompetitif, aman dan sustainable," ujar Sri Mulyani dalam acara Pelantikan Pejabat Kementerian Keuangan, Selasa (1/11/2022).

Sri Mulyani sebelumnya telah menegaskan bahwa pihaknya tengah melakukan langka antisipasi pengadaan utang.

Hal ini dilakukan di tengah kondisi pasar keuangan yang volatile dimana suku bunga meningkat dan nilai tukar melemah.

Oleh karena itu, pemerintah mengerem penerbitan surat utang.

Sri Mulyani mengatakan penerbitan surat utang sampai dengan 30 September 2022 menurun tajam sampai dengan 29,4% dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 647,5 triliun.

"SBN kita secara neto turun 29,4%. Tahun lalu kita menerbitkan Rp 666,7 triliun, tahun ini kita menerbitkan hanya Rp 470,9 triliun," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, beberapa waktu lalu.

Dari penurunan ini, Sri Mulyani menegaskan ini adalah posisi penurunan yang sangat cepat.

Sementara itu pinjaman tercatat turun menjadi Rp 8 triliun, dibandingkan tahun lalu Rp 19,2 triliun.

Dengan demikian, secara keseluruhan realisasi pembiayaan melalui penerbitan utang turun hingga 26%.

link

Cari utang gan