- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Ilmuwan AS Ciptakan Varian Virus Corona 80 Persen Lebih Mematikan
TS
dragonroar
Ilmuwan AS Ciptakan Varian Virus Corona 80 Persen Lebih Mematikan
Ilmuwan AS Ciptakan Varian Virus Corona 80 Persen Lebih Mematikan
Kamis, 20 Oktober 2022 10:18
Ilustrasi Virus Corona. ©2020 Merdeka.com/ cdc
Merdeka.com - Tim ilmuwan di Universitas Boston, Amerika Serikat (AS) berhasil menciptakan varian baru Covid-19 dengan tingkat kematian 80 persen. Varian baru berhasil diciptakan tim ilmuwan melalui kombinasi virus Covid-19 varian Omicron dan varian Wuhan.
Penelitian para ilmuwan ini menuai kecaman dari berbagai pihak.
Dalam penelitian yang diterbitkan pekan lalu, tim ilmuwan menjelaskan mereka mengisolasi reseptor virus Covid-19 varian Omicron dan menggabungkannya dengan virus Covid-19 varian awal (Wuhan) yang menyebar pada 2020 lalu.
Berdasarkan pengujian, tim menemukan virus Covid-19 baru yang mereka ciptakan kebal terhadap vaksin. Perlindungan yang diberikan vaksin berhasil dilumpuhkan virus baru itu.
Virus Covid-19 baru itu juga berhasil mengakibatkan penyakit serius. Bahkan saat virus itu diuji pada tikus laboratorium, sebesar 80 persen tikus mati.
Tetapi tim menjelaskan kalau virus yang mereka ciptakan tidak membahayakan nyawa manusia, meski mereka menemukan virus baru itu mampu menghasilkan partikel virus lima kali lebih banyak dalam paru-paru manusia dibandingkan virus Covid-19 varian Omicron.
Orang-orang yang mengetahui penelitian ini pun segera melampiaskan kemarahan mereka. Sebab awalnya ada kepercayaan kalau virus Covid-19 dikembangkan di dalam laboratorium Institut Virologi Wuhan di China.
Virus itu pun diyakini berhasil keluar dari laboratorium dan menyebabkan pandemi Covid di seluruh dunia.
“Ini harus benar-benar dilarang, ini bermain dengan api (berbahaya),” jelas mantan kepala Institut Penelitian Biologi Israel, Shmuel Shapira, dikutip dari laman Russia Today, Kamis (20/10).
“Berapa kali ahli virologi mengatakan mereka tidak membuat virus SARS chimeric lebih mematikan? Berapa banyak?,” tulis reporter Paul Thaker di Twitter.
Tetapi pengembangan virus baru di Universitas Boston bukan satu-satunya penelitian berbahaya. EcoHealth Alliance, perusahaan swasta didanai oleh pemerintah AS sebesar USD650.000 atau Rp10,1 triliun untuk meneliti potensi kemunculan virus corona dari kelelawar di Myanmar, Laos, dan Vietnam.
https://www.merdeka.com/dunia/ilmuwa...mematikan.html
Kamis, 20 Oktober 2022 10:18
Ilustrasi Virus Corona. ©2020 Merdeka.com/ cdc Merdeka.com - Tim ilmuwan di Universitas Boston, Amerika Serikat (AS) berhasil menciptakan varian baru Covid-19 dengan tingkat kematian 80 persen. Varian baru berhasil diciptakan tim ilmuwan melalui kombinasi virus Covid-19 varian Omicron dan varian Wuhan.
Penelitian para ilmuwan ini menuai kecaman dari berbagai pihak.
Dalam penelitian yang diterbitkan pekan lalu, tim ilmuwan menjelaskan mereka mengisolasi reseptor virus Covid-19 varian Omicron dan menggabungkannya dengan virus Covid-19 varian awal (Wuhan) yang menyebar pada 2020 lalu.
Berdasarkan pengujian, tim menemukan virus Covid-19 baru yang mereka ciptakan kebal terhadap vaksin. Perlindungan yang diberikan vaksin berhasil dilumpuhkan virus baru itu.
Virus Covid-19 baru itu juga berhasil mengakibatkan penyakit serius. Bahkan saat virus itu diuji pada tikus laboratorium, sebesar 80 persen tikus mati.
Tetapi tim menjelaskan kalau virus yang mereka ciptakan tidak membahayakan nyawa manusia, meski mereka menemukan virus baru itu mampu menghasilkan partikel virus lima kali lebih banyak dalam paru-paru manusia dibandingkan virus Covid-19 varian Omicron.
Orang-orang yang mengetahui penelitian ini pun segera melampiaskan kemarahan mereka. Sebab awalnya ada kepercayaan kalau virus Covid-19 dikembangkan di dalam laboratorium Institut Virologi Wuhan di China.
Virus itu pun diyakini berhasil keluar dari laboratorium dan menyebabkan pandemi Covid di seluruh dunia.
“Ini harus benar-benar dilarang, ini bermain dengan api (berbahaya),” jelas mantan kepala Institut Penelitian Biologi Israel, Shmuel Shapira, dikutip dari laman Russia Today, Kamis (20/10).
“Berapa kali ahli virologi mengatakan mereka tidak membuat virus SARS chimeric lebih mematikan? Berapa banyak?,” tulis reporter Paul Thaker di Twitter.
Tetapi pengembangan virus baru di Universitas Boston bukan satu-satunya penelitian berbahaya. EcoHealth Alliance, perusahaan swasta didanai oleh pemerintah AS sebesar USD650.000 atau Rp10,1 triliun untuk meneliti potensi kemunculan virus corona dari kelelawar di Myanmar, Laos, dan Vietnam.
https://www.merdeka.com/dunia/ilmuwa...mematikan.html
0
489
1
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan