Kabar baik datang dari TNI AL, pasalnya pada Selasa (11/10/2022) kapal penyapu ranjau yang dipesan telah resmi diluncurkan oleh galangan kapal Abeking & Rasmussen di Bremen, Jerman. Dalam acara peluncuran itu juga dihadiri oleh Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksmana Yudo Margono beserta istrinya. Kapal pertama yang diluncurkan diberi nama KRI Pulau Fani dengan nomor lambung 731.

Selain peluncuran kapal, dalam acara tersebut juga dilakukan ship naming(penamaan kapal) untuk kapal kedua, yang diberi nama KRI Pulau Fanildo. Kedua kapal penyapu ranjau ini dikenal sebagai Mine Countermeasures Vessels (MCMV) MHV 60 Frankenthal Class.

Menurut KSAL, kehadiran kapal penyapi ranjau dimaksudkan untuk menjaga perairan Indonesia tetap aman, bebas dari gangguan, dan ancaman senjata bawah air terutama ranjau. Artikel indomiliter.com menyebutkan jika keistimewaaan kapal buatan Jerman ini adalah memakai bahan baja non-magnetik yang hanya ada di galangan kapal luar Indonesia. Selanjutnya ada fitur degausing system untuk mengurangi kemagnetan kapal, kapal juga dilengkapi penggerak motor elektrik guna mengurangi tingkat kebisingan.

Mengikuti tren era modern, kapal penyapu ranjau buatan Jerman ini pun telah dilengkapi dengan Autonomous Underwater Vehicle (AUV), berfungsi untuk mendeteksi dan mengklasifikasi objek di bawah air. Kapal juga dilengkapi Unmanned Surface Vessel (USV), yakni kapal tanpa awak yang digunakan untuk misi pemburuan dan penyapuan ranjau.



Kapal telah dilengkapi peralatan sonar terbaru yang mendeteksi dan mengklasifikasi kontak bawah air, untuk mengoptimalkan misi pembersihan ranjau; kapal dibekali Remotely Operated Vehicle (ROV)untuk mengidentifikasi dan menetralisir ranjau. Meski kodratnya adalah kapal penyapu ranjau, akan tetapi KRI Pulau Fani bisa menjalankan misi tambahan, yakni sebagai kapal survei alur dan kontur bawah air serta melaksanakan operasi Search and Rescue (SAR).

Kapal KRI Pulau Fani memiliki panjang 61,4 meter dan lebar 11,1 meter serta bobot 650 ton. Dapur pacu kapal buatan Jerman mengandalkan 2 × MTU 16V 538 TB91 diesel-engines yang mampu digeber sampai kecepatan 18 knots (33 km per jam).

Kilas balik pada tahun 2020, Kementerian Pertahanan Indonesia memesan dua kapal penyapu ranjau MCMV MHV 60 Frankenthal Class kepada galangan kapal Abeking & Rasmussen. Anggaran untuk dua unit kapal tersebut adalah US$204 juta. Pada, 26 November 2020, persiapan pembuatan kapal pun dimulai. Ditandai dengan pemeriksaan dan pemotongan awal baja untuk bahan baku kapal (Milestone of Starting of Steel Cutting), sekitar satu ton bahan pelat yang diperiksa dan dipotong pada kegiatan tersebut.

Milestone of Starting of Steel Cuttingadalah kegiatan yang dilaksanakan sebagai persiapan dan pendahuluan dari acara Seremonial Pemotongan Pertama Baja Kapal (First Steel Cutting Ceremony) yang digelar pada bulan Januari 2021.



Sebagai tambahan informasi, kelak KRI Pulau Fani dan KRI Pulau Faldo akan menggantikan peran kapal penyapu ranjau Kondor Class milik TNI AL yang sudah menua. Yang menarik Kondor Class juga merupakan kapal buatan Jerman, persisnya Jerman Timur. Dari 9 kapal Kondor Class TNI AL kini telah ditugaskan ke Satuan Kapal Patroli (Satrol), di mana sebelumnya ke-9 kapal bertugas di Satuan Kapal Ranjau (Satran).

Selain Indonesia, pengguna kapal ranjau Frankenthal Class adalah Angkatan Laut Jerman dengan total 10 unit serta Angkatan Laut UEA dengan jumlah 2 unit. Sebagai tambahan informasi, nama Pulau Fani yang diambil sebagai nama kapal TNI AL merupakan salah satu pulau terluar dari tiga pulau terluar di Provinsi Papua Barat. Sementara Pulau Fanildo yang berada di Provinsi Papua, merupakan gugusan dari Kepulauan Mapia yang letaknya berbatasan dengan Republik Palau.





Referensi Tulisan: indomiliter.com& TNI AL
Sumber Foto: TNI AL