Cabai

Siapa yang tak kenal dan tak pernah merasai cabai/cabe? Mungkin, Anda bukan penggemar cabe, tetapi minimal, Anda pernah merasakan sensasi pedasnya. Banyak makanan terasa kurang afdol bila tidak ditambahkan cabe ke dalamnya, semisal saat makan bakso, rujak buah atau tahu goreng.

Tahukah Anda bahwa tanaman cabai bukan asli tanaman nusantara. Tanaman ini berasal dari Amerika Latin dan dibawa pertama kali ke bumi nusantara oleh perantauan Tionghoa berabad-abad lampau. Sekarang, cabe menjadi salah satu bumbu pokok ibu-ibu di dapur.

Beberapa daerah seperti daerah Sunda, Sumatera Selatan, Padang dan Manado banyak menggunakan racikan cabe di dalam menu masakannya. Ternyata, berdasarkan penelitian, di daerah-daerah tersebut, rasio terjadinya kanker saluran pencernaan lebih kecil dibanding daerah lainnya. Mengapa?

Ternyata, di dalam dunia medis kedokteran, cabai telah digunakan sebagai salah satu bahan baku obat. Kandungan Capcaisin dalam cabai ternyata berguna sebagai anti peradangan, penahan rasa sakit, bahkan sebagai anti kanker. Penelitian akan manfaat lain cabai masih terus dilakukan.

***

Ada tipe-tipe manusia yang seperti cabai rawit. Biasanya, ucapan yang terlontar dari orang bertipe ini tajam dan pedas, mudah meletup-letup dan suka bicara. Tetapi, hatinya baik, ringan tangan dan tinggi rasa sosialnya.

Berlawanan dengan tipe itu, ada tipe manusia sayur lodeh. Tipe ini, sersan (serius tapi santai), lebih banyak diam, anteng dan mendengarkan.

Nah, di dalam keluarga saya, komplit terdapat tipe-tipe orang ini. (Tak usah disebutkan, siapa-siapa tipe apa, tahu sendiri deh. He-he-he). Tetapi, dengan adanya tipe yang berlawanan ini, hidup menjadi saling melengkapi.

Oleh karena itu, cobalah mulai hari ini, kita menyapa pasangan dengan mengubah panggilan yang sebelumnya, 'buah hatiku' menjadi 'buah cabaiku'. Toh, manfaat makan cabai lebih baik dari makan hati.

Anda berani?

Salam semua. Be happy. Gbu.