- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Cerita Mantan Tentara Rusia Kabur dari Mobilisasi: Saya Tak Mau Bunuh Saudara


TS
4574587568
Cerita Mantan Tentara Rusia Kabur dari Mobilisasi: Saya Tak Mau Bunuh Saudara

Cerita Mantan Tentara Rusia Kabur dari Mobilisasi Parsial: Saya Tak Mau Bunuh Saudara
HELSINKI, KOMPAS.com - Tak lama setelah Presiden Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi parsial untuk perang di Ukraina, Alex yang merupakan mantan perwira militer Rusia masuk ke mobilnya dan pergi ke Finlandia dengan membawa satu koper. "Saya tidak ingin membunuh orang-orang Slavia saya, saudara laki-laki saya, saudara perempuan saya," kata pria paruh baya itu kepada AFP dari kamar hotel sederhana di Finlandia, tempat ia tiba pada Kamis (22/9/2022). "Saya secara fisik terhina berada di hadapan warga Rusia kami yang mendukung perang", lanjut insinyur IT tersebut dikutip pada Senin (26/9/2022)
Pria paruh baya kelahiran Crimea itu berbicara kepada AFP dengan syarat tidak mengungkapkan identitas lengkapnya, karena khawatir akan istri dan anaknya yang ditinggalkan di Rusia. "Mereka adalah sandera, jika saya menunjukkan wajah saya mereka akan dipenjara," imbuhnya. Oleh karena berlatar belakang militer, Alex khawatir dia termasuk orang-orang yang ingin dikirim Rusia ke garis depan.
Pertama yang berada di bawah ancaman
"Saya bertugas sebagai selama delapan tahun ... saya memiliki pangkat perwira. Saya yang pertama berada di bawah ancaman." Namun, semua berubah baginya ketika dia ikut protes di Saint Petersburg sehari setelah pengumuman mobilisasi, dan melihat betapa sedikit orang Rusia yang bergabung.
Dia menyadari bahwa tidak ada lagi yang bisa dilakukan Rusia dan yakin negara itu akan menjadi berantakan. "Saya tahu seperti apa tentara Rusia dari dalam, saya sangat yakin bahwa Putin akan kalah."
Lahir di Sevastopol di Crimea selama masa Soviet, Alex pernah memegang paspor Ukraina tetapi tidak dapat memiliki kewarganegaraan ganda ketika pindah ke Rusia untuk mengejar karier militer. Alex berkata, orangtuanya menganggapnya pengkhianat dan dia tidak akan terkejut jika ibunya melaporkannya ke dinas intelijen FSB Rusia. Segera setelah pembatasan Covid-19 dicabut dan perbatasan dengan Finlandia dibuka kembali pada Juli 2022, Alex mulai bekerja dengan jaringan sukarelawan yang disebut Rubikus, untuk membantu evakuasi paksa warga Ukraina meninggalkan Rusia. Dengan tujuan ini, ia memperoleh visa turis untuk mengantar orang Ukraina ke Finlandia dan Estonia.
"Ukraina adalah Tanah Airku" Khawatir bahwa keputusan Finlandia segera memblokir orang Rusia yang membawa visa turis Schengen Eropa juga akan menghentikan kegiatan itu, Alex menangis ketika dia berbicara tentang orang Ukraina yang dibantu melarikan diri. "Ukraina adalah Tanah Airku. Dan Rusia adalah rumahku, rumahku sekarang membunuh Tanah Airku." Setelah Finlandia melihat masuknya orang Rusia di perbatasan timurnya setelah perintah mobilisasi parsial oleh Moskwa, Helsinki pada Jumat (23/9/2022) mengumumkan bahwa mereka akan secara signifikan membatasi masuknya warga Rusia.
Meskipun Alex memahami kekhawatiran Pemerintah Finlandia, dia yakin negara Nordik itu melakukan kesalahan. "Kebanyakan orang yang melintasi perbatasan Rusia... tidak ingin membunuh... tidak ingin melayani rezim ini," ucapnya. Bagi Alex, Barat seharusnya tidak memperlakukan setiap orang Rusia seakan-akan mereka bertanggung jawab atas perang. Dengan menutup perbatasan, menurutnya negara-negara Barat memutarbalikkan orang Rusia yang masih percaya kepada mereka.
Dengan mencoba segala daya untuk mengeluarkan keluarganya dari Rusia, Alex yakin dia tidak pernah ingin tinggal di sana lagi.
sumber
0
430
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan