- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Eksodus Besar-besaran Guncang Rusia, Ini Bukti Barunya


TS
4574587568
Eksodus Besar-besaran Guncang Rusia, Ini Bukti Barunya

Jakarta, CNBC Indonesia - Eksodus besar-besaran mengguncang Rusia. Hampir 100 ribu warga dilaporkan mulai mengungsi ke wilayah Kazakhstan.
Hal ini terjadi setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi militer parsial pada Rabu pekan lalu. Otoritas Kazakhstan mengaku sedang berjuang untuk mengakomodasi puluhan ribu orang Rusia, yang kini memenuhi hostel, hotel, serta apartemen sewaan di negara itu.
"Pria Rusia, beberapa dengan keluarga, mulai melintasi perbatasan darat terpanjang kedua di dunia secara massal pekan lalu setelah pengumuman pemanggilan Presiden Vladimir Putin," kata para pejabat Astana kepada media Inggris Independent, dikutip Rabu (28/9/2022).
Warga Rusia sendiri tidak memerlukan visa atau bahkan paspor untuk memasuki Kazakhstan, cukup dengan dokumen identitas Rusia mereka. Bahasa Rusia juga digunakan secara luas di negara tersebut, yang merupakan rumah bagi etnis minoritas Rusia yang besar.
Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev mendesak para warganya untuk mentoleransi hal ini. Ia menyebut para warga Rusia itu "lari" karena keadaan dan belum akan menutup pintunya dengan Negeri Beruang Merah.
"Banyak orang dari Rusia telah datang ke sini selama beberapa hari terakhir," katanya dalam pidato.
"Sebagian besar dari mereka terpaksa pergi karena situasi yang menyedihkan. Kita harus menjaga mereka dan memastikan keselamatan mereka. Ini masalah politik dan kemanusiaan," tegasnya.
Selain Kazakhstan, tujuan lainnya yang dituju warga Rusia adalah Georgia. Di negara bernama asli Sakartvelo itu, 10 ribu warga Rusia telah masuk ke negara itu per harinya.
Ke arah Eropa, jumlah warga Rusia yang memasuki wilayah Benua Biru juga melonjak. Sebagian besar masuk melalui Finlandia dan Estonia.
"Selama seminggu terakhir, hampir 66.000 warga Rusia masuk Uni Eropa (UE), lebih dari 30% dibandingkan dengan minggu sebelumnya," kata badan perbatasan Uni Eropa Frontex.
Putin mengumumkan mobilisasi militer parsial pada Rabu lalu untuk bertugas dalam konflik dengan Ukraina. Dalam merealisasikan perintah itu, Menteri Pertahanan Sergey Shoigu mengatakan akan memanggil 300.000 pria yang masuk dalam kategori wajib militer sebagai tentara cadangan.
Bila para pria yang dimasukkan dalam kategori tentara cadangan menolak untuk mobilisasi ini, peraturan Rusia menyebutkan mereka akan menghadapi hukuman sepuluh tahun penjara.
sumber
0
217
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan