Kaskus

Story

robbolaAvatar border
TS
robbola
Sesal
#cerpen

SESAL

Namaku Ahmad, aku adalah seorang kepala cabang sebuah Bank swasta di Indonesia. Istriku bernama Irena, kami dianugrahi 2 anak perempuan cantik dan sholehah. Kami hidup bahagia, Irena istri yang baik dan penurut, tidak pernah menuntut, menemaniku sejak aku tak punya apa-apa, hingga suatu saat ia berubah sering mengeluh padaku karena aku sering "reuni" dengan teman-teman SMP ku. Tapi semua keluhan Irena tak kuhiraukan aku larut dengan lingkaran pertemananku. Hingga akhirnya Irena menyerah memilih meninggalkanku dengan anak-anak. Irena sukses menghukumku dalam penyesalan yang begitu dalam bahkan setelah bertahun-tahun kepergianya.

Semuanya berawal ketika aku di pindahkan ke daerah asalku Surabaya. Tahun-tahun pertama semua berjalan normal, Irena dan anak-anak senang saja dengan kepindahan kami, karena bisa lebih dekat dengan orangtuaku. Irena pun tetap bahagia mengurus rumah dan anak-anak, hanya saja dia mulai senang membuat aneka cemilan untuk bekal anak-anak sekolah katanya. Sampai suatu hari aku bertemu kembali dengan teman-teman SMP ku, kami berencana mengadakan reuni, Irena tak keberatan karena baginya wajar-wajar saja reuni setelah belasan tahun tak bertemu. Setelah reuni hubungan dengan teman-teman SMP berlanjut kami menjadwalkan bertemu sebulan sekali dengan agenda arisan. Irena pun tak keberatan ketika hari minggu ku habiskan dengan teman-teman. Dan dia kutinggal dirumah dengan anak-anak. Semakin lama aku semakin sering berkumpul dengan mereka, kubuat berbagai macam alasan pada Irena, mulai dari rapat dikantor sampai alasan pulang ke rumah orangtua, padahal sejatinya setiap sabtu dan minggu aku berkumpul dengan mereka, makan-makan, jalan-jalan. Ku habiskan banyak uang untuk menyenangkan teman-temanku, karena aku gengsi bila pergi bersama tapi tak mentraktir mereka.

Berbulan-bulan berlalu, Irena mulai mengeluh aku tak pernah menghabiskan akhir pekan bersama anak-anak. Aku hanya menjawab sibuk, anak-anak sudah besar bisa pergi masing-masing. Segala protes Irena padaku selalu berakhir dengan pertengkaran dan aku tak peduli. Saat Irena bertanya mengapa uang bulanannya berkurang aku membentaknya, ku katakan orang lain cukup dengam uang segitu kenapa ia tidak. Sungguh selama 25 tahun pernikahan baru kali itu aku memaki dan menampar Irena. Aku memang mengurangi jatahnya karena kualihkan untuk jatah bersama teman-temanku. Sejak saat itu Irena hanya diam, tak bicara kalau tak kutanya walaupun dengan anak-anak dia tak banyak berubah. Sering kudapati Irena melamun dibelakang rumah, atau menangis ditengah-tengah shalat nya, semakin hari pun tubuhnya semakin kurus tapi tak kupedulikan aku bahkan malas menyentuhkan. Justru aku senang, semakin banyak waktuku bersama teman-teman tanpa ocehan dan protes dari Irena. Apalagi sekarang ada Rina, perempuan yang kusukai saat SMP tapi tak berani ku nyatakan cinta. Sekarang Rina menjanda, bercerai karena suaminya menikah lagi. Sejak bertemu Rina aku semakin bersemangat, mengantar dan menjemputnya setiap sabtu minggu untuk "reuni".

Hingga suatu hari, aku meninggalkan Irena dalam keadaan sakit. Sudah 2 hari Irena demam, hari ini ia minta di antar ke dokter tapi aku menolak dan menyuruh Salsa putriku untuk mengantar. Hari ini aku sudah janji dengan Rina akan pergi ke acara pernikahan anak teman kami. Saat Aku pulang ke rumah menjelang malam, kudapati bendera kuning di gerbang rumahku. Orang ramai sekali hilir mudik, kubaca karangan bunga yang berjajar di depan rumah, hatiku langsung bergejolak aku berlari masuk ke rumah, Pak RT memelukku sambil mengucapkan kata sabar. Aku berteriak menangis saat ku temukan Irena terbungkus kain kafan, kedua anakku menangis di samping jasad ibunya. Pak RT bilang siang tadi Irena jatuh di kamar mandi, kepalanya terbentur lantai dan tak bisa di selamatkan. Anak-anak dan kerabatku berusaha menghubungiku tapi tak bisa karena aku memang mematikan ponsel saat dengan teman-teman. Ku raih Salsa dan Billa tapi diluar dugaanku, Salsa malah mendorongku, ia mengamuk, mengatakan aku tak punya hati lebih memilih teman-teman dari pada keluarga, lebih memilih membawa perempuan lain ke undangan dari pada mengantar Ibu mereka ke dokter. Berulang kali ku ucapkan kata maaf, kupeluk tubuhnya tapi Irena tak juga membuka mata. Baru ku sadari, betapa tirus wajahnya, betapa kering bibirnya, Irena sayang maafkan aku.

Saat membuka lemari pakaiannya ku temukan map berisi dua amplop surat, satu untukku dan satu untuk anak-anakku. Surat yang ditujukan untukku membuat aku seperti dihempaskan ke dasar jurang. Ternyata selama ini Irena mengetahui semuanya, uang yg ku habiskan untuk teman-temanku, uang dan waktuku untuk Rina, juga kebohongan-kebohonganku yang lain. Irena sakit hati, ternyata sikapku membuat jiwanya sakit. Kesenanganku berkumpul dengan tema "reuni" bersama teman-teman menyakitinya begitu dalam hingga menyebabkan kepergiannya. Sungguh Irena sayang, euforia "reuni" menguap begitu saja setelah kepergianmu, yang tertinggal hanyalah luka berbalut penyesalan yang tiada berakhir. Bahkan setelah 10 tahun kepergianmu, sesal itu tak juga berkurang, Salsa dan Billa sudah menikah, memberi kita cucu-cucu yang cantik dan tampan, yg selalu berusaha menghiburku. Tapi hatiku terus saja hampa, merindukanmu, ingin memelukmu, meminta maaf padamu. Irena sayang, begitu kecewakah kau padaku hingga tak mau menjemputku, bahkan tak pernah hadir dimimpiku. Irena sayang sampai kapan kau biarkan aku dengan penyesalanku, datanglah sayang bawa aku bersamamu.

END
bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
1
315
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan