Kaskus

News

4574587568Avatar border
TS
4574587568
Ramai-Ramai Anak Muda China Kini Berhemat, Ada 'Kiamat' Apa?
Ramai-Ramai Anak Muda China Kini Berhemat, Ada 'Kiamat' Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Tidak sedikit warga China, khususnya anak muda, yang mulai hidup hemat. Mereka menerapkan frugal living sejak sejak pandemi Covid-19 melanda dunia.
Sebelum pandemi, Doris Fu membayangkan masa depan dirinya dan keluarganya dengan hidup mewah. Memiliki mobil baru, apartemen yang lebih besar, santapan khas di akhir pekan dan liburan ke pulau-pulau tropis.
Namun ebaliknya, konsultan pemasaran Shanghai yang berusia 39 tahun itu, kini menjadi salah satu dari banyak orang China berusia 20-an dan 30-an yang memotong pengeluaran. Ia menabung di mana pun dirinya bisa.

"Saya tidak lagi perawatan manikur, saya tidak menata rambut saya lagi. Saya telah membeli semua kosmetik buatan China (karena harganya yang murah)," kata Fu kepada Reuters, dikutip Senin (19/9/022).
"Dulu saya juga suka menonton dua film setiap bulan, tetapi saya belum pernah masuk ke bioskop sejak pandemi," imbuh Fu, yang juga merupakan penggemar berat film.
Gaya hidup ini juga makin gencar dilakukan di China setelah banyak influencer di media sosial menggembar-gemborkan gaya hidup berbiaya rendah. Beberapa berbagi tips menghemat uang.

Salah satunya seorang wanita berusia 20-an di kota timur Hangzhou, yang menggunakan nama Lajiang, telah memperoleh ratusan ribu pengikut dengan memosting lebih dari 100 video tentang cara hidup hemat. Salah satunya bagaimana membuat dana 10 yuan atau sekitar Rp21 ribu cukup untuk makan malam.
Ia mempublikasikannya di aplikasi gaya hidup Xiaohongshu dan situs streaming Bilibili. Dalam video berdurasi satu menit dengan hampir 400.000 penayangan, dia menggoreng hidangan yang terbuat dari fillet basa 4 yuan, udang beku 5 yuan dan sayuran 2 yuan.

Pandemi dan 'Kiamat' Pekerjaan  

Sebenarnya, gaya hidup hemat sendiri terjadi akibat adanya penguncian (lockdown) Covid-19 yang terus menerus gencar dilakukan pemerintah. Kebijakan nol-Covid China, termasuk pembatasan mobilitas dan pengujian massal, telah berdampak besar pada ekonomi negara itu.
Tindakan keras pemerintah terhadap perusahaan besar, termasuk teknologi, juga berdampak besar pada tenaga kerja muda. China diketahui telah melakukan sejumlah audit kepada banyak raksasanya, mulai dari Alibaba hingga ride-hailing DiDi.
Menurut data pemerintah, krisis pekerjaan terjadi di mana pengangguran kini naik di antara orang berusia 16 hingga 24 tahun mencapai hampir 19%. Sebelumnya di Juli angkanya bahkan rekor 20%.
Menurut dua survei industri, beberapa anak muda pun terpaksa terkena pemotongan gaji. Misalnya di sektor ritel dan e-commerce.
Dari data yang dikumpulkan oleh perusahaan rekrutmen online Zhilian Zhaopin, gaji rata-rata di 38 kota besar China turun 1% dalam tiga bulan pertama tahun ini. Akibatnya, beberapa anak muda lebih suka menabung daripada berbelanja secara royal.
Memang penjualan ritel di China naik hanya 2,7% year-on-year pada Juli, pulih menjadi 5,4% pada Agustus. Tetapi angka itu masih jauh di bawah level sebagian besar 7% plus selama 2019, sebelum pandemi.
Melihat survei triwulanan terbaru bank sentral China, People's Bank of China (PBOC), hampir 60% orang sekarang cenderung untuk menabung lebih banyak, daripada mengkonsumsi atau berinvestasi lebih banyak. Angka itu 45% tiga tahun lalu.
Rumah tangga China secara keseluruhan menambahkan 10,8 triliun yuan dalam tabungan bank baru dalam delapan bulan pertama tahun ini. Itu naik dari 6,4 triliun yuan pada periode yang sama tahun lalu.
Ini menjadi masalah bagi pembuat kebijakan ekonomi China. Karena Beijing telah lama mengandalkan peningkatan konsumsi untuk mendorong pertumbuhan.

sumber
0
383
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan