- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Thread #7 Hubungan Dengan Lawan Jenis Itu Ternyata Banyak Ceritanya Part III


TS
elkheila
Thread #7 Hubungan Dengan Lawan Jenis Itu Ternyata Banyak Ceritanya Part III
Hello Kaskuser....
Sebagai awalan yang baik, ada baiknya kita buka dengan Assalamualaikum , "Bismillah".
Kali ini lanjut thread sebelumnya yaa, dan disini hanya ada 2 wanita saja yang akan aku ceritakan, karena 2 wanita ini yang terakhir hingga aku menemukan jodohku dan naik ke pelaminan. Tenang, di thread diselanjutnya akan aku ceritakan jodoh ku ini bagaimana jalan kami bertemu hingga menikah. Namun sebelumnya simak dulu kisah dari 2 wanita yang ku maksud, let's goo!!!!!
Spoiler for Ehh dia Ainun lagi:
Hahhh, kenapa Ainun lagi? Beda orang yaa??
Bukan beda orang kok, masih Ainun yang sama dithread sebelumnya, karena aku kembali menjalin hubungan dengan Ainun lagi.
Namun kali ini hubungan kami lebih berat lagi, dan lebih rumit dijalani. Karena orang tua ku sudah tahu bagaimana si Ainun. Apalagi sudah mengetahui bahwa aku banyak membiayainya, orang tua mana yang tidak jengkel setelah tahu begitu.
Setelah merebutku kembali dari Alfiany diakhir 2016, pada awal tahun 2017 si Ainun menyampaikan bahwa ingin ketemu orang tuaku untuk meminta maaf dan agar diizinkan kembali menjalin hubungan dan akan menjalani hubungan serius hingga ke pernikahan. Saat itu yang menghadapi kami hanyalah mama, bapa tak ingin merubah jawabannya atas hal itu. Lalu mama menjelaskan dan tidak bisa lagi menerima hubungan kami berdua. Aku ingat si Ainun sampai memohon-mohon agar diizinkan, namun mama ku juga tetap pada pendiriannya. Aku? Yaa sudah, aku juga tak bisa memaksa keadaan. Akhirnya aku mengantarkan pulang Ainun, dan selama dijalan dia berkata,
"Aku ingin bersamamu selalu, apapun kejadiannya. Walau kisah kita tak direstui, izinkan aku bersamamu selalu, dan membuktikan pada semua orang bahwa aku adalah yang terbaik bagimu", ujarnya.
"Kalau memang itu maumu, oke. Kita menjalani saja kisah ini, dan ku harap kamu bisa memegang kepercayaan ku untuk kedua kalinya, jangan kamu hancurkan harapanku, jangan kamu tinggalkan kepedihan lagi setelah kejadian kemarin", ujarku.
Kami menjalani hubungan tanpa direstui oleh orang tua ku, walau orang tuanya juga berharap aku menjadi suaminya Ainun. Sampai pada waktu wisudanya, aku menyambut baik kedatangan orang tuanya. Dimalam setelah dia wisuda, aku ternyata sudah ditunggu orang tuanya karena ada hal yang ingin dibicarakan, dugaan ku terkait lanjutan hubungan kami akan kemana. Benar saja, ternyata yang dibahas ayahnya kapan akan meminang Ainun dan yang membuat aku merasa berat adalah ayahnya ingin aku membawa orang tua ku menemuinya.
Waduuhhh, ini bukan perkara mudah apalagi kami menjalin hubungan tanpa restu orang tuaku lagi. Bagaimana akan mungkin bisa terjadi karena cacat yang telah dibuat oleh anaknya akan berimbas sampai kekepercayaan orang tua ku. Aku menjawab bijak.
"Bila Ainun menemukan ada yang lebih baik daripada aku dan lebih siap daripada aku, aku akan melepasnya dengan ikhlas", ucapku.
Obrolan terhenti hingga disitu, dan aku izin pamit pulang dengan mereka karena hari sudah larut malam. Ainun hanya menangis saat aku pulang dan keesokan harinya kami tidak bertemu dulu selama orang tuanya ada disitu.
Cerita ini berlanjut hingga Ainun disuruh untuk kembali kekampungnya yang berada di kabupaten dan masuk lagi kedalam kecamatan sekitar 5 jam dari kota Cantik. Ujarnya dia akan disuruh mengajar disekolah SD yang kebetulan memang memerlukan guru tambahan. Aku mendukungnya dan berkata.
"Kalo memang ingin berjodoh, tolong jaga perasaan ku dan jaga hubungan kita. Aku disini gak akan berani macam-macam, dan aku akan menunggu kamu. Bila perlu aku akan mendatangi kesana setiap bulan. Juga tunggu aku selesai skripsiku, maka aku berani meyakinkan semua orang untuk menikah denganmu", ucapku.
"Okee, aku akan bersedia, aku sayang kamu, aku cinta kamu", ujarnya dihari dia akan kembali pulang kekampungnya.
Selama dia dikampung, memang aku juga menutup hati, menjaga hubungan ini dengan baik. Aku belajar dari sebelumnya mengenai akibat-akibat kesalahanku. Namun sampai pada akhirnya disuatu titik, aku kesulitan untuk mendapat balasan chatku. Setahuku, kecamatan dia tinggal sinyalnya bagus saja, dia beralasan karena banjir, mungkin saja. Lalu disuatu pagi aku mendapat chat bahwa dia berada di Kota Cantik.
"Aku ada di Kota Cantik", ujarnya
"Sejak kapan datang?? Kenapa gak ngabarin?? Kok datang tiba-tiba", ucapku
"Gak, aku kesini karena ada keperluan di kampus, dan sebentar saja rencananya", balasnya
"Ohh yaa, senang deh kalo kamu disini, yukk kita ketemu, aku kangen banget", timpalku lagi
"Gak deh, aku lagi gak pengen ketemu kamu, gak apa-apa kaan??", jawabnya
"Lohh kenapa?? Aku ada salah yaa?? Aku minta maaf kalo ada salah sama kamu", jawabku lagi.
Chatku terhenti sampai disini, aku menelfon juga tak diangkat, chatku juga tak kunjung dibalasnya lagi. Kebetulan aku sedang di Rumah Sakit karena nenek aku sakit keras dan sedang koma, sehingga aku tak bisa meninggalkan nenekku ini.
Aku hanya berharap dia membalas chatku dan bisa bertemu walau sebentar, aku bermohon-mohon agar dia datang ke RS menemuiku sebentar saja tetap dia tak mau. Keesokan paginya, nenek ku meninggal dunia, aku masih berharap dia datang untuk hadir dipemakaman dan bertemu aku. Sampai malam tiba dia chat hanya mengucapkan turut berduka cita saja. Kesedihan double yang ku dapat saat itu, aku hanya berpikir positif saja dan aku ikhlas apa yang terjadi.
Pagi itu aku belum bangun dari tidurku, tiba-tiba smartphoneku berbunyi ada telefon dari Ainun.
"Mau ketemu kah?? Antar aku sekalian ke kampus yaa jam 8 pagi ini", disambungan telefon whatsapp ku.
Ku lihat jam dinding ternyata 15 menit lagi jam 8 pagi, aku langsung mandi dan bergegas mendatanginya di sebuah kostan. Aku berpikir ini kostan siapa lagi, setelah ku masuk ternyata ada foto laki-laki dan aku menyadari itu adalah kostan laki-laki yang tak pernah ku kenal. Aku tak ingin banyak bertanya karena aku menjaga suasana jangan sampai kesempatan bertemu dengannya hilang karena pertanyaanku yang ada dikepala. Apalagi dia hari itu harus kembali kekampungnya, kapan lagi aku bisa bertemu dengannya pikirku.
Setelah selesai mengantarnya kekampus dan balik kekostan tersebut, aku beranikan diri bertanya apa yang terjadi sebenarnya hingga sikapnya begitu dingin. Satu persatu dijelaskannya dan hingga pada suatu titik jawabnya sangat membuatku hancur.
E : "Kenapa akhir-akhir ini tanggapanmu dingin saat dichat??"
A : "Aku dijodohkan dengan laki-laki lain"
E : "Laki-laki mana dia??"
A : "Kampung sebelah"
E : "Kenapa kamu ingkar janji?"
A : "Maaf bila aku ingkar janji, aku sudah tak bisa menunggu kamu, dan juga orang tuamu tak bisa merestui kita lagi, aku pasrah saja saat dijodohkan dengan dia ini. Harapanku kamu gak kecewa dan jangan sedih, jodohmu pasti akan datang".
E : "Oke, aku akan menerimanya, ini akan menjadi pengalamanku yang baru dan pembelajaranku atas semua yang terjadi, sampaikan salam untuk orang tuamu".
A : "Yaa, aku sayang kamu, akan tetapi tidak bisa dilanjutkan lagi" (Dia memelukku dan aku hanya diam menahan kesedihan ini)
Bukan beda orang kok, masih Ainun yang sama dithread sebelumnya, karena aku kembali menjalin hubungan dengan Ainun lagi.
Namun kali ini hubungan kami lebih berat lagi, dan lebih rumit dijalani. Karena orang tua ku sudah tahu bagaimana si Ainun. Apalagi sudah mengetahui bahwa aku banyak membiayainya, orang tua mana yang tidak jengkel setelah tahu begitu.
Setelah merebutku kembali dari Alfiany diakhir 2016, pada awal tahun 2017 si Ainun menyampaikan bahwa ingin ketemu orang tuaku untuk meminta maaf dan agar diizinkan kembali menjalin hubungan dan akan menjalani hubungan serius hingga ke pernikahan. Saat itu yang menghadapi kami hanyalah mama, bapa tak ingin merubah jawabannya atas hal itu. Lalu mama menjelaskan dan tidak bisa lagi menerima hubungan kami berdua. Aku ingat si Ainun sampai memohon-mohon agar diizinkan, namun mama ku juga tetap pada pendiriannya. Aku? Yaa sudah, aku juga tak bisa memaksa keadaan. Akhirnya aku mengantarkan pulang Ainun, dan selama dijalan dia berkata,
"Aku ingin bersamamu selalu, apapun kejadiannya. Walau kisah kita tak direstui, izinkan aku bersamamu selalu, dan membuktikan pada semua orang bahwa aku adalah yang terbaik bagimu", ujarnya.
"Kalau memang itu maumu, oke. Kita menjalani saja kisah ini, dan ku harap kamu bisa memegang kepercayaan ku untuk kedua kalinya, jangan kamu hancurkan harapanku, jangan kamu tinggalkan kepedihan lagi setelah kejadian kemarin", ujarku.
Kami menjalani hubungan tanpa direstui oleh orang tua ku, walau orang tuanya juga berharap aku menjadi suaminya Ainun. Sampai pada waktu wisudanya, aku menyambut baik kedatangan orang tuanya. Dimalam setelah dia wisuda, aku ternyata sudah ditunggu orang tuanya karena ada hal yang ingin dibicarakan, dugaan ku terkait lanjutan hubungan kami akan kemana. Benar saja, ternyata yang dibahas ayahnya kapan akan meminang Ainun dan yang membuat aku merasa berat adalah ayahnya ingin aku membawa orang tua ku menemuinya.
Waduuhhh, ini bukan perkara mudah apalagi kami menjalin hubungan tanpa restu orang tuaku lagi. Bagaimana akan mungkin bisa terjadi karena cacat yang telah dibuat oleh anaknya akan berimbas sampai kekepercayaan orang tua ku. Aku menjawab bijak.
"Bila Ainun menemukan ada yang lebih baik daripada aku dan lebih siap daripada aku, aku akan melepasnya dengan ikhlas", ucapku.
Obrolan terhenti hingga disitu, dan aku izin pamit pulang dengan mereka karena hari sudah larut malam. Ainun hanya menangis saat aku pulang dan keesokan harinya kami tidak bertemu dulu selama orang tuanya ada disitu.
Cerita ini berlanjut hingga Ainun disuruh untuk kembali kekampungnya yang berada di kabupaten dan masuk lagi kedalam kecamatan sekitar 5 jam dari kota Cantik. Ujarnya dia akan disuruh mengajar disekolah SD yang kebetulan memang memerlukan guru tambahan. Aku mendukungnya dan berkata.
"Kalo memang ingin berjodoh, tolong jaga perasaan ku dan jaga hubungan kita. Aku disini gak akan berani macam-macam, dan aku akan menunggu kamu. Bila perlu aku akan mendatangi kesana setiap bulan. Juga tunggu aku selesai skripsiku, maka aku berani meyakinkan semua orang untuk menikah denganmu", ucapku.
"Okee, aku akan bersedia, aku sayang kamu, aku cinta kamu", ujarnya dihari dia akan kembali pulang kekampungnya.
Selama dia dikampung, memang aku juga menutup hati, menjaga hubungan ini dengan baik. Aku belajar dari sebelumnya mengenai akibat-akibat kesalahanku. Namun sampai pada akhirnya disuatu titik, aku kesulitan untuk mendapat balasan chatku. Setahuku, kecamatan dia tinggal sinyalnya bagus saja, dia beralasan karena banjir, mungkin saja. Lalu disuatu pagi aku mendapat chat bahwa dia berada di Kota Cantik.
"Aku ada di Kota Cantik", ujarnya
"Sejak kapan datang?? Kenapa gak ngabarin?? Kok datang tiba-tiba", ucapku
"Gak, aku kesini karena ada keperluan di kampus, dan sebentar saja rencananya", balasnya
"Ohh yaa, senang deh kalo kamu disini, yukk kita ketemu, aku kangen banget", timpalku lagi
"Gak deh, aku lagi gak pengen ketemu kamu, gak apa-apa kaan??", jawabnya
"Lohh kenapa?? Aku ada salah yaa?? Aku minta maaf kalo ada salah sama kamu", jawabku lagi.
Chatku terhenti sampai disini, aku menelfon juga tak diangkat, chatku juga tak kunjung dibalasnya lagi. Kebetulan aku sedang di Rumah Sakit karena nenek aku sakit keras dan sedang koma, sehingga aku tak bisa meninggalkan nenekku ini.
Aku hanya berharap dia membalas chatku dan bisa bertemu walau sebentar, aku bermohon-mohon agar dia datang ke RS menemuiku sebentar saja tetap dia tak mau. Keesokan paginya, nenek ku meninggal dunia, aku masih berharap dia datang untuk hadir dipemakaman dan bertemu aku. Sampai malam tiba dia chat hanya mengucapkan turut berduka cita saja. Kesedihan double yang ku dapat saat itu, aku hanya berpikir positif saja dan aku ikhlas apa yang terjadi.
Pagi itu aku belum bangun dari tidurku, tiba-tiba smartphoneku berbunyi ada telefon dari Ainun.
"Mau ketemu kah?? Antar aku sekalian ke kampus yaa jam 8 pagi ini", disambungan telefon whatsapp ku.
Ku lihat jam dinding ternyata 15 menit lagi jam 8 pagi, aku langsung mandi dan bergegas mendatanginya di sebuah kostan. Aku berpikir ini kostan siapa lagi, setelah ku masuk ternyata ada foto laki-laki dan aku menyadari itu adalah kostan laki-laki yang tak pernah ku kenal. Aku tak ingin banyak bertanya karena aku menjaga suasana jangan sampai kesempatan bertemu dengannya hilang karena pertanyaanku yang ada dikepala. Apalagi dia hari itu harus kembali kekampungnya, kapan lagi aku bisa bertemu dengannya pikirku.
Setelah selesai mengantarnya kekampus dan balik kekostan tersebut, aku beranikan diri bertanya apa yang terjadi sebenarnya hingga sikapnya begitu dingin. Satu persatu dijelaskannya dan hingga pada suatu titik jawabnya sangat membuatku hancur.
E : "Kenapa akhir-akhir ini tanggapanmu dingin saat dichat??"
A : "Aku dijodohkan dengan laki-laki lain"
E : "Laki-laki mana dia??"
A : "Kampung sebelah"
E : "Kenapa kamu ingkar janji?"
A : "Maaf bila aku ingkar janji, aku sudah tak bisa menunggu kamu, dan juga orang tuamu tak bisa merestui kita lagi, aku pasrah saja saat dijodohkan dengan dia ini. Harapanku kamu gak kecewa dan jangan sedih, jodohmu pasti akan datang".
E : "Oke, aku akan menerimanya, ini akan menjadi pengalamanku yang baru dan pembelajaranku atas semua yang terjadi, sampaikan salam untuk orang tuamu".
A : "Yaa, aku sayang kamu, akan tetapi tidak bisa dilanjutkan lagi" (Dia memelukku dan aku hanya diam menahan kesedihan ini)
Ini terjadi ketika dibulan September 2017, berselang beberapa hari setelah nenek yang ku sayangi meninggal.
Inilah akhir kisah kami, untuk kedua kalinya aku disakiti orang yang sama. Namun aku juga banyak mengambil pelajaran darinya. Tahun 2017 adalah tahun bagai roller coasterbagiku, bahagia, suka, duka, kesedihan. Sampai akhirnya aku melepaskan Ainun dengan ikhlas. Infonya sekarang dia memiliki 2 orang anak dan hidup dikampung bersama suaminya.
Spoiler for Hanifah, yaa!! Hanifah...:
Kali ini aku lebih memilih lagi dalam memulai hubungan, aku bertekad untuk mempunyai pasangan seorang bidan. Yaa, profesi yang menurutku sangat menunjukkan praktek sosial dimasyarakat, juga profesi yang tak main-main. Aku mengenal seorang bidan ini ditahun 2015, dulunya dia mahasiswa disebuah politeknik kesehatan di kota Cantik saat mengenalnya. Waktu itu karena mendapat BC dari BBM seorang temannya dan ku invite pin BBMnya. Selama kenal dikontak BBM itu hanya sebagai pajangan kontak saja, karena tahun 2015 itu aku masih bersama Ainun. Namun di 2016, saat aku putus dengan Ainun, aku memberanikan chat dia dengan mengomentari statusnya saat itu. Jadilah kami memulai chat namun tidak intens, karena dia menurutku saat itu membalas chat dengan jutek. Namun jiwa gigihku akhirnya bisa masuk lebih dalam lagi chatku dan mengenalnya agak dalam.
Hanifah, namanya indah dan hanya satu kata saja. Wanita jutek yang aku temui, namun membuat ku semakin penasaran akan dirinya. Berwajah khas suku Dayak, berambut panjang, dia berjilbab bila kuliah, tingginya 158cm. Ku rasa dia cocok untuk dijadikan pasangan dimasa depanku. Namun di 2016, dia cuma menganggapku teman saja. Padahal saat itu aku mendekatinya bahkan sampai dia wisuda juga aku menemaninya. Orang tuanya juga melihatku sebagai laki-laki yang baik dan mapan. Jadi saat itu aku banyak mengobrol dengan ibunya saja ketika dihari wisuda setiap aku berkunjung ketempatnya.
Hanifah, namanya indah dan hanya satu kata saja. Wanita jutek yang aku temui, namun membuat ku semakin penasaran akan dirinya. Berwajah khas suku Dayak, berambut panjang, dia berjilbab bila kuliah, tingginya 158cm. Ku rasa dia cocok untuk dijadikan pasangan dimasa depanku. Namun di 2016, dia cuma menganggapku teman saja. Padahal saat itu aku mendekatinya bahkan sampai dia wisuda juga aku menemaninya. Orang tuanya juga melihatku sebagai laki-laki yang baik dan mapan. Jadi saat itu aku banyak mengobrol dengan ibunya saja ketika dihari wisuda setiap aku berkunjung ketempatnya.
Berpindah ke tahun 2017 sekitar bulan Oktober, aku melihat status whatsappnya bahwa sedang diibukota kabupaten Kota Emas (Julukan ibukota kabupatennya). Aku langsung memulai chat basa basi menanyakan kabar dirinya dan keluarganya. Disinilah aku memulai harapan kembali agar bisa bersamanya setelah tahun sebelumnya dia menolak untuk pacaran saat tahun 2016 lalu. Semakin hari selama dia berada diibukota kabupaten kami semakin intens dan selalu video call. Sampai disebuah video call kami membahas hubungan sebelum dia bertugas kembali.
"Aku esok bakal naik ke desa aku bertugas, disana bakal gak ada sinyal sama sekali, kecuali bila aku ke camp perusahaan baru ada sinyal", kata dia divideo call.
"Hah?? Sesulit itu disana?? Terus bagaimana kita?? Mau gini-gini aja kah??, balas ku.
"Kamu mau bagaimana?? Aku sudah siap untuk diajak kehubungan serius", ujarnya
"Okee, kalau begitu kita menjalin pacaran yaa, aku akan menunggu kamu di kota Cantik", ku jawab
"Okee sayang, aku juga akan begitu. Resmi yaa kita sekarang pacaran, jangan macam-macam loh, jaga kepercayaanku. Ehh bagaimana bila nanti kita ketemunya di Kota Gawi Sabarataan aja tempatmu kuliah, kita jalan-jalan lalu kita balik bareng ke Kota Cantik, gimana?, ujarnya
"Okee deh sayang, kapan kira-kira kamu kesini??", ku jawab
"Insya Allah perkiraan bulan Januari 2018 saat aku cuti", dibalasnya
"Okee, aku akan menunggu waktu itu yaa sayang, terus bagaimana nanti aku menghubungimu selama tidak ada sinyal??", ku bertanya
"Nanti ada saja yang akan turun ke kota Bungas setiap bulannya, nanti aku titipkan surat pada beliau, dan kamu juga harus membalas suratku yaa sayang. Dalam doa kamu juga selipkan namaku yaa, itu salah satu buat kita berkomunikasi", memperjelas keadaan karena aku kebingungan bagaiman cara kami komunikasi
"Ohhh, begitu yaa, okee deh", aku menjawab bahwa mengerti.
Keesokan harinya dia berangkat subuh dari kota Emas menuju Kecamatan dia bekerja, pikirku sangat terpencil sampai tidak ada sinyal disana. Pagi itu dia chat aku bahwa sudah berada dimobil, aku terpaksa bangun dan langsung video call dia. Terlihat wajahnya dan dia berpamitan pada ku pagi itu, aku mendoakan agar selamat sampai tujuan.
Hari-hariku menjadi berubah, tapi aku lebih tenang dan waktuku sangat banyak untuk menikmati hidup. Saban malam aku melihat fotonya dan scroll chat kami, tersenyum sendiri aku membacanya. Bahkan aku mengingat pada tahun 2016 lalu disebuah cafe kami berdua, menikmati jus dan menanyakan bahwa apakah dia ingin pacaran, dia menjawabnya lagi tidak ingin pacaran dan apabila ada yang serius mengajak menikah aku akan menerima ujarnya. Aku saat itu mengambil kesimpulan dia tak ingin pacaran, dan secara halus menolakku. Ahhhh itu 2016 lalu, ternyata setahun kemudian mau menerimaku dan kami menjalani hubungan.
Berlanjut di Januari 2018, hari yang ku tunggu adalah kedatangannya. Waktu perjalanan dari kota Emas ke kota Gawi Sabarataan memakan waktu 8-9 jam perjalanan darat. Biasanya travel dari sana berangkat pagi dan malam, dia mengambil keberangkatan malam dan dipastikan subuh akan sampai kota Gawi Sabarataan. Subuh itu aku ditelfon dia bahwa menunggu di SPBU karena alamat rumah ku tidak tau dan aku bergegas menjemputnya subuh itu. Dia menunggu kedatanganku, wajahnya lelah dan masih saja terlihat seperti dia yang aku temui dulu, sudah lama aku tidak bertemu dengannya, mungkin ada 1 tahun lebih setelah aku menemaninya wisuda tahun 2016.
Selama dirumahku dia tinggal, banyak waktu kami bercerita, bercanda dan bersama selalu. Dia cerita tentang dirinya, aku menanggapi dengan hangat, begitu juga sebaliknya. Ohhh ini indahnya bersama wanita yang pernah ku dambakan dulu sekarang jadi milikku. Setelah beberapa hari kami menikmati waktu bersama dikota Gawi Sabarataan, kami pulang kekota Cantik. Di kota Cantik juga kami selalu bersama dan sangat menikmati. Sampai ketika dia harus pulang untuk bekerja, aku menyampaikan bahwa nanti aku akan menyusulnya ke kota Emas dan ingin bertemu orang tuanya, dia pun senang mendengarnya.
Singkat cerita, aku menyusulnya ke kota Emas, disana aku disambut hangat kedua orang tuanya dan disuruh tinggal dirumah mereka. Aku sungkan tapi dipaksa mereka maka kuputuskan tinggal disitu beberapa hari sampai aku pulang. Banyak hal yang kami ceritakan dan bercanda bersama. Pada tahun 2018 ini, Hanifah ada banyak kegiatan yang mengharuskan untuk lama tinggal di kota Cantik, maka selama tahun itu kami sedang hangat-hangatnya bersama. Ditambah lagi dia mau menyusulku ke kota Gawi Sabarataan untuk mengurus akhir studiku dan melengkapi berkas ijazahku. Aku juga ada 2-3 kali mengunjunginya di kota Emas ditahun ini.
Memasuki bulan November 2018, disini ada hal yang menimpa kami. Karena kami sangat intens selalu bersama dan tak ada batasan lagi apalagi sampai tidur bersama akhirnya dia hamil. Disini masalah terbesar yang kami alami seumur hidup baru sekali. Dia bersi keras bahwa ingin memelihara anak itu, namun aku meyakinkan dia bahwa agar kami menikah dengan baik-baik tanpa sebab kehamilan tersebut maka sebaiknya digugurkan saja, apalagi usia kehamilan masih dibawah 2 bulan saat itu. Dia akhirnya menuruti saja walau dia berat hati. Akan tetapi hal ini juga diketahui orang tua ku. Orang tuaku hanya menjawab, sebaiknya selesaikan sendiri dan jangan pernah berharap lebih dari kami.
Okee, kami berdualah menyelesaikannya, dia sebagai bidan pun memahami bagaimana cara menggugurkan kehamilan. Namun karena dia harus kembali bekerja lagi dan tak akan ada sinyal untuk mengetahui perkembangannya, akhirnya kami terpisah lagi dan aku masih khawatir bagaimana nantinya. Memasuki tahun 2019, dia mengabari aku dan kandungan itu gugur ujarnya. Akan tetapi dia bertanya bagaimana kita selanjutnya? Kita sudah sejauh ini menjalani kisah dan sampai mendapatkan masalah besar dari hubungan ini apabila tidak segera menikah. Aku menjawab dengan bijak, yaa oke hubungan kita tetap lanjutkan, aku segera mencari cara untuk bertunangan.
Ketika itu dibulan Februari 2019, aku dipanggil bekerja di kantor dinas. Kebetulan banget nih, rencanaku untuk meminangnya dengan diawali tunangan dulu. Dengan pendapatan yang ku dapatkan bisa membeli keperluan untuk acara tunangan nanti. Lalu seiring berjalan waktu memasuki bulan Ramadhan 2019, dia ke kota Cantik lagi sekaligus mematangkan niat kami. Mencari gaun untuknya dan baju batik untukku yang akan dipakai saat acara pertunangan nanti. Cincin pun sudah ku beli sesuai keinginannya. Akan tetapi, hal tak terduga muncul, yaitu restu orang tua ku lagi yang jadi masalah. Inilah batu terbesar kami yang akhirnya rencana kami harus mundur bahkan kisah kami menjadi hambar, sangat hambar. Dia lalu membijaki hal ini.
"Sayang, kita gunakan saja cincin ini walau kita belum mendapat restu orang tua, selama dipakai kita masing-masing menjaga perasaan yaa" ucapnya
"Okee" jawabku.
Jadi selama sisa 2019 kami kembali LDR dan susah berkomunikasi, apalagi dia tidak ada lagi ke kota Cantik, saat itupun aku juga sangat sibuk dengan pekerjaan ku. Aku hanya menikmati saja saat itu, walau sebenarnya dalam pikiran ku masih berkeinginan bersamanya dan menkhayal tentang dia.
Memasuki tahun 2020, malam pergantian tahun aku sudah tak bisa menahan kapan jawaban orang tuaku untuk memberi restu. Lalu aku bertahajud, dalam doaku hanya meminta "Apabila Hanifah ini jodoh ku, maka mudahkanlah jalan kami. Apabila Hanifah bukan jodohku, maka gantikanlah dengan yang lebih baik dari sebelumnya".
Memasuki bulan Februari, dia memohon padaku untuk datang dan bertemu di Kota Emas lagi. Aku menuruti keinginannya, akan tetapi aku merasa ini perjalanan ku yang terakhir menemui dia. Sebelum berangkat, aku diceramahi oleh kedua orang tuaku bahwa apapun yang kami lakukan tak akan mendapat restu. Ku terangkan bahwa ini perjalanan terakhir ku kesana menemui dia, dan akan menjelaskan semuanya agar dia mengerti kondisi tak bisa dipaksa sama sekali. Orang tuaku mengizinkanku dengan berat hati, namun aku harus berangkat. Aku merasa diperjalanan itu selalu ingat perkataan mama ku yang tegas itu membuat stres. Namun inilah yang kujalani, aku akan menyelesaikan permasalahan ini agar tak berlarut lagi.
Perjalanan dari kota Cantik ke kota Emas memakan waktu 8 jam perjalanan darat dan hanya ada keberangkatan pagi dan sore hari, sehingga aku sampai dirumahnya dini hari. Aku disambutnya dengan pelukan, lalu diantarkannya aku kekamar tidur. Keesokan harinya kami menikmati hari bersama, dan tentunya aku berpikir ini akan menjadi terakhir bersamanya. Jadi apapun keinginannya akan ku lakukan selagi aku mampu memberinya. Aku tak sanggup menyampaikan apa yang harus ku sampaikan selama aku disana. Sampai aku harus pulang di sore hari, ketika travel sudah menjemputku, aku juga belum menyampaikan penyelesaian masalah itu. Namun aku yakin setelah ini dia akan mengerti apa yang terjadi sebenarnya. Selama itu kami hanya menjalani komunikasi seperlunya, hambar dan kadang hanya sekedar say hello saja.
Hingga dibulan Agustus 2020, akhirnya dia yang memutuskan pergi dan memblokir semua komunikasi kami. Memang ada sebabnya, dan sebabnya ini yang akan menjadi kisah cintaku yang sebenarnya.
Infonya dia sekarang masih melajang, dan juga dia berpindah kerja ke kabupaten tetangga disebuah perusahaan kebun sawit sebagai bidan di polikliniknya. Aku mendoakan kamu yang terbaik, Hanifah.
Alhamdulillah, itulah kisah rumitnya percintaan yang ku alami. Mungkin kesimpulannya adalah :
- Jangan pernah tergoda dengan godaan yang datang,
- Selalu yakin agar bisa menjaga perasaan pasangan,
- Jangan sampai pacaran kearah pergaulan bebas,
- Restu & ridho orang tua itu adalah hal utama.
Yapppp.... Pada akhirnya nanti aku akan menceritakan perjalananku menemui wanita yang menjadi jodohku dithread selanjutnya.
Aku mohon undur diri, see you next time!!
Makasih kawan udah baca thread aku
Wassalamualaikum Wr. Wb
Wassalamualaikum Wr. Wb



bukhorigan memberi reputasi
1
561
Kutip
0
Balasan


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan