Kaskus

News

4574587568Avatar border
TS
4574587568
Penduduk di Wilayah Xinjiang Kelaparan Selama Penguncian Covid-19
Penduduk di Wilayah Xinjiang Kelaparan Selama Penguncian Covid-19

Warga Xinjiang jalani karantina paksa dan kekurangan pasokan selama 40 hari lockdown

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Penduduk di sebuah kota di wilayah Xinjiang, China mengalami kelaparan selama penguncian untuk menangani penyebaran Covid-19. Mereka menjalani karantina paksa dan kekurangan pasokan obat-obatan selama 40 hari penguncian. 

Penduduk Kota Ghulja mengunggah video yang menunjukkan kulkas mereka kosong dan tidak memiliki pasokan makanan, anak-anak yang menderita demam, dan orang-orang berteriak dari jendela rumah mereka.
Kondisi ini mengingatkan pada penguncian ketat di Shanghai beberapa waktu lalu. Ketika itu ribuan penduduk mengunggah video dan foto bahwa mereka dikirimi sayuran busuk atau ditolak perawatan medis bagi orang dengan penyakit kritis. Tetapi, penguncian ketat di kota-kota kecil seperti Ghulja kurang mendapat perhatian.
Penguncian di Ghulja juga menimbulkan ketakutan di antara orang-orang Uighur, yaitu kelompok etnis yang berasal dari Xinjiang.  Selama bertahun-tahun, wilayah tersebut telah menjadi target tindakan keras yang menjerat sebagian besar orang Uighur dan minoritas Muslim lainnya. Penguncian sebelumnya di Xinjiang sangat sulit, karena disertai dengan pengobatan paksa, penangkapan, dan penduduk disemprot  disinfektan.
Yasinuf, seorang warga Uighur yang belajar di sebuah universitas di Eropa, mengatakan, ibu mertuanya mengirim pesan suara yang menakutkan akhir pekan ini. Dalam pesan suara itu, ibu mertuanya mengatakan, dia dipaksa pergi ke karantina terpusat karena batuk ringan.
“Kami tidak tahu apa yang akan terjadi kali ini.  Yang bisa kita lakukan sekarang adalah mempercayai pencipta kita," ujar ibu mertua Yasinuf, dalam rekaman audio yang ditinjau oleh The Associated Press.
Orang tua Yasinuf mengatakan kepada dirinya bahwa, mereka kehabisan persediaan makanan. Orang tua Yasinuf  bertahan hidup dengan memakan adonan mentah yang terbuat dari tepung, air, dan garam. Kondisi ini membuat Yasinuf tidak fokus untuk belajar. Bahkan dia tidak tidur dalam beberapa hari karena memikirkan kerabatnya di Ghulja.
"Suara mereka selalu ada di kepala saya, mengatakan hal-hal seperti saya lapar, tolong bantu kami," ujar Yasinuf. 


Sementara itu, seorang warga Uighur dari Ghulja, Nyrola Elima, mengatakan ayahnya menjatah persediaan tomat yang semakin menipis. Mereka berbagi satu tomat setiap hari dengan neneknya yang berusia 93 tahun. Bibi Elima kekurangan susu untuk cucunya yang berusia 2 tahun. 

Pekan lalu gubernur setempat meminta maaf atas kekurangan pemerintah dalam menanggapi Covid-19. Gubernur menyinggung titik-titik buta dan titik-titik yang terlewatkan. Dia menjanjikan perbaikan dalam distribusi bantuan.
Kendati pihak berwenang mengakui ada kekurangan, sensor pemerintah telah membungkam mereka. Unggahan terkait kondisi kelaparan di Ghulja dihapus dari media sosial.
Pada Senin (12/9/2022), polisi setempat mengumumkan penangkapan enam orang karena menyebarkan isu tidak benar tentang penguncian, termasuk mengunggah tentang seorang anak yang meninggal dan dugaan bunuh diri. Polisi mengatakan, tindakan mereka mengganggu ketertiban sosial.
Ketika pihak berwenang bergerak memberikan bantuan, kondisi beberapa warga telah membaik.  Seorang warga yang dihubungi melalui telepon mengatakan, pengiriman makanan dilanjutkan setelah berhenti selama beberapa minggu.  Warga di kompleksnya sekarang diizinkan untuk berjalan-jalan di halaman mereka selama beberapa jam sehari.

“Situasinya berangsur-angsur membaik, menjadi jauh lebih baik,” katanya.
Pihak berwenang telah memerintahkan pengujian massal dan penguncian distrik di kota-kota di seluruh Cina dalam beberapa pekan terakhir. Di Kota Guiyang, sebuah kebun binatang meminta bantuan makanan untuk hewan mereka.  Sementara di tempat lainnya penduduk mengalami kelaparan karena pengiriman makanan telah terhenti. 

Pejabat setempat meminta maaf atas keterlambatan pengiriman makanan. Mereka mengaku telah melakukan upaya terbaik untuk mendistribusikan makanan selama penguncian, namun mereka kewalahan.
“Karena kurangnya pengalaman dan metode yang tidak tepat, pasokan kebutuhan dasar tidak cukup, sehingga membawa ketidaknyamanan bagi semua orang. Kami sangat menyesal dan minta maaf," ujar pernyataan pejabat tersebut. 


sumber
0
377
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan