Quote:
Original Posted By Kompas.comMOSKWA, KOMPAS.com – Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov menyebut perang melawan Rusia telah memasuki fase baru atau fase ketiga.
Dalam menghadapi fase baru perang Rusia-Ukraina ini, dia menyatakan, Kyiv membutuhkan pasokan senjata dari Barat.
"Serangan balasan adalah fase ketiga dari rencana Ukraina untuk merebut kembali posisi yang dimulai di selatan dan utara,” kata Oleksii Reznikov dalam sebuah wawancara yang diterbitkan surat kabar Perancis Le Monde pada Senin (12/9/2022).
Dia menganggap perang Rusia-Ukraina fase pertama adalah upaya untuk mencegah dan menahan serangan Rusia.
Sedangkan perang Rusia-Ukraina fase kedua bertujuan untuk menstabilkan kondisi garis depan dan menguji kapasitas ketahanan Rusia.
"Panglima angkatan darat kami telah menyusun sebuah rencana sesuai dengan fungsi senjata yang kami terima dari mitra kami. Kami mulai dengan menggunakan sistem artileri bergerak HIMARS (dari AS) untuk memotong jalur pasokan musuh dan menghancurkan depot bahan bakar dan senjata,” kata Reznikov kepada Le Monde.
Dia berkata, Perancis juga baru-baru ini menjanjikan paket bantuan baru kepada Ukraina.
"Saya tidak bisa memberikan detailnya tetapi mereka adalah elemen yang sangat bagus, saya puas," ucap dia, sebagaimana dikutip dari Kantor berita AFP.
Baca juga: PBB Kecam Intimidasi Rusia ke Warga yang Menentang Perang Ukraina
Angkatan bersenjata Ukraina mengatakan mereka telah merebut kembali lusinan kota dan pemukiman sejak akhir pekan lalu, termasuk kota utama Izyum.
"Ini (serangan balasan) akan menjadi seperti bola salju. Itu akan mulai bergulir dan bergulir, semakin besar dan besar dan kita akan melihat militer terbesar kedua di dunia (Rusia) dipaksa mundur," ucap Reznikov.
Dia menegaskan kembali desakannya bahwa kemenangan Ukraina akan berarti pemulihan penuh wilayah yang direbut oleh Rusia, termasuk Crimea yang dicaplok Rusia pada 2014.
Dia mengatakan Ukraina juga mencari “cetak biru” yang jelas untuk pembayaran kerusakan oleh Rusia dan adanya tanggung jawab atas kejahatan perang.
Diserang Rusia, Kharkiv Blackout dan Pasokan Air Mati
Quote:
Original Posted By Kompas.comKHARKIV, KOMPAS.com – Pemadaman listrik alias blackout dan pemutusan pasokan air terjadi di beberapa daerah di Kharkiv, wilayah Ukraina timur laut.
Gubernur Kharkiv Olegh Synehubov mengatakan, hal itu terjadi ketika serangan Rusia menghantam sejumlah situs infrastruktur penting.
“Penjajah (Rusia) telah menyerang infrastruktur penting di kota dan wilayah Kharkiv,” tulis Synehubov di Telegram, sebagaimana dilansir Reuters.
Baca juga: Ukraina Mulai Berhasil Rebut Kembali Wilayah-wilayahnya dari Tangan Rusia
“Di beberapa pusat populasi, tidak ada pasokan listrik atau air. Kebakaran terjadi di tempat serangan ini terjadi dan kru darurat memadamkan api,” sambung Synehubov.
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, pasukan Ukraina terus mendorong ke utara di wilayah Kharkiv.
Sebelumnya, serangan balasan pasukan Ukraina yang cepat di timur dan selatan membuat Rusia meninggalkan beberapa benteng utamanya.
Baca juga: Ukraina Rebut Lagi 2.000 Km Wilayah dari Rusia, Hampir 4 Kali Luas Jakarta?
Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina Valeriy Zaluzhnyi mengatakan, pasukannya menekan ke selatan dan timur Ukraina.
Zaluzhnyi berujar, pasukan Ukraina telah merebut kembali lebih dari 3.000 Kilometer (Km) persegi bulan ini.
Kementerian Pertahanan Inggris melaporkan, pasukan Ukraina terus membuat keuntungan di wilayah Kharkiv selama 24 jam terakhir.
Baca juga: Rusia Lepas Kota Izium Ukraina, Kekalahan Terburuk sejak Mundur dari Kyiv
Kementerian Pertahanan Rusia memerintahkan pasukannya untuk meninggalkan daerah sekitar Kota Izium di Kharkiv.
Kementerian Pertahanan Rusia juga mengutip kepala administrator yang dipasang Rusia di wilayah yang dikuasai Rusia yang mengatakan kepada penduduk untuk mengungsi ke Rusia.
Kementerian Pertahanan Rusia menambahkan, pasukan Rusia menyerang posisi tentara Ukraina di wilayah Kharkiv dengan serangan presisi.
Pemimpin Chechnya Buka Suara Kritik Kinerja Pasukan Rusia: Putin Tak Tahu Kondisi Perang Sebenarnya
Quote:
Original Posted By Kompas.comMOSKWA, KOMPAS.com - Pemimpin Chechnya yang ditunjuk Kremlin Ramzan Kadyrov mengkritik kepemimpinan pasukan Rusia, setelah tampaknya lengah dengan perlawanan Ukraina melawan invasi Rusia di timur laut.
Kritik Kadyrov menandai dampak serius yang ditanggung Kremlin atas hilangnya wilayah yang telah berulang kali dinyatakan oleh administrasi pendudukan Rusia, yang mereka rencanakan untuk dipertahankan “selamanya.”
Kadyrov pun menduga bahwa Vladimir Putin mungkin tidak mengetahui keadaan sebenarnya.
Baca juga: Rangkuman Hari Ke-200 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Balik Buat Moskwa Mundur, Kyiv Rebut 3.000 Km Persegi
“Mereka telah membuat kesalahan dan saya pikir mereka akan menarik kesimpulan yang diperlukan,” kata Kadyrov dalam pesan audio yang diunggah ke saluran Telegramnya pada Minggu (11/9/2022) sebagaimana dilansir Guardian.
Lebih lanjut kata dia, jika hari ini atau besok tidak ada perubahan strategi, dia akan dipaksa berbicara dengan pimpinan kementerian pertahanan dan pimpinan negara untuk menjelaskan situasi sebenarnya di lapangan kepada mereka.
“Ini situasi yang sangat menarik. Ini mencengangkan, menurut saya,” kata Kadyrov, mantan pemberontak yang menjadi sekutu Kremlin dan memerintah Chechnya, sebuah republik Rusia di Kaukasus. Dia dilaporkan memimpin dengan tangan besi dan memiliki pasukan paramiliter di bawah komandonya.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari, Kremlin berfokus pada membungkam suara-suara liberal yang kritis terhadap perang.
Tetapi ketika keadaan memburuk di medan perang, Putin kini dibuat sakit kepala dengan apa yang harus dilakukan ketika mantan penyemangat aksinya ingin Rusia mengerahkan lebih banyak kekuatan untuk perang untuk mengubah kondisi di lapangan.
Banyak unit dari Chechnya telah mengambil bagian dalam upaya perang Rusia, dan meskipun Kadyrov tampak sangat setia kepada Moskwa, dia adalah salah satu dari sedikit tokoh politik Rusia yang pesannya tidak sepenuhnya dikendalikan oleh Kremlin.
Semua mata akan tertuju pada bagaimana Putin menanggapi kritik tersebut.
Pemimpin Rusia berusia 69 tahun ini sebelumnya telah mengabaikan klaim bahwa dia membuat kesalahan perhitungan yang mengerikan pada Februari, ketika dia mengira tentara Rusia dapat menyerbu Ukraina dalam hitungan hari.
Dalam penampilannya baru-baru ini, dia mengatakan Rusia "tidak kehilangan apa-apa" selama perang, tetapi kerugian besar dalam beberapa hari terakhir bisa menjadi catatan buruk bagi penduduk Rusia.
Pada Sabtu (10/9/2022), ketika berita bencana dari medan perang menyebar, Putin sibuk membuka observasi besar di taman Moskwa sebagai bagian dari perayaan Hari Moskwa.
Blogger militer dengan tajam mengkritiknya karena melanjutkan perayaan.
Izium kalah, Kharkiv berontak, akhirnya cuma bisa
tembak "serangan presisi" ke fasilitas sipilyg memang nggak didesain untuk militer, nampaknya pakai misil mahal macam Kh101, sungguh penggunaan uang pajak Rusia yg berguna
Sekarang dalam Rusia mulai ribut, banyak yg mulai bersuara ga setuju, banyak tentara yg pulang bonyok, banyak penduduk kota yg nggak mau ditarik paksa wajib militer ke meat grinder Ukraina, dll. Bahkan batalyon yg gerak di Ukraina konon sekarang batalyon ketiga pelatih militer, yg artinya kalaupun mau mobilisasi dan conscript, pelatihnya aja ga ada.
Si kambing juga baru pulang ke kandangnya di Chechnya.
Prancis juga mau tambah bantuan ke Ukraina.
Btw, ane dukung Jokowi beli minyak Rusia, berhubung kita netral ga dilarang main dua kaki dan Rusia sudah mau meltdown juga di luar dalam

And no amount of wumao shills can overturn this L. Who'dathunk launching military campaign today in digital era is going to be really hard?
Sumur:
https://www.kompas.com/global/read/2...angan-balasan-
https://www.kompas.com/global/read/2...sokan-air-mati
https://www.kompas.com/global/read/2...putin-tak-tahu