- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Lockdown Bikin Kinerja Raksasa Teknologi China Babak Belur


TS
4574587568
Lockdown Bikin Kinerja Raksasa Teknologi China Babak Belur

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan raksasa teknologi asal China kembali membukukan kinerja keuangan yang mengecewakan di kuartal kedua tahun ini, bahkan menjadi pertumbuhan terlambat secara kuartalan di sepanjang sejarah karena kebijakan zero Covid di China.
Pada kuartal II-2022, Alibaba melaporkan pertumbuhan pendapatan yang flat untuk pertama kalinya dalam sejarah. Bahkan, mereka harus menunda beberapa proyeknya.
Perusahaan pemilik aplikasi WeChat dan salah satu perusahaan game terbesar di dunia, Tencent juga mengalami penurunan penjualan pertamanya di sepanjang sejarah karena lockdown membatasi konsumen untuk menggunakan layanan WeChat Pay. Tidak hanya itu, pendapatannya dari iklan juga turun tajam.
Tidak jauh berbeda, perusahaan pembuat kendaraan listrik, Xpeng melaporkan kerugian yang melebihi ekspektasi. Mereka juga mengumumkan proyeksi keuangan yang lebih lemah dibandingkan sebelumnya, di mana hanya akan mengirimkan sebanyak 29.000-31.000 unit kendaraan listrik pada kuartal III-2022.
JD.com, yang merupakan perusahaan e-commerce terbesar kedua di China, juga mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang paling lamban dalam sejarah. Namun, mereka masih dapat mengendalikan rantai pasokan dan inventaris logistiknya, meskipun ada kenaikan pada biaya operasional.
Jika digabungkan, perusahaan tersebut memiliki pangsa pasar lebih dari US$ 770 miliar atau setara dengan Rp 11.407 triliun (asumsi kurs Rp 14.815/US$).
Penurunan kinerja pada perusahaan raksasa teknologi tersebut dipicu oleh kebijakan pemerintah China yang masih memberlakukan zero Covid karena kasus penyebaran virus Covid terus bermunculan, sehingga China pun melakukan lockdown di kota-kota besar, termasuk Shanghai untuk beberapa pekan.
Ditambah, pertumbuhan ekonomi China di kuartal II-2022 juga mengalami perlambatan menjadi 0,4%. Artinya, adanya penurunan pada daya beli masyarakat.
Sebelumnya, Alibaba, Tencent, dan JD.com masih 'pede' untuk membukukan pendapatan secara tahunan lebih dari 25%, tapi dengan adanya pertumbuhan pendapatan yang lambat tentunya akan menjadi perhatian banyak investor.
"Jika kuartal ini merupakan tanda perlambatan permanen untuk tingkat pertumbuhan satu digit dan bukan hanya penurunan sementara, tentu akan berdampak signifikan pada valuasi jangka panjang dari saham-saham perusahaan tersebut," tutur Manajer GFM Asset Management Tariq Dennison dikutip CNBC International.
sumber
0
227
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan