- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Pernah Menang Lawan China, Taiwan: Tak Bisa Ancam Kami!


TS
4574587568
Pernah Menang Lawan China, Taiwan: Tak Bisa Ancam Kami!

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Taiwan Tsai Ing-wen bertekad mempertahankan negaranya untuk merdeka meskipun ada ancaman militer China. Ia memperingatkan penjajahan kepada negaranya akan menanggung "harga yang mahal".
Tsai mengatakan Taiwan pernah mengalahkan militer China saat terjadinya Krisis Selat Taiwan pada awal Agustus 1958. Penyerangan Beijing ke pulau-pulau, termasuk di pulau Kinmen dan Matsu, milik Taiwan di Selat Taiwan berlangsung selama sebulan lebih, dengan China gagal merebut pulau-pulau itu.
Hal ini disampaikan Tsai kepada delegasi eks pejabat Amerika Serikat (AS) yang kini bekerja di Institut Hoover Universitas Stanford, termasuk Matt Pottinger, mantan wakil penasihat keamanan nasional Presiden AS Donald Trump.
"Enam puluh empat tahun yang lalu selama pertempuran 23 Agustus, tentara dan warga sipil kami beroperasi dalam solidaritas dan menjaga Taiwan, sehingga kami memiliki Taiwan yang demokratis hari ini," kata Tsai, melansir Reuters, Kamis (25/8/2022).
"Pertempuran ini membela Taiwan untuk kami, dan juga menyatakan kepada dunia bahwa tidak ada ancaman yang dapat menggoyahkan tekad rakyat Taiwan untuk membela negara mereka," ujar Tsai.
"Yang harus kita lakukan adalah membiarkan musuh mengerti bahwa Taiwan memiliki tekad dan persiapan untuk membela negara, serta kemampuan untuk mempertahankan diri," tambahnya. "Harga yang mahal akan dibayar untuk menginvasi Taiwan atau mencoba menginvasi Taiwan, dan itu akan dikutuk keras oleh komunitas internasional."
Sering disebut Krisis Selat Taiwan Kedua, itu adalah terakhir kalinya pasukan Taiwan bergabung dalam pertempuran dengan China dalam skala besar.
Saat itu Taiwan bertempur dengan dukungan dari AS, yang mengirim peralatan militer termasuk rudal anti-pesawat Sidewinder canggih. Ini memberi Taiwan keunggulan teknologi.
Meski AS memutuskan hubungan diplomatik formal dengan Taipei demi Beijing pada 1979, Negeri Paman Sam tetap menjadi sumber senjata terpenting bagi Taiwan.
"Ketika Taiwan berdiri di garis depan ekspansionisme otoriter, kami terus meningkatkan otonomi pertahanan kami, dan kami juga akan terus bekerja dengan Amerika Serikat di bidang ini," kata Tsai.
Ketegangan antara Taiwan dan China telah meningkat selama sebulan terakhir setelah kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taipei. China menggelar latihan perang di dekat Taiwan untuk mengekspresikan kemarahannya atas apa yang dilihatnya sebagai peningkatan dukungan AS untuk pulau yang diklaim Beijing sebagai wilayah kedaulatan China.
Latihan China di dekat Taiwan telah menimbulkan ancaman bagi status quo di selat dan di seluruh kawasan. Tsai mengatakan mitra demokratis harus bekerja sama untuk mempertahankan diri dari campur tangan negara-negara otoriter.
Pemerintah Taiwan mengatakan bahwa karena Republik Rakyat China tidak pernah memerintah pulau itu, Beijing tidak memiliki hak untuk mengeklaim atau memutuskan masa depannya, yang hanya dapat ditentukan oleh 23 juta penduduk Taiwan.
sumber
0
224
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan