- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
My Agent Girlfriend
TS
Saubi12345
My Agent Girlfriend
Quote:
(Prolog)
Ngomong-ngomong tentang gue.
Usia gue sekarang 28 tahun, seorang sarjana yang masih nganggur!
Hal baiknya ibu gue cukup mampu.
Meski nganggur, makan dan rokok gue masih terjamin.
Pada sebuah pagi di hari tertentu di mana cerita ini dimulai, gue disuruh ibu gue ke pasar ikan sekitar 4 kilometer dari rumah gue.
Kayaknya ibu gue dapat kabar kalau ada yang jual lobster di pasar ikan tersebut dan dia ingin beli.
Gue yang gak pernah datang ke tempat semacam ini akhirnya gak ada pilihan lain selain pergi.
Dengan motor ninja hitam kesayangan gue, gue menembus angin pagi yang dingin.
Gue baru berhenti di sebuah jembatan yang membelah sungai di kabupaten gue.
Banyak motor yang markir di jembatan itu, jadi gue juga markir di sana.
Di sisi jembatan itu, ada sebuah tangga yang mengarah ke jalan kecil. Di situlah pasar ikan kabupaten gue berada.
Memasuki pasar itu, hidung gue mulai berkedut.
Bau amis yang terkombinasi dengan aroma asin busuk bikin gue ngerasa gak ingin bernafas.
Pasar ini lebih ramai daripada mal, jalannya agak berhimpitan. Itu juga rusak, penuh dengan genangan air sehingga gue harus melangkah dengan hati-hati.
Menyusuri jalan, gue terus nengok ke kiri dan kanan, nyari pedagang yang jualan lobster.
Sebenarnya gue agak gak yakin, seumur-umur gue belum pernah liat lobster di kabupaten ini.
Tapi setelah beberapa puluh meter berjalan, gue ngeliat satu pedagang yang dikerumuni banyak orang sampai dagangannya gak keliatan lagi.
Insting gue bilang itu yang gue cari, jadi gue memaksa melewati gue kerumunan, yang cukup mudah karena tinggi gue yang mencapai 1,8 meter.
"Mm, beneran ada lobster," gumam gue dengan sangat pelan ketika gue ngeliat yg dijual pedagang itu.
Udang-udang besar yang terdiri dari warna hijau tua dan orange.
"Mau lobster, dek?" Tanya si pedagang, seorang pria paruh baya. Gayanya agak berlebihan sampe gue mikir Hotman versi kw.
"Berapa satunya, om?" Gue langsung nanya.
Kabarnya lobster sangat mahal, gue khawatir uang yang dikasih ibu gue gak cukup lagi.
"1****," jawab pedagang itu, nyebutin harganya.
Ternyata uang yang dikasih ibu gue cukup banyak, jadi gue beli 3.
Pedagang paruh baya itu tampak puas, dia kemudian menyuruh anak buahnya buat ngebungkusin lobster-lobster yang gue pilih.
Gue gak tahan di pasar ikan itu terlalu lama, jadi gue berencana langsung pergi.
Namun, baru beberapa langkah gue dari pedagang lobster itu, kerumunan di tempat lain sepertinya agak ricuh.
Gue ngedengar beberapa suara siulan, jadi jelas itu bukan karena perkelahian.
Gue yang penasaran akhirnya mendekat.
Apa yang menyebabkan kericuhan itu cukup mengejutkan gue.
Cewek, mungkin seusia gue dengan rambut yang tidak terlalu panjang berwarna kepirangan.
Sebenarnya gak sedikit di pasar ikan ini, tapi cewek yang satu ini agak terlalu cantik untuk sebuah pasar ikan.
Hidungnya mancung, dagunya runcing, dan bibirnya agak tebal, hampir kayak bibir cewek Rusia.
Ia juga tinggi, kayaknya sampe 1,7 meter. Pake sepatu bot, celana jeans hitam, dan tanktop berlapis jaket kulit yang terbuka.
Yang benar-benar menarik seh ekspresinya yang dingin dan acuh tak acuh, kayak gak ada orang di sekitarnya.
'Buset,' pikir gue.
Jangankan di pasar ikan ini, di seluruh kabupaten juga gak ada cewek dengan level ini. Gue biasanya cuma liat di ibu kota provinsi waktu gue kuliah.
"Eh, t-tungg...!" Ketika cewek itu makin dekat dengan gue, gue tiba-tiba merasa dia cukup familiar.
Cewek itu menatap gue.
Wajar seh karena gue tampan.
Tapi cewek itu menghentikan langkahnya pas matanya tertuju ke wajah gue, dia merajutkan alis, kayaknya dia juga ngerasa familiar ama gue.
Setelah terus menatap, satu nama muncul di kepala gue. Sebuah nama yg sudah lama tenggelam di pikiran gue.
Kenangan dari sebuah cerita yang selesai mungkin sekitar 15 tahun yang lalu ketika gue berusia 13 tahun.
"D-della," ucap gue tanpa sadar.
Mulut cewek itu sedikit terbuka setelah gue nyebut nama itu.
"A-aditya," ucapnya, tampak tanpa sadar juga.
Yang dia katakan mengkonfirmasi identitasnya.
Dia benar-benar Della, pacar gu, ehmmm, tetangga gue waktu gue masih bocil.
Tanpa pikir panjang, gue langsung nyoba mendekat.
Namun, tepat ketika gue baru ngambil satu langkah, Della tiba-tiba mengalihkan tatapannya ke rumah tertentu di mana seorang pria muda, bertato, baru saja keluar.
"Kejar!" Tiba-tiba Della berteriak.
Seorang pria tidak jauh darinya kemudian berlari ke pria itu.
Orang-orang kaget, tapi yang bikin lebih kaget karena pria itu megang pistol di tangannya.
Dan Della.
Dia memasukkan tangannya ke jaketnya sebelum mengeluarkan pistol juga.
Dua, tiga, empat, lima.
Satu persatu, muncul pria yang bawa pistol.
Mereka gak mencolok seh sebelumnya, tapi sekarang semua orang langsung menjauh, tahu bahwa sesuatu yang besar telah datang.
Quote:
(Daftar Bab)
Diubah oleh Saubi12345 13-08-2022 21:42
carioverkredit dan 5 lainnya memberi reputasi
4
1.2K
Kutip
7
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan