- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Krisis Properti China Memburuk, Dua Bos Evergrande Mengundurkan Diri, 200 proyek


TS
suryahendro
Krisis Properti China Memburuk, Dua Bos Evergrande Mengundurkan Diri, 200 proyek
Judul asli: Krisis Properti China Memburuk, Dua Bos Evergrande Mengundurkan Diri, 200 Proyek Mangkrak
BEIJING, KOMPAS.com - Krisis properti China memburuk dengan dua bos Evergrande mengundurkan diri, setelah penyelidikan internal menemukan mereka menyalahgunakan pinjaman sekitar 2 miliar dollar AS nyaris Rp 30 triliun. Para investor kini takut akan dampak lebih luas krisis properti China, dengan lebih dari 200 proyek oleh setidaknya 80 pengembang menghentikan pembangunan. Baca juga: Dampak Krisis Evergrande di Dunia Sudah Terasa, Swedia Kena Duluan Pada Jumat (22/7/2022), Evergrande mengatakan menemukan bahwa kepala eksekutif Xia Haijun dan kepala keuangan Pan Darong terlibat dalam mengalihkan 2 miliar dollar AS pinjaman, yang dijamin oleh unit layanan propertinya ke grup yang lebih luas. Perusahaan itu mengatakan dalam pengajuan ke Bursa Efek Hong Kong bahwa Xia dan Pan telah mengundurkan diri karena "keterlibatan mereka dalam pengaturan janji". Dilansir dari BBC pada Senin (25/7/2022), pernyataan terpisah raksasa real estate China itu mengatakan bahwa dana tersebut "ditransfer dan dialihkan kembali ke grup melalui pihak ketiga dan digunakan untuk operasi umum grup". Evergrande menambahkan bahwa pihaknya sedang dalam pembicaraan dengan unit layanan propertinya mengenai rencana pembayaran kembali. Kesepakatan senilai 2,6 miliar dollar AS (Rp 39 triliun) untuk menjual saham mayoritas di unit tersebut kepada pengembang saingan gagal pada Oktober tahun lalu. Baca juga: Investor Evergrande Ancam Bunuh Diri karena Seluruh Uang Pensiunnya Hilang
Evergrande, yang merupakan pengembang properti paling berhutang di dunia, telah berjuang untuk membayar lebih dari 300 miliar dollar AS (Rp 4,5 kuadriliun) kewajibannya, dan melewatkan tenggat waktu pembayaran yang penting atas utang luar negerinya pada Desember. Sahamnya telah jatuh lebih dari 75 persen selama setahun terakhir di Hong Kong dan telah ditangguhkan dari perdagangan selama berbulan-bulan. Perusahaan dijadwalkan mengumumkan rencana awal untuk merestrukturisasi utang sebelum minggu depan.
Dampak krisis meluas Krisis properti China diperkirakan telah menghapus lebih dari satu triliun dollar dari nilai sektor ini tahun lalu. Potensi kejatuhan yang sangat serius dari keruntuhan Evergrande telah membuat beberapa analis menyarankan bahwa Beijing dapat turun tangan. Baca juga: Krisis Evergrande: Awal Mula Petaka, Utang Rp 4 Kuadriliun, dan Ruginya Ribuan Orang
Pada Senin (25/7/2022), raksasa perbankan Jepang Nomura mengatakan "semakin banyak pengembang gagal membayar utang mereka dan melanjutkan pekerjaan konstruksi mereka" sejak krisis Evergrande. Juga pada Senin (25/7/2022), penyedia informasi keuangan Redd melaporkan bahwa China berencana memulai pendanaan real estat untuk mendukung lebih dari selusin pengembang properti, termasuk Evergrande. Dana tersebut bisa bernilai hingga 300 miliar yuan (Rp 666 triliun), menurut laporan tersebut, yang mengutip sumber anonim. Penjualan rumah di China telah turun selama 11 bulan berturut-turut, menurut data resmi. Itu adalah kemerosotan terpanjang sejak China menciptakan pasar properti swasta pada akhir 1990-an. Beberapa pengembang China telah menghentikan pembangunan rumah yang sudah terjual, karena kekhawatiran arus kas. Baca juga: Terancam Bangkrut, Evergrande Akan Jual Rp 21,4 Triliun Saham Dalam beberapa minggu terakhir, beberapa pembeli rumah mengancam akan berhenti membayar hipotek mereka sampai pekerjaan dimulai kembali. Lebih dari 200 proyek oleh setidaknya 80 pengembang telah terpengaruh, menurut Lembaga Penelitian dan Pengembangan E-house China yang berbasis di Shanghai. Komisi Regulasi Perbankan dan Asuransi China telah berjanji untuk membantu pemerintah daerah dalam "menjamin penyelesaian rumah," lapor media pemerintah.
https://www.kompas.com/global/read/2...iri-200?page=2
amsyong... raja maling bikin susah aje

BEIJING, KOMPAS.com - Krisis properti China memburuk dengan dua bos Evergrande mengundurkan diri, setelah penyelidikan internal menemukan mereka menyalahgunakan pinjaman sekitar 2 miliar dollar AS nyaris Rp 30 triliun. Para investor kini takut akan dampak lebih luas krisis properti China, dengan lebih dari 200 proyek oleh setidaknya 80 pengembang menghentikan pembangunan. Baca juga: Dampak Krisis Evergrande di Dunia Sudah Terasa, Swedia Kena Duluan Pada Jumat (22/7/2022), Evergrande mengatakan menemukan bahwa kepala eksekutif Xia Haijun dan kepala keuangan Pan Darong terlibat dalam mengalihkan 2 miliar dollar AS pinjaman, yang dijamin oleh unit layanan propertinya ke grup yang lebih luas. Perusahaan itu mengatakan dalam pengajuan ke Bursa Efek Hong Kong bahwa Xia dan Pan telah mengundurkan diri karena "keterlibatan mereka dalam pengaturan janji". Dilansir dari BBC pada Senin (25/7/2022), pernyataan terpisah raksasa real estate China itu mengatakan bahwa dana tersebut "ditransfer dan dialihkan kembali ke grup melalui pihak ketiga dan digunakan untuk operasi umum grup". Evergrande menambahkan bahwa pihaknya sedang dalam pembicaraan dengan unit layanan propertinya mengenai rencana pembayaran kembali. Kesepakatan senilai 2,6 miliar dollar AS (Rp 39 triliun) untuk menjual saham mayoritas di unit tersebut kepada pengembang saingan gagal pada Oktober tahun lalu. Baca juga: Investor Evergrande Ancam Bunuh Diri karena Seluruh Uang Pensiunnya Hilang
Evergrande, yang merupakan pengembang properti paling berhutang di dunia, telah berjuang untuk membayar lebih dari 300 miliar dollar AS (Rp 4,5 kuadriliun) kewajibannya, dan melewatkan tenggat waktu pembayaran yang penting atas utang luar negerinya pada Desember. Sahamnya telah jatuh lebih dari 75 persen selama setahun terakhir di Hong Kong dan telah ditangguhkan dari perdagangan selama berbulan-bulan. Perusahaan dijadwalkan mengumumkan rencana awal untuk merestrukturisasi utang sebelum minggu depan.
Dampak krisis meluas Krisis properti China diperkirakan telah menghapus lebih dari satu triliun dollar dari nilai sektor ini tahun lalu. Potensi kejatuhan yang sangat serius dari keruntuhan Evergrande telah membuat beberapa analis menyarankan bahwa Beijing dapat turun tangan. Baca juga: Krisis Evergrande: Awal Mula Petaka, Utang Rp 4 Kuadriliun, dan Ruginya Ribuan Orang
Pada Senin (25/7/2022), raksasa perbankan Jepang Nomura mengatakan "semakin banyak pengembang gagal membayar utang mereka dan melanjutkan pekerjaan konstruksi mereka" sejak krisis Evergrande. Juga pada Senin (25/7/2022), penyedia informasi keuangan Redd melaporkan bahwa China berencana memulai pendanaan real estat untuk mendukung lebih dari selusin pengembang properti, termasuk Evergrande. Dana tersebut bisa bernilai hingga 300 miliar yuan (Rp 666 triliun), menurut laporan tersebut, yang mengutip sumber anonim. Penjualan rumah di China telah turun selama 11 bulan berturut-turut, menurut data resmi. Itu adalah kemerosotan terpanjang sejak China menciptakan pasar properti swasta pada akhir 1990-an. Beberapa pengembang China telah menghentikan pembangunan rumah yang sudah terjual, karena kekhawatiran arus kas. Baca juga: Terancam Bangkrut, Evergrande Akan Jual Rp 21,4 Triliun Saham Dalam beberapa minggu terakhir, beberapa pembeli rumah mengancam akan berhenti membayar hipotek mereka sampai pekerjaan dimulai kembali. Lebih dari 200 proyek oleh setidaknya 80 pengembang telah terpengaruh, menurut Lembaga Penelitian dan Pengembangan E-house China yang berbasis di Shanghai. Komisi Regulasi Perbankan dan Asuransi China telah berjanji untuk membantu pemerintah daerah dalam "menjamin penyelesaian rumah," lapor media pemerintah.
https://www.kompas.com/global/read/2...iri-200?page=2
amsyong... raja maling bikin susah aje

0
616
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan