- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Ramalan IMF: Ekonomi Dunia 'Gelap' dan Krisis di China


TS
4574587568
Ramalan IMF: Ekonomi Dunia 'Gelap' dan Krisis di China

Jakarta, CNBC Indonesia - Kenaikan laju inflasi dunia dan perlambatan ekonomi menghantam dua raksasa ekonomi dunia, yaitu Amerika Serikat (AS) dan China. Ini membuat lembaga moneter dunia yaitu IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia di tahun ini dan tahun depan.
Dalam laporan World Economic Outlook 2022, IMF menyatakan situasi ekonomi dunia bisa tambah memburuk.
"Outlook ekonomi gelap signifikan sejak April. Dunia mungkin akan segera tertatih di tepi resesi global, hanya dua tahun setelah (resesi) yang terakhir," kata Kepala Ekonom IMF, Pierre-Olivier Gourinchas dilansir dari AFP, Selasa (26/7/2022).
Dalam laporan terbarunya ini, IMF memangkas pertumbuhan ekonomi dunia 2022 menjadi 3,2% atau lebih rendah 0,4% dari proyeksi sebelumnya di April 2022.
Pemulihan ekonomi dunia pasca pandemi Covid-19 disampaikan IMF bersifat tentatif. Saat ini risiko makin menjadi dan membuat perkembangan ekonomi makin suram.
"Beberapa guncangan menghantam ekonomi dunia, yang sebelumnya sudah melemah karena pandemi," demikian kajian IMF. Guncangan yang dimaksud termasuk perang antara Rusia dengan Ukraina yang membuat harga pangan dan energi dunia naik tinggi. Kondisi ini juga membuat bank sentral di dunia menaikkan suku bunga acuannya cukup tajam.
Dalam laporannya, IMF menyebutkan soal kondisi lockdown Covid dan krisis real estate di China menjadi penghalang aktivitas ekonomi. Sementara di AS, bank sentralnya, yaitu The Fed, sangat agresif menaikkan suku bunga acuan dan membuat ekonominya bakal melambat.
Ada peringatan keras IMF yang mengatakan risiko ekonomi untuk makin turun ke bawah terbuka. Jika ini terjadi, maka ekonomi global bisa masuk ke kondisi terparahnya dalam setengah abad terakhir.
Risiko terbesar dari ekonomi dunia saat ini adalah dampak dari perang Rusia dan Ukraina. Krisis pangan akibat perang bisa memicu kelaparan di dunia.
"Bila guncangan ini cukup parah, maka akan muncul kombinasi antara resesi yang disertai dengan inflasi yang sangat tinggi (stagflasi)," demikian bunyi laporan tersebut.
Karena itu pertumbuhan ekonomi dunia bisa melambat ke 2% saja di 2023. Ini merupakan pertumbuhan ekonomi dunia terendah sejak 1970.
Menurut IMF, saat ini yang menjadi prioritas utama pengambil kebijakan adalah menahan kenaikan harga-harga. Karena kondisi kenaikan harga bisa menekan daya beli masyarakat.
Kenaikan suku bunga acuan bank sentral utama dunia yang sangat agresif, menurut IMF bakal makin menekan ekonomi.
"Kebijakan moneter yang lebih ketat pasti akan menimbulkan biaya ekonomi yang nyata, tetapi menundanya hanya akan memperburuk kesulitan," kata Gourinchas.
Kondisi harga pangan tinggi dan inflasi ini akan meningkatkan penderitaan bagi negara-negara miskin yang paling tidak mampu menahan guncangan, di mana makanan merupakan bagian yang lebih besar dari anggaran keluarga.
IMF menyatakan, pertumbuhan ekonomi AS tahun ini hanya akan sebesar 2,3%, sementara China hanya akan tumbuh 3,3% di tahun ini. Pertumbuhan ekonomi China ini yang terendah dalam empat dekade terakhir. Ini akibat krisis yang memburuk di sektor properti China.
"Perlambatan di China memiliki konsekuensi global: lockdown menambah gangguan rantai pasokan global dan penurunan pengeluaran domestik mengurangi permintaan barang dan jasa dari mitra dagang China," kata laporan itu.
sumber
0
695
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan