- Beranda
- Komunitas
- Hobby
- Latihan Posting
Suku tertua di Minangkabau


TS
giovanni1mazza
Suku tertua di Minangkabau
Nenek moyang suku Minangkabau adalah keturunan Iskandar Zulkarnain atau Alexander The Great dan orang Minang merupakan salah satu bagian dari rakyat Deutro Melayu atau Melayu Muda yang melakukan migrasi dari daratan China Selatan menuju Pulau Sumatera. Etnis di Minangkabau terbagi menjadi banyak suku. Budaya Minangkabau terbentuk dari Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sebatang. Di awal masa pembentukan budaya Minang, hanya ada 4 suku awal yaitu Suku Koto, Suku Bodi, Suku Piliang dan Suku Caniago. Keempat klan ini terbagi menjadi 2 sistem kekuasaan adat yang disebut sebagai Kelarasan. Kelarasan Koto Piliang berkembang menjadi sistem aristocrat. Sementara kelarasan Bodi Caniago berkembang menjadi penganut sistem konfederasi.
1. Suku Koto
Dahulu, suku Koto merupakan satu kesatuan dengan suku Piliang tetapi karena perkembangan populasinya maka paduan suku ini dipisahkan menjadi dua suku yaitu suku Koto dan suku Piliang. Suku Koto dipimpin oleh Datuk Ketumanggungan yang memiliki aliran Aristokratis Militeris, dimana falsafah suku Koto ini adalah “Manitiak dari Ateh, Tabasuik dari bawah, batanggo naiak bajanjang turun”
2. Suku Bodi
Suku Bodi merupakan salah satu suku di Minangkabau yang merupakan sekutu dari suku Caniago yang kemudian membentuk Adat Perpatih atau dikenal dengan nama Lareh Bodi Caniago. Secara etimologi, Bodi berasal dari kata Bodhi yang dalam bahasa sanskerta berarti yang telah mendapat petunjuk. Bodi dapat dirujuk kepada pohon Bodhi yaitu sebuah pohon yang sangat penting bagi pertapa buddhisme. Dikarenakan dahulu masyarakat suku ini adalah penganut Buddha yang taat, serta suku ini sudah menempati wilayah kawasan Minang jauh sebelum agama Islam datang.
3. Suku Piliang
Suku Piliang adalah salah satu suku yang berkerabat dengan suku Koto dan membentuk adat Ketumanggungan atau dikenal juga dengan Lareh Koto Piliang. Menurut Budayawan AA Navis, kata Piliang terbetuk dari dua kata yaitu ‘Pele’ artinya banyak dan ‘Hyang’ yang artinya Dewa atau Tuhan. Ini menunjukkan di masa lampau suku Piliang adalah suku pemuja banyak dewa, yang barangkali mirip dengan kepercayaan Hindu.
4. Suku Caniago
Suku Caniago adalah suku asli Minang yang dibuat oleh Datuk Parpatih nan Sabatang yang memiliki falsafah hidup demokratis yaitu menjunjung tinggi falsafah “bulek aia dek pambuluah, bulek kato dek mufakat. Nan bulek samo digolongkan, nan picak samo dilayangkan” yang artinya “bulat air karena pembuluh, bulat kata karena mufakat”. Karena itulah masyarakat Caniago mengambil semua keputusan dengan musyawarah untuk mufakat. Salah satu falsafah untuk mencari kata kesepakatan dalam mengambil keputusan pada suku Caniago yaitu “aia mambasuik dari bumi” yang artinya suara yang harus didengar adalah suara dari bawah atau dari rakyat kecil barulah didiskusikan untuk mencapai kata mufakat barulah pemimpin yang menetapkan keputusan itu.
By: Salsabila Rahmadani Hidayat
1. Suku Koto
Dahulu, suku Koto merupakan satu kesatuan dengan suku Piliang tetapi karena perkembangan populasinya maka paduan suku ini dipisahkan menjadi dua suku yaitu suku Koto dan suku Piliang. Suku Koto dipimpin oleh Datuk Ketumanggungan yang memiliki aliran Aristokratis Militeris, dimana falsafah suku Koto ini adalah “Manitiak dari Ateh, Tabasuik dari bawah, batanggo naiak bajanjang turun”
2. Suku Bodi
Suku Bodi merupakan salah satu suku di Minangkabau yang merupakan sekutu dari suku Caniago yang kemudian membentuk Adat Perpatih atau dikenal dengan nama Lareh Bodi Caniago. Secara etimologi, Bodi berasal dari kata Bodhi yang dalam bahasa sanskerta berarti yang telah mendapat petunjuk. Bodi dapat dirujuk kepada pohon Bodhi yaitu sebuah pohon yang sangat penting bagi pertapa buddhisme. Dikarenakan dahulu masyarakat suku ini adalah penganut Buddha yang taat, serta suku ini sudah menempati wilayah kawasan Minang jauh sebelum agama Islam datang.
3. Suku Piliang
Suku Piliang adalah salah satu suku yang berkerabat dengan suku Koto dan membentuk adat Ketumanggungan atau dikenal juga dengan Lareh Koto Piliang. Menurut Budayawan AA Navis, kata Piliang terbetuk dari dua kata yaitu ‘Pele’ artinya banyak dan ‘Hyang’ yang artinya Dewa atau Tuhan. Ini menunjukkan di masa lampau suku Piliang adalah suku pemuja banyak dewa, yang barangkali mirip dengan kepercayaan Hindu.
4. Suku Caniago
Suku Caniago adalah suku asli Minang yang dibuat oleh Datuk Parpatih nan Sabatang yang memiliki falsafah hidup demokratis yaitu menjunjung tinggi falsafah “bulek aia dek pambuluah, bulek kato dek mufakat. Nan bulek samo digolongkan, nan picak samo dilayangkan” yang artinya “bulat air karena pembuluh, bulat kata karena mufakat”. Karena itulah masyarakat Caniago mengambil semua keputusan dengan musyawarah untuk mufakat. Salah satu falsafah untuk mencari kata kesepakatan dalam mengambil keputusan pada suku Caniago yaitu “aia mambasuik dari bumi” yang artinya suara yang harus didengar adalah suara dari bawah atau dari rakyat kecil barulah didiskusikan untuk mencapai kata mufakat barulah pemimpin yang menetapkan keputusan itu.
By: Salsabila Rahmadani Hidayat
0
2.5K
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan