- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Bagaimana Cara Menghadapi Orang Tua Toxic?


TS
tamudarilangit
Bagaimana Cara Menghadapi Orang Tua Toxic?
Halo,
Saya berharap mendapat saran / ide2 dari rekan-rekan disini untuk permasalahan yang saya alami. Singkat cerita saya hidup dari keluarga berkecukupan. Ayah bekerja di kantor, Mama bekerja sebagai guru. Saya punya 1 adik laki2 yang perilakunya nakal. Saya melihat pengasuhan orangtua saya, yang tidak adil sejak kecil. Saya sebagai kakak diminta mengalah terus oleh Mama, sedangkan Ayah omongannya kasar, pulang kerja tidak mau lihat anak bertengkar, tidak peduli siapa salah, siapa benar. Ayah dan Mama tipe orangtua yang jarang minta maaf (setau saya sih tidak pernah malah dulu), pride tinggi, merasa anak harus tunduk kepada mereka, tidak ada pelukan kasih sayang, pembicaraan hangat yang mengakrabkan. Contoh lain ketika bertengkar karena memperebutkan mainan, mama saya selalu minta saya mengalah, misal, dulu komputer di rumah hanya ada 1, kami dibolehkan main hanya 1 jam perhari, pertama adik saya main 1 jam, tapi dia melanggar ketentuan dan ketika saya ingin pakai komputer terjadilah pertengkaran, saya ingin main karena hak saya, tapi si adik tidak mau menerima. Kurang lebih pertengkaran seperti itu sering terjadi sejak kecil sampai SMP.
Saat kelas 3 SMA, si adik kelas 1 SMA di sekolah yang sama, tapi dia suka membolos, entah apa yang dilakukan. Saya tipe orang berhemat, ada uang jajan saya tabung, karena belum punya rekening, saya taruh dibalik kasur. Uang tabungan saya sering hilang bersamaan dengan jendela kamar saya yang terbuka. Karena sebelumnya pernah 2 atau 3x hilang uang saya di kamar dengan posisi jendela terbuka, maka sebelum Mama Ayah pergi kerja, saya katakan kepada Mama bahwa jendela saya tertutup rapat, tapi Mama enggan mengecek, hanya bilang "sudahlah apa lagi sih, Mama buru2 nih". Ketika sore Mama pulang kerja dan saya pulang sekolah, saya katakan pada Mama bahwa uang saya hilang, jendela saya terbuka knob nya. Mama hanya bilang "sudah nanti mama ganti". Saya saat itu senang2 saja uang saya diganti, tapi saya merasa Mama saya ini tidak benar karena membela yang salah / menutupi kesalahan. Uang saya yang hilang firasat saya yang ambil adalah si adik, Mama pun tahu hal itu tapi memilih diam dan mengganti uang saya. Begitu terus terjadi berkali2, dan pernah juga HP saya hilang diambil si adik. HP tetangga saya juga pernah dia ambil, sungguh memalukan. Si adik suka bohong, tinggi gengsi, ingin punya HP keluaran terbaru tapi dengan cara mencuri, ingin punya uang, tapi dengan cara mencuri.
Karena si adik suka bolos sekolah, saya tidak tau apa yang terjadi dengan dia, ternyata dia menghamili temannya sehingga Mama menikahkan mereka, akhirnya mereka berdua tinggal serumah dengan saya. Sungguh momen yang aneh, saya melihat pernikahan anak2 di rumah tempat tinggal saya dan mereka (adik saya dan istrinya) sering bertengkar pula dan tak lama bercerai dan Mama yang menanggung biaya hidup anak hasil luar nikah adik saya itu, tapi masa bodohlah dengan mereka dan dengan perlakukan Mama dan Ayah dirumah terhadap saya, toh saya bisa makan tidur enak, sekolah dengan benar, kebutuhan material uang sekolah, uang les semua tersedia. Yang saya pikirkan adalah bagaimana cara agar saya belajar dengan benar, kuliah yang benar lalu lulus dan keluar dari rumah penuh toxic ini.
Akhirnya saya kuliah dengan kost, saya merasa harus secepat mungkin selesai lalu menikah, supaya saya bisa lepas dari keluarga toxic ini. Dan terjadilah begitu. 3,5 tahun saya kuliah S1, lulus, dapat kerja baik, dan menikah. Setelah punya anak sayapun masih sering main ke rumah orangtua saya, tapi hanya formalitas saja, karena saya juga bisa request makan siang apa, ya lumayan lah daripada beli di luar, kalau makan di rumah Mama kan gratis.
Sesudah berjalannya waktu, si adik tetap tidak ada perkembangan. Umur makin bertambah tapi tidak juga kuliah yang benar (Mama ngotot menguliahi dia walaupun sampai D3 dan si adik juga sering bolos). Sampai sudah semakin tua sekarang (sekitar umur 30an) juga tidak ada pertobatan yang dialami. Sedangkan Mama Ayah sudah semakin tua. Mama sudah pensiun, Ayahpun sudah kerja kontrak di perusahaan lain karena Ayah memang menjaga nama baiknya supaya bisa bekerja terus walaupun usia sudah diatas 60 tahun, tapi si adik tak kunjung sadar tanggungjawab untuk menghidupi dirinya sendiri dan anak hasil pernikahannya dulu. Alhasil Mama harus sisihkan uang belanja yang pas2an untuk si adik dan cucunya itu.
Mama memang sering meminjam uang tabungan saya sejak kuliah dulu dan memberi bunga ke saya, saya sih senang2 saja dan tidak mempertanyakan uangnya untuk apa. Tapi sekarang2 ini karena saya sudah punya keluarga, ada biaya yang harus saya tanggung juga, dan Mama tidak peduli. Yang saya ketahui kemudian, uang tersebut Mama pakai untuk kebutuhan si adik entah buat apa saya tidak tahu. Mama pernah datang ke rumah saya menangis lebay untuk pinjam uang puluhan juta dengan jaminan sertifikat rumah untuk keperluan si adik (entah untuk apa keperluannya, tapi si Adik butuh urgent sampai diancam kalau dia akan mati jika tidak dapat uangnya). Mama sudah keliling cari pinjol dll tapi terkendala umur. Sontak saya kesal sekali dengan kelakuan Mama yang merong-rong saya terus, seolah saya adalah ATM berjalan dia. Ayah saya sudah bohwat (masa bodoh) karena sudah pusing urusan si adik (Ayah orangnya kaku, kalau anak salah tidak mau dibela), tapi di sisi lain Mama tetap membelanya (kalau kata Mama ini bukan membela tapi memberi kesempatan) dengan alasan seperti perumpamaan tentang cerita domba yang hilang, Mama merasa si adik adalah domba yang hilang. Saya heran, Mama ini lulusan S2 tapi ada kejadian tidak dianalisa dulu sebab akibatnya. Akhirnya Mama berhasil saya tenangkan yang penting Mama pergi dari rumah saya dan tidak membuat keributan. Usut punya usut ternyata si adik berbohong, merekayasa cerita dia bakal dibunuh, intinya si adik butuh uang itu untuk apa saya juga tidak tahu karena si adik tukang bohong, yang saya dengar dari sumber terpercaya, uang digunakan untuk hal yang tidak baik.
Sejak kejadian itu saya dipenuhi kecemasan2, saya deg2an / cemas kalau Mama/Ayah WA saya, karena ujung2nya pinjam uang untuk si adik. Sampai kadang saya berpikir, apa saya tidak boleh menikmati hasil kerja keras saya karena sikap Mama yang terus merong-rong saya minta uang untuk si adik? Saya cek strees level saya tinggi sekali menggunakan jam digital ketika memikirkan kelakuan Mama Ayah dan si adik. Sayapun akhirnya hanya bisa menjaga jarak dengan mereka, supaya saya terhindar dari toxic yang mereka buat.
Fyi saya mengidap OCD ringan sejak awal kuliah dan orang tua tidak tahu, hingga saat ini setelah 15 tahun akhirnya saya ceritakan ke Mama dan dia tidak percaya, sedangkan suami saya sudah tahu.
Dengan bercerita seperti ini, setidaknya membuat dada saya sedikit lega. Apakah ada saran dari rekan-rekan Kaskus, mengenai:
Bagaimana saya bersikap terhadap orang tua yang toxic seperti ini?
Apakah ada saran di / room di Kaskus mengenai mental health / meditasi affirmasi positif supaya saya bisa rileks menghadapi masalah yang ada?
Terimakasih atas segala saran dan masukan rekan-rekan Kaskus
Saya berharap mendapat saran / ide2 dari rekan-rekan disini untuk permasalahan yang saya alami. Singkat cerita saya hidup dari keluarga berkecukupan. Ayah bekerja di kantor, Mama bekerja sebagai guru. Saya punya 1 adik laki2 yang perilakunya nakal. Saya melihat pengasuhan orangtua saya, yang tidak adil sejak kecil. Saya sebagai kakak diminta mengalah terus oleh Mama, sedangkan Ayah omongannya kasar, pulang kerja tidak mau lihat anak bertengkar, tidak peduli siapa salah, siapa benar. Ayah dan Mama tipe orangtua yang jarang minta maaf (setau saya sih tidak pernah malah dulu), pride tinggi, merasa anak harus tunduk kepada mereka, tidak ada pelukan kasih sayang, pembicaraan hangat yang mengakrabkan. Contoh lain ketika bertengkar karena memperebutkan mainan, mama saya selalu minta saya mengalah, misal, dulu komputer di rumah hanya ada 1, kami dibolehkan main hanya 1 jam perhari, pertama adik saya main 1 jam, tapi dia melanggar ketentuan dan ketika saya ingin pakai komputer terjadilah pertengkaran, saya ingin main karena hak saya, tapi si adik tidak mau menerima. Kurang lebih pertengkaran seperti itu sering terjadi sejak kecil sampai SMP.
Saat kelas 3 SMA, si adik kelas 1 SMA di sekolah yang sama, tapi dia suka membolos, entah apa yang dilakukan. Saya tipe orang berhemat, ada uang jajan saya tabung, karena belum punya rekening, saya taruh dibalik kasur. Uang tabungan saya sering hilang bersamaan dengan jendela kamar saya yang terbuka. Karena sebelumnya pernah 2 atau 3x hilang uang saya di kamar dengan posisi jendela terbuka, maka sebelum Mama Ayah pergi kerja, saya katakan kepada Mama bahwa jendela saya tertutup rapat, tapi Mama enggan mengecek, hanya bilang "sudahlah apa lagi sih, Mama buru2 nih". Ketika sore Mama pulang kerja dan saya pulang sekolah, saya katakan pada Mama bahwa uang saya hilang, jendela saya terbuka knob nya. Mama hanya bilang "sudah nanti mama ganti". Saya saat itu senang2 saja uang saya diganti, tapi saya merasa Mama saya ini tidak benar karena membela yang salah / menutupi kesalahan. Uang saya yang hilang firasat saya yang ambil adalah si adik, Mama pun tahu hal itu tapi memilih diam dan mengganti uang saya. Begitu terus terjadi berkali2, dan pernah juga HP saya hilang diambil si adik. HP tetangga saya juga pernah dia ambil, sungguh memalukan. Si adik suka bohong, tinggi gengsi, ingin punya HP keluaran terbaru tapi dengan cara mencuri, ingin punya uang, tapi dengan cara mencuri.
Karena si adik suka bolos sekolah, saya tidak tau apa yang terjadi dengan dia, ternyata dia menghamili temannya sehingga Mama menikahkan mereka, akhirnya mereka berdua tinggal serumah dengan saya. Sungguh momen yang aneh, saya melihat pernikahan anak2 di rumah tempat tinggal saya dan mereka (adik saya dan istrinya) sering bertengkar pula dan tak lama bercerai dan Mama yang menanggung biaya hidup anak hasil luar nikah adik saya itu, tapi masa bodohlah dengan mereka dan dengan perlakukan Mama dan Ayah dirumah terhadap saya, toh saya bisa makan tidur enak, sekolah dengan benar, kebutuhan material uang sekolah, uang les semua tersedia. Yang saya pikirkan adalah bagaimana cara agar saya belajar dengan benar, kuliah yang benar lalu lulus dan keluar dari rumah penuh toxic ini.
Akhirnya saya kuliah dengan kost, saya merasa harus secepat mungkin selesai lalu menikah, supaya saya bisa lepas dari keluarga toxic ini. Dan terjadilah begitu. 3,5 tahun saya kuliah S1, lulus, dapat kerja baik, dan menikah. Setelah punya anak sayapun masih sering main ke rumah orangtua saya, tapi hanya formalitas saja, karena saya juga bisa request makan siang apa, ya lumayan lah daripada beli di luar, kalau makan di rumah Mama kan gratis.
Sesudah berjalannya waktu, si adik tetap tidak ada perkembangan. Umur makin bertambah tapi tidak juga kuliah yang benar (Mama ngotot menguliahi dia walaupun sampai D3 dan si adik juga sering bolos). Sampai sudah semakin tua sekarang (sekitar umur 30an) juga tidak ada pertobatan yang dialami. Sedangkan Mama Ayah sudah semakin tua. Mama sudah pensiun, Ayahpun sudah kerja kontrak di perusahaan lain karena Ayah memang menjaga nama baiknya supaya bisa bekerja terus walaupun usia sudah diatas 60 tahun, tapi si adik tak kunjung sadar tanggungjawab untuk menghidupi dirinya sendiri dan anak hasil pernikahannya dulu. Alhasil Mama harus sisihkan uang belanja yang pas2an untuk si adik dan cucunya itu.
Mama memang sering meminjam uang tabungan saya sejak kuliah dulu dan memberi bunga ke saya, saya sih senang2 saja dan tidak mempertanyakan uangnya untuk apa. Tapi sekarang2 ini karena saya sudah punya keluarga, ada biaya yang harus saya tanggung juga, dan Mama tidak peduli. Yang saya ketahui kemudian, uang tersebut Mama pakai untuk kebutuhan si adik entah buat apa saya tidak tahu. Mama pernah datang ke rumah saya menangis lebay untuk pinjam uang puluhan juta dengan jaminan sertifikat rumah untuk keperluan si adik (entah untuk apa keperluannya, tapi si Adik butuh urgent sampai diancam kalau dia akan mati jika tidak dapat uangnya). Mama sudah keliling cari pinjol dll tapi terkendala umur. Sontak saya kesal sekali dengan kelakuan Mama yang merong-rong saya terus, seolah saya adalah ATM berjalan dia. Ayah saya sudah bohwat (masa bodoh) karena sudah pusing urusan si adik (Ayah orangnya kaku, kalau anak salah tidak mau dibela), tapi di sisi lain Mama tetap membelanya (kalau kata Mama ini bukan membela tapi memberi kesempatan) dengan alasan seperti perumpamaan tentang cerita domba yang hilang, Mama merasa si adik adalah domba yang hilang. Saya heran, Mama ini lulusan S2 tapi ada kejadian tidak dianalisa dulu sebab akibatnya. Akhirnya Mama berhasil saya tenangkan yang penting Mama pergi dari rumah saya dan tidak membuat keributan. Usut punya usut ternyata si adik berbohong, merekayasa cerita dia bakal dibunuh, intinya si adik butuh uang itu untuk apa saya juga tidak tahu karena si adik tukang bohong, yang saya dengar dari sumber terpercaya, uang digunakan untuk hal yang tidak baik.
Sejak kejadian itu saya dipenuhi kecemasan2, saya deg2an / cemas kalau Mama/Ayah WA saya, karena ujung2nya pinjam uang untuk si adik. Sampai kadang saya berpikir, apa saya tidak boleh menikmati hasil kerja keras saya karena sikap Mama yang terus merong-rong saya minta uang untuk si adik? Saya cek strees level saya tinggi sekali menggunakan jam digital ketika memikirkan kelakuan Mama Ayah dan si adik. Sayapun akhirnya hanya bisa menjaga jarak dengan mereka, supaya saya terhindar dari toxic yang mereka buat.
Fyi saya mengidap OCD ringan sejak awal kuliah dan orang tua tidak tahu, hingga saat ini setelah 15 tahun akhirnya saya ceritakan ke Mama dan dia tidak percaya, sedangkan suami saya sudah tahu.
Dengan bercerita seperti ini, setidaknya membuat dada saya sedikit lega. Apakah ada saran dari rekan-rekan Kaskus, mengenai:
Bagaimana saya bersikap terhadap orang tua yang toxic seperti ini?
Apakah ada saran di / room di Kaskus mengenai mental health / meditasi affirmasi positif supaya saya bisa rileks menghadapi masalah yang ada?
Terimakasih atas segala saran dan masukan rekan-rekan Kaskus
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 0 suara
Apa yang agan lakukan jika agan menjadi saya dalam kondisi cerita ini?
Tetap mengikuti kemauan ortu dgn cara meminjamkan uang utk si adik
0%
Menolak kemauan ortu meminjamkan uang krn itu tidak baik utk si adik
0%
Tidak memikirikan ortu & si adik krn mereka toxic, mendingan urusin keluarga sendiri
0%
Diubah oleh tamudarilangit 17-07-2022 19:28


bukhorigan memberi reputasi
1
526
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan