albyabby91Avatar border
TS
albyabby91
Sisi Liar Sang Motivator ( Bagian Satu )
Sisi Liar Sang Motivator (Bagian Satu)
Konten Sensitif

Gemuruh kendaraan seakan tak ingin berhenti di sepanjang jalan raya siang itu. Hiruk pikuk kota seakan tak peduli pada tangisan bayi-bayi mungil dari balik sarung ibu-ibu paruh baya yang tengah berjejer di tepi-tepi trotoar yang aku lalui berjalan kaki. Nafasku memburu, kadang sedikit tersengal sebab cuaca yang panas dan jarak lumayan jauh yang telah kutempuh. Sesekali aku mengambil nafas dengan sekedar duduk di bangku-bangku kosong yang telah tersedia dan meneguk beberapa tetes air putih dari dalam botol yang tinggal berisi seperempat saja itu.

Seolah tak ingin hilang fokus, pandanganku kini hanya tertuju di depan. Dimana beberapa puluh meter lagi tempat yang akan kusinggahi akan segera kutemukan. Ya sebuah yayasan penitipan anak yatim piatu itu adalah tujuanku. Namanya Sinar Harapan, tempat yang seharusnya memberi cahaya dan pengharapan kepada anak-anak yang telah dititipkan di sana untuk meraih masa depan yang lebih cerah. Namun yang kini kuhadapi adalah keadaan yang sebaliknya. Putih bersih cat gedung-gedung berukuran sedang itu sama sekali tak mewakili keadaan di dalamnya. Semua hitam, kelam dan sisi gelap yang menjadi cerita yang akan coba secara berani ingin kuungkap.

Beberapa waktu lalu, aku telah dihubungi secara diam-diam oleh seseorang. Namanya Salsa. Seorang gadis belia yang masih berusia 19 tahun mengalami nasib yang sangat tragis dan mencoreng wajah bersih rumah penitipan itu. Seseorang telah menodainya berkali-kali. Bahkan kini, dia harus mengandung bayi yang tidak pernah diharapkannya ada dalam rahimnya.

Setelah beberapa menit melewati kusutnya trotoar, sampailah aku di pintu masuk gedung itu. Terpampang jelas papan namanya bertulis agak pudar, "Yayasan Sinar Harapan". Seorang yang agaknya adalah security di tempat itu segera menghampiriku. Mukanya sedikit garang dan tak tergurat sedikitpun senyuman.

"Siang, Non. Cari siapa, yaa?" Tanyanya singkat

"Ehmm.. Siang, Pak. Saya ingin menemui seseorang di dalam. Saya sudah menghubunginya kemarin sore"

"Ouhhh. Apakah pemilik Yayasan sudah mengizinkan atau sudah bikin janji sebelumnya?"

"Ouhh kebetulan kedatangan saya ini memang tiba-tiba. Saya rasa pemilik Yayasan tak perlu tahu"

"Wahh...Tidak bisa, Non. Setiap tamu yang berkunjung ke dalam harus buat janji dulu"

"Ohhhh.. kok mau menjenguk saja harus begitu?"

"Yaa... Begitulah prosedurnya, Non. Saya hanya menjalankan tugas keamanan di sini"

"Tapi kedatangan saya ini penting. Saya ingin mewawancarai seseorang yang diduga mengalami pelecehan dan kekerasan di dalam"

"Anda siapa?. Kalau orang biasa tidak ada hak untuk ke dalam"

"Saya wartawan investigasi, Pak" Aku menjawabnya tegas sambil menunjukkan kartu pengenal.

"Ouhhh.....Mari, silahkan isi buku tamunya"

Segera ku isi buku berbentuk persegi panjang itu dengan identitas dan maksud kunjunganku. Setelah berucap terima kasih, aku segera masuk ke dalam.

Setiba di sebuah koridor panjang, kutemui beberapa orang yang nampaknya adalah anak-anak asuh di sana. Aku segera bercakap-cakap dan menanyakan perihal siapa pemilik Yayasan itu dan apakah bisa bertemu atau tidak. Kemudian, segera setelah beberapa saat aku diarahkan oleh dua orang pemuda yang membawaku pada sebuah ruangan di bagian paling belakang. Ruangan yang sepertinya cukup rahasia dan sangat mencurigakan. Pintunya dilengkapi dengan teralis besi berwarna hitam dan sebuah gembok berukuran besar. Menyaksikan itu, aku sedikit merasa gentar. Namun karena aku harus menyelesaikan tugas ini dengan baik, kucoba menenangkan diri dengan mengunyah sebiji permen coklat yang kuambil dari saku bajuku.

"Tunggu di sini, Non" Salah seorang dari dua pemuda yang mengantarku tadi memberi tahu.

"Iya...Apakah lama?" Jawabku

"Tidak. Mungkin setengah jam. Aku akan memberi tahu bapak dulu. Ruangannya ada di atas"

"Baik. Aku akan menunggu di sini"

Sekilas kemudian kedua pemuda itu meninggalkanku. Aku kembali mengambil permen yang kedua. Rupanya kali ini aku mulai merasa aneh, bulu kudukku mulai berdiri. Kucoba tetap menenangkan diri dan sesekali menggerak-gerakkan kakiku, kadang kuhentakkan pula ke lantai. Dan benar saja, sekira setengah jam dua orang pemuda yang tadi mengantarkanku terlihat menghampiriku bersama seorang lelaki berbadan kekar, mengenakkan baju kemeja abu-abu dan berkacamata hitam. Dari garis mukanya, kusaksikan sebuah senyum simpul saat dia mendekat dan mengulurkan tangannya padaku. Aku membalas mengulurkan tanganku pula.

"Halo, mbak. Selamat datang di Yayasan Sinar Harapan, rumah harapan para yatim piatu" Lelaki itu membuka pembicaraan

"Hai, pak. Terima kasih sudah menerima"
"Sama-sama. Dengan Mbak.....?"

"Saya, Zalikha dari Invest News"

"Ooohh... Mbak Zal, boleh saya panggil begitu?"

"Silahkan saja, pak. Kalau boleh tahu dengan bapak siapa?"

"Saya Alfonso. Alfonso Rostianto"

"Baik, pak Alfonso. Mungkin anda sudah tahu maksud kedatangan saya kemari adalah ingin menemui Salsa. Salsabilah Gregoria nama lengkapnya"

"Ooh...Iya, iya tentu saja. Salsa sedang baik-baik saja. Dia sehat dan sedang istirahat di kamarnya"

"Ouhh baik, pak. Menurut laporan yang saya terima, ada sesuatu yang serius telah terjadi kepadanya"

"Ah, itu tidak benar. Dari mana mbak tahu?"

"Dari sumber yang bisa saya pertanggungjawabkan dan valid, pak"

"Ah, tiiiidaaak..tiidaakk benar itu"

"Boleh saya menjumpainya dan melihat keadaannya, pak?"

"Dia baik-baik saja. Kan sudah kubilang" Suara lelaki bernama Alfonso itu mulai lantang dan agak terlihat emosional.

"Saya hanya ingin memastikan dia baik-baik saja, pak"

"Yaa. Tentu dia baik-baik saja"

"Sebentar, pak. Kalau dia baik-baik saja, mengapa anda enggan membiarkan saya bertemu"

"Tidaakkk... Tidak boleh..."

"Lah, kenapa. Bukannya kata bapak dia baik-baik saja, bukan?"

"Anda siapa, anda punya hak bertemu dia. Anda bukan keluarganya"

"Saya wartawan. Saya berhak mengetahui ini. Dan saya........."

Belum sempat aku melanjutkan kata-kata itu, sebuah bogem mentah mengenai belakang kepalaku. Aku terpental jatuh kelantai dan pandanganku secara perlahan-lahan menjadi semakin kabur. Dan.....Aku tak sadarkan diri.

***

Catatan :
* Nama (tokoh & organisasi pers) dan lokasi dalam cerita ini adalah fiktif belaka. Jika terdapat kesamaan dengan pembaca atau ada di sekitar lingkungan pembaca itu sama sekali tidak ada kaitannya dan tidak berhubungan langsung dengan cerita ini.

*Bagian selanjutnya dari cerita ini akan dipost kemudian di thread yang berbeda.
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA
SEMOGA TERHIBUR AGAN DAN SISTA

Diubah oleh albyabby91 15-07-2022 07:50
gramediapubl701Avatar border
bukhoriganAvatar border
penikmatbucinAvatar border
penikmatbucin dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.5K
22
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan