- Beranda
- Komunitas
- Regional
- TULIS AJA KASKUS
Aku, Kamu dan Jakarta (part 1)


TS
EvaAntikaCa
Aku, Kamu dan Jakarta (part 1)
Jakarta Katanya....
Tahun 2018 tahun dimana saya menjejakkan kaki di ibu kota Jakarta untuk pertama kalinya, sebenarnya bukan pertama kali hanya saja ini pertama kalinya saya benar-benar memperhatikan ibu kota dari berbagai segi, tentu dari sudut pandang seseorang pendatang. saya sangat tercengan dengan segala keruwetan yang ada, kendaraan-kendaraan yang penuh di jalan-jalan, klakson yang lumayan sering terdengar, lalu udara yang menurutku sangat bikin sumuk dan gerah ini, belum lagi polusinya yang luar biasa terasa sekali di kulit wajahku, belum lagi perumahan kumuh, orang-orang yang tidak punya tempat tinggal dan tidur di pinggir jalan bahkan sampai tidur di kolong jembatan, serta banyak lagi yang membuat saya tercengang dari ibu kota kita ini.
Sebagai anak desa yang kesehariannya hanya melihat rumah penduduk dan pohon-pohon hijau, saya hanya melihat Jakarta dari kaca televisi dan dari omongan tetangga saya yang sudah merasakan tinggal ataupun singgah di Jakarta. Tidak dipungkiri saya punya ekpektasi bahwa di Jakarta akan banyak lampu yang indah, tempat yang banyak sekali gedung-gedung tinggi, tempat yang rapi dan bersih, kebutuhan yang akan gampang ditemukan, penduduk yang berkecukupan karena hampir semua tetangga-tetangga saya yang merantau ke Jakarta mereka pulang dengan gaya yang keren dan kekinian pada waktu itu, mereka juga bisa membeli berbagai kebutuhan di rumah bahkan ada yang bisa sampai membangun rumah di desa, dari sini ekpektasi saya tentang Jakarta semakin indah. Namun setelah saya dihadapkan dengan kenyataan yang ada memang lumayan membuat saya syok, ekpektasi saya tidak semuanya buruk, Jakarta memang tempat yang indah dimalam hari dengan lampu malam yang gemerlap, semua serba ada, dan akses transportasi yang baik. namun itu tidak membuat saya tenang dengan ekpektasi yang saya bawa, Jakarta memang gemerlap tapi disebelah mana?, Jakarta memang rapi dan bersih tapi yang disebelah mana?, semua ada di Jakarta tapi siapa saja yang bisa menikmati?, banyak sekali pilihan restoran, kafe dan tempat nongkrong tapi siapa saja yang bisa nongkrong menikmati makanan minuman kalo saja ternyata banyak orang-orang di Jakarta yang untuk makan sehari-hari saja masih harus berjuang dengan keras, menghitung dan membagi uang hari ini dengan amat sangat cermat agar ada sisa untuk hari esok-
Jadi, bagaimana dengan pengalaman agan-agan sekalian?
Tahun 2018 tahun dimana saya menjejakkan kaki di ibu kota Jakarta untuk pertama kalinya, sebenarnya bukan pertama kali hanya saja ini pertama kalinya saya benar-benar memperhatikan ibu kota dari berbagai segi, tentu dari sudut pandang seseorang pendatang. saya sangat tercengan dengan segala keruwetan yang ada, kendaraan-kendaraan yang penuh di jalan-jalan, klakson yang lumayan sering terdengar, lalu udara yang menurutku sangat bikin sumuk dan gerah ini, belum lagi polusinya yang luar biasa terasa sekali di kulit wajahku, belum lagi perumahan kumuh, orang-orang yang tidak punya tempat tinggal dan tidur di pinggir jalan bahkan sampai tidur di kolong jembatan, serta banyak lagi yang membuat saya tercengang dari ibu kota kita ini.
Sebagai anak desa yang kesehariannya hanya melihat rumah penduduk dan pohon-pohon hijau, saya hanya melihat Jakarta dari kaca televisi dan dari omongan tetangga saya yang sudah merasakan tinggal ataupun singgah di Jakarta. Tidak dipungkiri saya punya ekpektasi bahwa di Jakarta akan banyak lampu yang indah, tempat yang banyak sekali gedung-gedung tinggi, tempat yang rapi dan bersih, kebutuhan yang akan gampang ditemukan, penduduk yang berkecukupan karena hampir semua tetangga-tetangga saya yang merantau ke Jakarta mereka pulang dengan gaya yang keren dan kekinian pada waktu itu, mereka juga bisa membeli berbagai kebutuhan di rumah bahkan ada yang bisa sampai membangun rumah di desa, dari sini ekpektasi saya tentang Jakarta semakin indah. Namun setelah saya dihadapkan dengan kenyataan yang ada memang lumayan membuat saya syok, ekpektasi saya tidak semuanya buruk, Jakarta memang tempat yang indah dimalam hari dengan lampu malam yang gemerlap, semua serba ada, dan akses transportasi yang baik. namun itu tidak membuat saya tenang dengan ekpektasi yang saya bawa, Jakarta memang gemerlap tapi disebelah mana?, Jakarta memang rapi dan bersih tapi yang disebelah mana?, semua ada di Jakarta tapi siapa saja yang bisa menikmati?, banyak sekali pilihan restoran, kafe dan tempat nongkrong tapi siapa saja yang bisa nongkrong menikmati makanan minuman kalo saja ternyata banyak orang-orang di Jakarta yang untuk makan sehari-hari saja masih harus berjuang dengan keras, menghitung dan membagi uang hari ini dengan amat sangat cermat agar ada sisa untuk hari esok-
Jadi, bagaimana dengan pengalaman agan-agan sekalian?
Diubah oleh EvaAntikaCa 16-07-2022 13:22


junirullah memberi reputasi
1
684
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan