Kaskus

News

4574587568Avatar border
TS
4574587568
Jangan Kaget! Turki Diramal Bangkrut, Kok Bisa Mr Erdogan?
Jangan Kaget! Turki Diramal Bangkrut, Kok Bisa Mr Erdogan?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sri Lanka menjadi sorotan di tahun ini, negara di pesisir tenggara India ini sedang "sakit parah", krisis menghantam dan menjadi yang terburuk sejak 1948.

Inflasi di Sri Lanka sudah tidak terkendali dalam beberapa bulan terakhir. Pada Juni, inflasi tercatat meroket 54,6% year-on-year (yoy), menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah. Kenaikan tersebut nyaris dibandingkan Mei sebesar 39,1%.

Tingginya inflasi tersebut membuat warga Sri Lanka sangat kesusahan. Survei dari UNICEF menunjukkan 70% rumah tangga mengurangi konsumsi makanan. Sri Lanka juga harus berhadapan dengan kekurangan energi yang kronis.
Selama dua minggu terakhir juga harus menghadapi penutupan beberapa lembaga negara yang tidak penting dan sekolah untuk mengurangi perjalanan.
Sri Lanka tercatat hampir kehabisan bensin dan solar, dengan kantor-kantor pemerintah yang tidak penting dan sekolah-sekolah diperintahkan ditutup dalam upaya untuk menghemat persediaan bahan bakar yang terbatas.

Demonstrasi telah berlangsung selama berminggu-minggu menuntut penyelesaian masalah kekurangan pasokan listrik, makanan, dan obat-obatan. Sri Lanka juga mengalami gagal bayar utang luar negeri (default) senilai US$ 51 miliar pada April lalu dan sedang dalam pembicaraan dana talangan dengan Dana Moneter Internasional (IMF).
Tidak hanya Sri Lanka, beberapa negara juga mengalami inflasi yang sangat tinggi yang bisa mengancam perekonomian. Ini setidaknya dimuat laporan Crisis Response Group PBB, yang ditulis Associated Press (AP).
Turki pun masuk dalam kumpulan negara-negara itu. Mengapa?
Di negara G20, Turki menjadi negara dengan inflasi tertinggi. Pada bulan Juni, inflasi di negara yang dipimpin Recep Tayyip Erdogan tersebut tercatat melesat 78,62% (yoy) yang merupakan titik tertinggi dalam 24 tahun terakhir.
Tingginya harga minyak mentah dan komoditas energi lainnya menjadi salah satu penyumbang inflasi. Ini juga dipicu harga pangan.

Inflasi sektor transportasi dilaporkan melesat lebih dari 123%, kemudian harga makanan naik nyaris 94%. Tingginya inflasi tersebut diperparah dengan nilai tukar lira yang jeblok lebih dari 20% melawan dolar Amerika Serikat di tahun ini.

Turki menuju kebangkrutan oleh juga dikatakan Ali Babacan. Ia adalah mantan menteri ekonomi Turki.
"Hari ini, saya ingin mengatakan negara kita diambang kebangkrutan dan meminta pemerintah melakukan tugasnya segera," kata Babacan sebagaimana dilansir Intellinews, pertengahan Juni lalu.
Babacan berada di pemerintahan Recep Tayyip Erdogan pada 2002 hingga 2015. Selain menjabat menteri keuangan ia juga pernah menjadi menteri luar negeri dan wakil perdana menteri.
"Apa itu default bagi Turki, apa itu kebangkrutan? Itu artinya Republik Turki tidak bisa membayar gas dan minyak mentah impor. Kebangkrutan berarti kebutuhan dasar seperti gas dan bahan bakar tidak bisa terpenuhi dengan uang. Anda punya uang, tetapi anda tidak bisa mendapat setengah tangki gas, atau anda harus mengantri selama 3 jam. Itu adalah kebangkrutan," kata Babacan.
Ia juga menambahkan kebangkrutan berarti meluasnya dan semakin lamanya pemadaman listrik.
"Bayangkan listrik dipadamkan selama 6 jam, 10 jam per hari. Itu berbahaya. Mereka tidak tahu. Kebangkrutan berarti keruntuhan ekonomi dan finansial. Kebangkrutan berarti chaos," ujar Babacan.

Peringkat Surat Utang Turki Turun Jadi B



Tingginya inflasi dan outlook perekonomian yang memburuk membuat peringkat surat utang Turki diturunkan oleh Fitch Rating menjadi "B" dari sebelumnya "B+". Peringkat tersebut termasuk dalam "speculative grade" dan berada lima tingkat di bawah "investment grade".
Artinya risiko Turki gagal bayar (default) lebih besar ketimbang negara yang memiliki peringkat surat utang "investment grade".
Fitch Rating menyatakan penurunan peringkat tersebut dilakukan akibat konsumsi masyarakat yang tergerus akibat tingginya inflasi, nilai tukar lira yang jeblok dan menurunnya tingkat keyakinan konsumen. Rata rata inflasi Turki di tahun diperkirakan 71,4%.


Dalam 12 bulan ke depan, Turki memiliki utang luar negeri yang jatuh tempo sebesar US$ 182 miliar. Fitch mengatakan Turki memiliki akses ke pendanaan eksternal yang resilien, di awal tahun ini sudah menerbitkan obligasi senilai US$ 5 miliar dan memiliki foreign currency (FC) cash buffer sehingga mengurangi risiko default dalam jangka pendek.

Sementara itu cadangan devisa Turki (termasuk swaps valuta asing) di akhir 2022 akan turun menjadi US$ 94 miliar dan di akhir 2023 menjadi US$ 88 miliar, atau setara dengan pembiayaan 2,7 bulan impor dan pembayaran utang.
Sumber

0
652
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan