- Beranda
- Komunitas
- News
- Militer dan Kepolisian
Tingkat Kemampuan Misi Pesawat Militer Amerika Serikat Terus Mengalami Penurunan


TS
si.matamalaikat
Tingkat Kemampuan Misi Pesawat Militer Amerika Serikat Terus Mengalami Penurunan
Quote:
Sebuah hasil penelitian yang dirilis oleh Government Accountability Office (GAO) pada 15 Juni 2022 lalu mengungkapkan fakta yang mengejutkan, di mana sejak tahun fiskal 2015 kemampuan misi pesawat militer milik Paman Sam terus mengalami penurunan kemampuan misi. Penelitian dilakukan terhadap pesawat milik US Air Force dan US Navy selama kurun waktu 6 tahun, dimulai tahun 2015 sampai 2021.
Badan pengawas mencapai kesimpulan tersebut setelah mempelajari tingkat kemampuan misi untuk delapan armada pesawat tempur yang berbeda: mulai dari B-1B, C-5M, F-22, KC-135 dan C-130T, KC-130T, F/A-18E/F milik USAF dan P-8A milik US Navy. Laporan tersebut dibuat sebagai tanggapan atas permintaan Kongres AS yang mengarahkan GAO untuk menilai tingkat kemampuan misi untuk armada tertentu sejak tahun fiskal 2015 dan bagaimana kedua layanan tersebut menangani risiko tersebut.
GAO mengatakan jika "kemampuan misi" (capable mission) sebagai persentase waktu yang dihabiskan pesawat ketika mampu terbang dan melakukan setidaknya satu misi dan opsi melaksanakan berbagai misi yang ditugaskan. Sebagai contoh Super Hornet punya kemampuan serangan ke darat, serangan udara ke udara dan pengisian bahan bakar. Menurut standar GAO Super Hornet bisa disebut telah mencapai kemampuan misi jika bisa melakukan salah satu dari tiga misi utamanya tersebut.
Sementara itu tingkat kemampuan misi untuk kedelapan armada pesawat telah menurun, dengan F-22 dan KC-130T mengalami penurunan terburuk, kedua pesawat mengalami penurunan 16,7% sejak 2015. Sementara armada F/A-18E/F (3,9%) dan KC-135 (4,1%).
F-22 Raptor menjadi pesawat dengan tingkat kesiapan misi paling buruk saat ini, pada tahun 2015 tingkat kesiapan misi F-22 adalah 67% sementara pada tahun 2021 hanya 50,3%. Itu artinya dari total 186 pesawat F-22, hanya ada 93 pesawat yang siap menjalankan misi dalam waktu tertentu. GAO menyimpulkan hal ini setelah mengambil 8 contoh pesawat dari setiap skadron USAF.
Sementara F/A-18F/F Super Hornet yang kemarin tampil dalam film Top Gun Maverick juga mengalami penurunan kesiapan misi, pada tahun 2015 kesiapan misi Super Hornet mencapai 55,9% dan pada tahun 2021 turun menjadi 51%. Itu artinya dari 530 pesawat yang ada saat ini, hanya ada 267 pesawat yang siap melakukan misi pada waktu tertentu. Padahal USAF dan US Navy menargetkan kedua jet tempur punya kemampuan misi di atas 75%.
Sementara itu pembom B-1B Lancer milik Angkatan Udara AS pada tahun 2015 punya kesiapan misi 47,5% dan pada tahun 2021 hanya 40,7% saja. Itu artinya dari 62 pesawat hanya ada 25 unit yang siap bertugas. Pesawat angkut raksasa C-5M Super Galaxy pada tahun 2015 punya kemampuan misi 68,1% dan pada tahun 2021 turun menjadi 57,5%. Sementara itu pesawat patroli maritim P-8 Poseidon yang tergolong baru, pada tahun 2021 hanya punya kesiapan misi 67% padahal pada tahun 2015 tingkat kesiapan misinya mencapai 73,1%.
Sementara itu armada C-130T US Navy pada tahun 2015 punya kesiapan misi 43% dan tahun 2021 melorot menjadu 32,4%. Sementara armada KC-130 yang juga milik US Navy punya kesiapan misi 53,2% dan tahun 2021 melorot menjadi 36,5%. Pada tahun 2015 hanya pesawat tanker KC-135 Stratotanker yang punya kesiapan misi di atas 75% (75m2% tepatnya), dan pada tahun 2021 KC-135 punya kesiapan misi 71,1%. Pada tahun 2015 tidak ada pesawat AS yang punya kesiapan misi di atas 75%, dan lagi-lagi KC-135 menjadi pesawat dengan kesiapan misi paling tinggi pada tahun 2021.
GAO tidak melakukan penelitian terhadap F-35A, F-16 dan C-17 Globemaster III yang jadi tulang punggung kekuatan udara Amerika. Tetapi GAO mengatakan dalam laporannya jika ketiga pesawat tidak pernah mencapai angka kesiapan misi mencapai 75%. Bahkan F-16 dan C-17 dalam kurun waktu 9 tahun terakhir tidak pernah bisa meraih angka kesiapan misi yang ditentukan, sementara F-35A dalam kurun waktu 8 tahun terakhir hanya dua kali memenuhi tingkat kemampuan misi yang ditetapkan.
Biaya perawatan yang mahal, masuknya petugas perawatan (teknisi) baru yang belum berpengalaman, serta komponen pesawat yang sudah tak lagi boleh diproduksi menjadi beberapa penyebab alasan menurunnya kesiapan misi pesawat-pesawat tersebut. Misalnya, pada unit C-5M; para teknisi harus menunggu enam bulan untuk enam komponen kipas, tujuh hingga delapan bulan untuk katup anti-es, sembilan bulan untuk lima segel jendela, dan 14 bulan untuk komponen sistem pengereman pesawat.
Sementara itu pada tahun 2020, butuh waktu 239 hari hanya untuk mendapatkan satu roda pendarat yang akan dipasang ke pesawat F-22 Raptor. Sementara itu di Angkatan Laut AS, para teknisi terpaksa meminjam peralatan dari skadron lain, karena skadron tempat mereka bertugas tidak memiliki cukup peralatan.
Dari penelitian yang dilakukan GAO, kita bisa mengambil sedikit pelajaran bahwa, merawat pesawat militer bukanlah perkara mudah. Apalagi merawat F-22 Raptor dan F-35 yang punya kemampun siluman, jika tidak benar dalam perawatannya bisa menyebabkan pesawat mengalami penurunan kemampuan. Di sisi lain USAF meminta izin menghentikan operasional sekitar 22 unit F-22 untuk meningkatkan kemampuan misinya, tapi anggota Kongres AS masih menolaknya. Sementara di sisi US Navy, kini mereka mulai menguji coba drone tanker MQ-25 Stingray untuk mengurangi beban kerja Super Hornet. Semua itu dilakukan agar kemampuan misi pesawat meningkat dan mengurangi biaya perawatan serta tenaga kerja.
Referensi Tulisan: TheDrive.com, breakingdefense.com& GAO
Sumber Foto: sudah tertera di atas
Badan pengawas mencapai kesimpulan tersebut setelah mempelajari tingkat kemampuan misi untuk delapan armada pesawat tempur yang berbeda: mulai dari B-1B, C-5M, F-22, KC-135 dan C-130T, KC-130T, F/A-18E/F milik USAF dan P-8A milik US Navy. Laporan tersebut dibuat sebagai tanggapan atas permintaan Kongres AS yang mengarahkan GAO untuk menilai tingkat kemampuan misi untuk armada tertentu sejak tahun fiskal 2015 dan bagaimana kedua layanan tersebut menangani risiko tersebut.
GAO mengatakan jika "kemampuan misi" (capable mission) sebagai persentase waktu yang dihabiskan pesawat ketika mampu terbang dan melakukan setidaknya satu misi dan opsi melaksanakan berbagai misi yang ditugaskan. Sebagai contoh Super Hornet punya kemampuan serangan ke darat, serangan udara ke udara dan pengisian bahan bakar. Menurut standar GAO Super Hornet bisa disebut telah mencapai kemampuan misi jika bisa melakukan salah satu dari tiga misi utamanya tersebut.
Quote:
Sementara itu tingkat kemampuan misi untuk kedelapan armada pesawat telah menurun, dengan F-22 dan KC-130T mengalami penurunan terburuk, kedua pesawat mengalami penurunan 16,7% sejak 2015. Sementara armada F/A-18E/F (3,9%) dan KC-135 (4,1%).
F-22 Raptor menjadi pesawat dengan tingkat kesiapan misi paling buruk saat ini, pada tahun 2015 tingkat kesiapan misi F-22 adalah 67% sementara pada tahun 2021 hanya 50,3%. Itu artinya dari total 186 pesawat F-22, hanya ada 93 pesawat yang siap menjalankan misi dalam waktu tertentu. GAO menyimpulkan hal ini setelah mengambil 8 contoh pesawat dari setiap skadron USAF.
Sementara F/A-18F/F Super Hornet yang kemarin tampil dalam film Top Gun Maverick juga mengalami penurunan kesiapan misi, pada tahun 2015 kesiapan misi Super Hornet mencapai 55,9% dan pada tahun 2021 turun menjadi 51%. Itu artinya dari 530 pesawat yang ada saat ini, hanya ada 267 pesawat yang siap melakukan misi pada waktu tertentu. Padahal USAF dan US Navy menargetkan kedua jet tempur punya kemampuan misi di atas 75%.
Quote:
Sementara itu pembom B-1B Lancer milik Angkatan Udara AS pada tahun 2015 punya kesiapan misi 47,5% dan pada tahun 2021 hanya 40,7% saja. Itu artinya dari 62 pesawat hanya ada 25 unit yang siap bertugas. Pesawat angkut raksasa C-5M Super Galaxy pada tahun 2015 punya kemampuan misi 68,1% dan pada tahun 2021 turun menjadi 57,5%. Sementara itu pesawat patroli maritim P-8 Poseidon yang tergolong baru, pada tahun 2021 hanya punya kesiapan misi 67% padahal pada tahun 2015 tingkat kesiapan misinya mencapai 73,1%.
Sementara itu armada C-130T US Navy pada tahun 2015 punya kesiapan misi 43% dan tahun 2021 melorot menjadu 32,4%. Sementara armada KC-130 yang juga milik US Navy punya kesiapan misi 53,2% dan tahun 2021 melorot menjadi 36,5%. Pada tahun 2015 hanya pesawat tanker KC-135 Stratotanker yang punya kesiapan misi di atas 75% (75m2% tepatnya), dan pada tahun 2021 KC-135 punya kesiapan misi 71,1%. Pada tahun 2015 tidak ada pesawat AS yang punya kesiapan misi di atas 75%, dan lagi-lagi KC-135 menjadi pesawat dengan kesiapan misi paling tinggi pada tahun 2021.
GAO tidak melakukan penelitian terhadap F-35A, F-16 dan C-17 Globemaster III yang jadi tulang punggung kekuatan udara Amerika. Tetapi GAO mengatakan dalam laporannya jika ketiga pesawat tidak pernah mencapai angka kesiapan misi mencapai 75%. Bahkan F-16 dan C-17 dalam kurun waktu 9 tahun terakhir tidak pernah bisa meraih angka kesiapan misi yang ditentukan, sementara F-35A dalam kurun waktu 8 tahun terakhir hanya dua kali memenuhi tingkat kemampuan misi yang ditetapkan.
Quote:
Biaya perawatan yang mahal, masuknya petugas perawatan (teknisi) baru yang belum berpengalaman, serta komponen pesawat yang sudah tak lagi boleh diproduksi menjadi beberapa penyebab alasan menurunnya kesiapan misi pesawat-pesawat tersebut. Misalnya, pada unit C-5M; para teknisi harus menunggu enam bulan untuk enam komponen kipas, tujuh hingga delapan bulan untuk katup anti-es, sembilan bulan untuk lima segel jendela, dan 14 bulan untuk komponen sistem pengereman pesawat.
Sementara itu pada tahun 2020, butuh waktu 239 hari hanya untuk mendapatkan satu roda pendarat yang akan dipasang ke pesawat F-22 Raptor. Sementara itu di Angkatan Laut AS, para teknisi terpaksa meminjam peralatan dari skadron lain, karena skadron tempat mereka bertugas tidak memiliki cukup peralatan.
Dari penelitian yang dilakukan GAO, kita bisa mengambil sedikit pelajaran bahwa, merawat pesawat militer bukanlah perkara mudah. Apalagi merawat F-22 Raptor dan F-35 yang punya kemampun siluman, jika tidak benar dalam perawatannya bisa menyebabkan pesawat mengalami penurunan kemampuan. Di sisi lain USAF meminta izin menghentikan operasional sekitar 22 unit F-22 untuk meningkatkan kemampuan misinya, tapi anggota Kongres AS masih menolaknya. Sementara di sisi US Navy, kini mereka mulai menguji coba drone tanker MQ-25 Stingray untuk mengurangi beban kerja Super Hornet. Semua itu dilakukan agar kemampuan misi pesawat meningkat dan mengurangi biaya perawatan serta tenaga kerja.
Dan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan GAO adalah bahwa tidak ada pesawat militer Amerika pada tahun 2021 yang kondisinya lebih baik dibandingkan tahun 2015.
Referensi Tulisan: TheDrive.com, breakingdefense.com& GAO
Sumber Foto: sudah tertera di atas


gabener.edan memberi reputasi
7
2K
16


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan