- Beranda
- Komunitas
- News
- Militer dan Kepolisian
Ada Lapak Pedagang Senjata di Tengah Gurun Sahara, Siapa yang Jadi Pembelinya ?


TS
si.matamalaikat
Ada Lapak Pedagang Senjata di Tengah Gurun Sahara, Siapa yang Jadi Pembelinya ?
Quote:
Meski jarang disorot oleh media, tetapi ketegangan antara Aljazair dan Maroko telah meningkat dalam setahun terakhir. Padahal kedua negara dikenal sebagai tetangga dekat, dengan ketegangan yang belum menurun membuat kedua negara terus bersemangat untuk membeli berbagai persenjataan yang menyeret kedua negara dalam perlombaan senjata.
Dalam perlombaan senjata, tentu akan ada pihak yang diuntungkan karena penjualan senjata kepada negara yang sedang mengikuti perlombaan. Dan saat lomba sudah dimulai, maka banyak negara yang mendadak membuka toko senjata. Seolah sudah menjadi tradisi, dua negara yang kerap membuka toko senjatanya dalam sebuah perlombaan senjata adalah Rusia dan Amerika.
Kali ini Paman Sam dan Beruang sedang menggelar lapaknya di gurun Sahara, yang telah menjadi titik panas dalam setahun belakangan. Tentu sudah bisa ditebak siapa pembeli dari kedua toko tersebut, pembelinya adalah Aljazair dan Maroko.
Ketegangan antara kedua negara telah mendidih selama bertahun-tahun, tetapi meningkat pada Desember 2020 setelah Maroko menormalkan hubungan dengan Israel. Pada era dinasti Trump, pihak Pemerintah AS mengakui kedaulatan Sahara Barat sebagai bagian dari Maroko; sebagai imbalan atas normalisasi hubungan dengan Israel. Hal itu kemudian menyulut bara api permusuhan antara kedua negara.
Berlanjut pada Juli 2021, utusan Maroko di Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Omar Hilale, mengatakan dukungan negaranya terhadap kemerdekaan wilayah Kabylie yang sedang berkonflik di Aljazair. Sejak saat itu, Aljazair menarik duta besarnya di Rabat sebagai bentuk protes.
Permusuhan kedua negara semakin sengit setelah kebakaran hutan hebat melanda wilayah utara Aljazair pada awal Agustus 2021 lalu, yang menewaskan total 90 orang. Pihak Aljazair menyebut kebakaran hutan itu didukung oleh gerakan kemerdekaan wilayah Berber, Maroko dituduh mendukung kelompok itu.
Aljazair juga menuduh gerakan separatis MAK dalam kebakaran hutan tersebut. MAK yang merupakan akronim dari Movement for Self-determination of Kabyliedianggap Aljazair sebagai organisasi teroris. Gerakan separatis ini diduga didalangi Israel dan Maroko menurut otoritas Aljazair.
Akibat kebakaran hutan pada Agustus 2021, Aljazair memutus hubungannya dengan Maroko. Pihak Maroko lalu berkomentar jika tindakan Aljazair yang memutus hubungan itu sebagai sesuatu yang salah dan tak masuk akal. Sejak tahun 1994, perbatasan antara Aljazair dan Maroko sudah ditutup. Sejak saat itu kedua tetangga ini memiliki riwayat hubungan yang kurang harmonis, gara-gara sengketa wilayah Sahara Barat.
Maroko yang merupakan bekas jajahan Spanyol, menilai jika Sahara Barat adalah bagian integral teritorial dan kedaulatannya. Namun, di sisi lain Aljazair mendukung gerakan kemerdekaan Polisario di wilayah tersebut. Sungguh sebuah hubungan yang rumit, karena masing-masing negara sejatinya mendukung gerakan separatis.
Dalam beberapa bulan terakhir, serangan verbal antara kedua negara meningkat. Pada bulan Januari 2022, Raja Maroko Mohammed VI mendeklarasikan pembentukan "zona militer timur" baru di sepanjang perbatasannya dengan Aljazair. Sebuah langkah yang digambarkan dalam laporan media sebagai pernyataan niat yang dimaksudkan untuk menunjukkan kesiapan Maroko untuk menghadapi provokasi militer dari tetangga timurnya.
Dan beberapa minggu yang lalu, Aljazair menangguhkan perjanjian kerjasama dua dekade dengan Spanyol, setelah Madrid mendukung posisi Maroko di Sahara Barat yang disengketakan. Dengan kesepakatan dan kepentingan pertahanan seperti itu, maka potensi konflik bersenjata antara kedua negara semakin terbuka.
Meski perang skala besar antara kedua negara sangat tidak mungkin, baik karena sumber daya ekonomi mereka yang terbatas dan karena kondisi geografis yang terletak di perbatasan selatan Eropa, yang berarti negara-negara Eropa akan turun tangan untuk menghentikan skenario seperti itu.
Stockholm International Peace Research Institute melaporkan jika Aljazair dan Maroko menghabiskan banyak uang untuk pertahanan. Laporan tersebut menyatakan bahwa, pengeluaran militer Aljazair menurun tajam dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2021 anggaran militer Aljazair ada di angka 6,1%, di mana Aljazair memiliki total US$9,1 miliar untuk keperluan militer.
Dari sisi Maroko, mereka telah meningkatkan pengeluaran militer sebesar 3,4% dengan total US$5,4 miliar pada tahun 2021. Nilai itu memang terbilang kecil menurut standar anggaran militer AS, tetapi sebagai perbandingan; 3,4% dari PDB (Produk Domestik Bruto) Maroko akan melampaui pengeluaran PDB setiap negara NATO untuk pertahanan kecuali Yunani. Dana sebesar US$5,4 miliar lebih banyak dari yang dihabiskan Denmark, Republik Ceko, atau Lithuania pada tahun 2021 untuk anggaran militer.
Sementara pihak Aljazair berada di urutan ke-26 di dunia dalam hal pengeluaran pertahanan, menurut Stockholm International Peace Research Institute. Ada uang nyata yang dibelanjakan di kedua negara; dengan Moskow dan Washington sebagai penerima manfaat utama.
Lapak dagangan yang paling dicari Maroko dan Aljazair saat ini adalah pesawat tempur, di sisi Maroko mereka telah sepakat untuk membeli F-16 Block 72. Rabat menandatangani kontrak untuk 25 pesawat F-16C/D Block 72 pada Februari 2019, dan Angkatan Udara Kerajaan Maroko mengharapkan pengiriman pesawat baru dimulai tahun 2025. Selain itu, Maroko menandatangani kontrak dengan Boeing pada Juni 2020, untuk 24 helikopter AH-64 Apache dengan pengiriman akan dimulai pada tahun 2024.
Sementara itu, Maroko dan AS juga melakukan latihan militer terbesar di Afrika, African Lion 2022 yang digelar pada Juni tahun ini. Dan untuk pertama kalinya dalam 18 edisinya memiliki empat teater operasi: Maroko, Tunisia, Ghana dan Senegal. Apakah Maroko akan mengejar jet generasi kelima masih belum jelas. Meski ada laporan bahwa Rabat tertarik untuk membeli F-35 dari AS.
Situs web Israel JaFaj mengklaim pada Januari 2022 bahwa selama kunjungan Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz ke Maroko, mitranya dari Maroko meminta bantuan untuk mendapatkan F-35 dari AS. Namun, belum ada permintaan resmi oleh Rabat kepada AS tentang F-35, di sisi lain tujuan mendapatkan F-35 harus menjadi tujuan jangka panjang.
Sementara itu pihak Maroko sendiri sampai saat ini belum memiliki niat dalam jangka pendek dan menengah untuk membeli F-35 karena berbagai alasan. Salah satu alasan tersebut adalah Maroko saat ini memiliki dua kontrak besar untuk F-16 Block 72 dan helikopter Apache yang akan diterima pada tahun 2025, sehingga tidak memiliki kemampuan finansial dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk pembelian senjata lainnya.
Dan juga, sebenarnya F-16 Block 70 dan 72 yang ditingkatkan memiliki kemampuan operasional yang serupa dengan F-35, sehingga Angkatan Udara Maroko tidak terlalu membutuhkan pesawat tempur generasi kelima. Sementara itu, pejuang kelas atas seperti F-35 dapat menghabiskan anggaran pertahanan dengan cepat. Mengingat meningkatnya harga teknologi militer modern dan politik dalam negeri, ekonomi, dan urusan dalam negeri masing-masing negara. Pilihan memakai F-16 adalah hal yang realistis untuk Maroko.
Di sisi Aljazair, negara ini telah membangun hubungan militer yang panjang dengan Rusia, bahkan semenjak era Uni Soviet. Presiden Vladimir Putin sendiri telah membuat rencana jangka panjang untuk Aljazair. Salah satu rencana Putin adalah menghapus hutang Aljazair. Pada tahun 2006, Putin membatalkan (mengikhlaskan) hutang militer era Soviet senilai US$4,7 miliar yang dimiliki Aljazair. Sebagai imbalannya, Aljazair harus berjanji untuk membeli senjata baru Rusia dengan nulai US$7,5 miliar di masa depan.
Ketika pendapatan minyak dan gas alam Aljazair naik, Aljazair menjadi pelanggan senjata terbesar ketiga Rusia. Akibatnya arsenal Aljazair penuh dengan senjata Rusia yang relatif terbukti, lebih murah, dan teruji. Diantaranya ada armada jet tempur Su-30, MiG-29, Su-24 dan MiG-25. Dalam beberapa tahun terakhir Aljazair juga telah menunjukkan minat yang sering dalam pengadaan Su-57, pesawat tempur generasi kelima buatan Rusia.
Media Sputnik dari Rusia melaporkan pada November 2020, bahwa Aljazair membeli 14 pesawat tempur Su-57 dari Moskow senilai US$2 miliar, dengan perkiraan pengiriman pada tahun 2025. Di lain pihak Rusia mengkonfirmasi pada Februari 2021 bahwa permintaan asing pertama untuk SU-57 telah diterima tetapi tidak menyebutkan siapa pembelinya.
Kedua negara mengumumkan pada Mei 2022 bahwa Rusia dan Aljazair sedang mempertimbangkan untuk mengembangkan kerja sama militer, dengan latihan militer bersama yang dijadwalkan pada November 2022 mendatang di gurun Aljazair. Itu menjadikan Aljazair salah satu dari segelintir negara yang mendukung Rusia sejak invasi ke Ukraina.
AS dan Rusia adalah pemasok senjata utama bagi Aljazair dan Maroko. Akan tetapi kedua negara itu memiliki kekurangan dalam rangka memenuhi kebutuhan senjata. Hal itu bisa memicu munculnya lapak senjata yang lain. Bagi Maroko, waktu persetujuan yang sangat lama dari AS untuk penjualan senjata dan kondisi politik terkait yang ditetapkan Washington pada senjatanya, berarti memungkinkan mereka mencari opsi lain.
Saat ini ada tren yang lebih luas di antara negara-negara Arab dan juga Afrika untuk mencari sistem senjata yang signifikan secara strategis ketika AS tidak terlalu berani datang memberi tawaran. Selain Jerman, Prancis, dan Italia, Turki dan Israel telah muncul sebagai pemasok utama teknologi senjata mutakhir. Dalam beberapa keadaan, negara pembeli senjata juga telah beralih ke China. Tidak seperti Turki dan Israel, China tidak dibatasi oleh kerja sama keamanan yang erat dengan AS. Hal itu membuat produk dari China bisa jadi pilihan yang menarik.
Untuk Aljazair, Moskow kemungkinan akan tetap senang menjual senjata mereka tanpa syarat berbelit-belit. Tetapi industri senjata Rusia sedang berjuang keras dan mungkin tidak dapat benar-benar mengirimkan barang pesanan ke pelanggan tepat waktu sebagai akibat sanksi embargo dan perang dengan Ukraina. Hal itu bisa membuat Aljazair berpaling mencari lapak pedagang yang lain.
Sekali lagi, China dapat menjadi pemasok senjata yang lebih besar di kawasan Timur Tengah jika senjata Rusia atau AS tidak tersedia karena alasan tertentu. Beijing mungkin juga telah mulai memasok lebih banyak senjata dan sistem lainnya di luar drone tempurnya yang sudah terbang di wilayah tersebut.
Dan sekali lagi perselisihan antara Blok Barat dan Blok Timur terus menyeret benyak negara dalam konflik dan perlombaan senjata yang merugikan rakyatnya, serta membuat putusnya hubungan bertetangga. Tentunya setiap kepala negara harusnya bersikap lebih bijak di era modern ini, sehingga tidak menyeret negaranya ke dalam perlombaan senjata. Meski pembelian senjata bisa memberi efek detterent (gentar) agar negara lain tidak berani menganggu kedaulatan sebuah negara. Akan tetapi pembelian senjata yang tidak sesuai kebutuhan justru hanya akan menyengsarakan rakyat dan menciptakan konflik tanpa akhir.
Referensi Tulisan: breakingdefense.com& CNN Indonesia
Sumber Foto: sudah tertera di atas
Dalam perlombaan senjata, tentu akan ada pihak yang diuntungkan karena penjualan senjata kepada negara yang sedang mengikuti perlombaan. Dan saat lomba sudah dimulai, maka banyak negara yang mendadak membuka toko senjata. Seolah sudah menjadi tradisi, dua negara yang kerap membuka toko senjatanya dalam sebuah perlombaan senjata adalah Rusia dan Amerika.
Kali ini Paman Sam dan Beruang sedang menggelar lapaknya di gurun Sahara, yang telah menjadi titik panas dalam setahun belakangan. Tentu sudah bisa ditebak siapa pembeli dari kedua toko tersebut, pembelinya adalah Aljazair dan Maroko.
Berawal dari Normalisasi Hubungan Maroko-Israel
Ketegangan antara kedua negara telah mendidih selama bertahun-tahun, tetapi meningkat pada Desember 2020 setelah Maroko menormalkan hubungan dengan Israel. Pada era dinasti Trump, pihak Pemerintah AS mengakui kedaulatan Sahara Barat sebagai bagian dari Maroko; sebagai imbalan atas normalisasi hubungan dengan Israel. Hal itu kemudian menyulut bara api permusuhan antara kedua negara.
Berlanjut pada Juli 2021, utusan Maroko di Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Omar Hilale, mengatakan dukungan negaranya terhadap kemerdekaan wilayah Kabylie yang sedang berkonflik di Aljazair. Sejak saat itu, Aljazair menarik duta besarnya di Rabat sebagai bentuk protes.
Permusuhan kedua negara semakin sengit setelah kebakaran hutan hebat melanda wilayah utara Aljazair pada awal Agustus 2021 lalu, yang menewaskan total 90 orang. Pihak Aljazair menyebut kebakaran hutan itu didukung oleh gerakan kemerdekaan wilayah Berber, Maroko dituduh mendukung kelompok itu.
Aljazair juga menuduh gerakan separatis MAK dalam kebakaran hutan tersebut. MAK yang merupakan akronim dari Movement for Self-determination of Kabyliedianggap Aljazair sebagai organisasi teroris. Gerakan separatis ini diduga didalangi Israel dan Maroko menurut otoritas Aljazair.
Quote:
Akibat kebakaran hutan pada Agustus 2021, Aljazair memutus hubungannya dengan Maroko. Pihak Maroko lalu berkomentar jika tindakan Aljazair yang memutus hubungan itu sebagai sesuatu yang salah dan tak masuk akal. Sejak tahun 1994, perbatasan antara Aljazair dan Maroko sudah ditutup. Sejak saat itu kedua tetangga ini memiliki riwayat hubungan yang kurang harmonis, gara-gara sengketa wilayah Sahara Barat.
Maroko yang merupakan bekas jajahan Spanyol, menilai jika Sahara Barat adalah bagian integral teritorial dan kedaulatannya. Namun, di sisi lain Aljazair mendukung gerakan kemerdekaan Polisario di wilayah tersebut. Sungguh sebuah hubungan yang rumit, karena masing-masing negara sejatinya mendukung gerakan separatis.
Dalam beberapa bulan terakhir, serangan verbal antara kedua negara meningkat. Pada bulan Januari 2022, Raja Maroko Mohammed VI mendeklarasikan pembentukan "zona militer timur" baru di sepanjang perbatasannya dengan Aljazair. Sebuah langkah yang digambarkan dalam laporan media sebagai pernyataan niat yang dimaksudkan untuk menunjukkan kesiapan Maroko untuk menghadapi provokasi militer dari tetangga timurnya.
Dan beberapa minggu yang lalu, Aljazair menangguhkan perjanjian kerjasama dua dekade dengan Spanyol, setelah Madrid mendukung posisi Maroko di Sahara Barat yang disengketakan. Dengan kesepakatan dan kepentingan pertahanan seperti itu, maka potensi konflik bersenjata antara kedua negara semakin terbuka.
Meski perang skala besar antara kedua negara sangat tidak mungkin, baik karena sumber daya ekonomi mereka yang terbatas dan karena kondisi geografis yang terletak di perbatasan selatan Eropa, yang berarti negara-negara Eropa akan turun tangan untuk menghentikan skenario seperti itu.
Rusia dan Amerika Dibalik Layar
Stockholm International Peace Research Institute melaporkan jika Aljazair dan Maroko menghabiskan banyak uang untuk pertahanan. Laporan tersebut menyatakan bahwa, pengeluaran militer Aljazair menurun tajam dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2021 anggaran militer Aljazair ada di angka 6,1%, di mana Aljazair memiliki total US$9,1 miliar untuk keperluan militer.
Dari sisi Maroko, mereka telah meningkatkan pengeluaran militer sebesar 3,4% dengan total US$5,4 miliar pada tahun 2021. Nilai itu memang terbilang kecil menurut standar anggaran militer AS, tetapi sebagai perbandingan; 3,4% dari PDB (Produk Domestik Bruto) Maroko akan melampaui pengeluaran PDB setiap negara NATO untuk pertahanan kecuali Yunani. Dana sebesar US$5,4 miliar lebih banyak dari yang dihabiskan Denmark, Republik Ceko, atau Lithuania pada tahun 2021 untuk anggaran militer.
Sementara pihak Aljazair berada di urutan ke-26 di dunia dalam hal pengeluaran pertahanan, menurut Stockholm International Peace Research Institute. Ada uang nyata yang dibelanjakan di kedua negara; dengan Moskow dan Washington sebagai penerima manfaat utama.
Quote:
Lapak dagangan yang paling dicari Maroko dan Aljazair saat ini adalah pesawat tempur, di sisi Maroko mereka telah sepakat untuk membeli F-16 Block 72. Rabat menandatangani kontrak untuk 25 pesawat F-16C/D Block 72 pada Februari 2019, dan Angkatan Udara Kerajaan Maroko mengharapkan pengiriman pesawat baru dimulai tahun 2025. Selain itu, Maroko menandatangani kontrak dengan Boeing pada Juni 2020, untuk 24 helikopter AH-64 Apache dengan pengiriman akan dimulai pada tahun 2024.
Sementara itu, Maroko dan AS juga melakukan latihan militer terbesar di Afrika, African Lion 2022 yang digelar pada Juni tahun ini. Dan untuk pertama kalinya dalam 18 edisinya memiliki empat teater operasi: Maroko, Tunisia, Ghana dan Senegal. Apakah Maroko akan mengejar jet generasi kelima masih belum jelas. Meski ada laporan bahwa Rabat tertarik untuk membeli F-35 dari AS.
Situs web Israel JaFaj mengklaim pada Januari 2022 bahwa selama kunjungan Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz ke Maroko, mitranya dari Maroko meminta bantuan untuk mendapatkan F-35 dari AS. Namun, belum ada permintaan resmi oleh Rabat kepada AS tentang F-35, di sisi lain tujuan mendapatkan F-35 harus menjadi tujuan jangka panjang.
Quote:
Sementara itu pihak Maroko sendiri sampai saat ini belum memiliki niat dalam jangka pendek dan menengah untuk membeli F-35 karena berbagai alasan. Salah satu alasan tersebut adalah Maroko saat ini memiliki dua kontrak besar untuk F-16 Block 72 dan helikopter Apache yang akan diterima pada tahun 2025, sehingga tidak memiliki kemampuan finansial dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk pembelian senjata lainnya.
Dan juga, sebenarnya F-16 Block 70 dan 72 yang ditingkatkan memiliki kemampuan operasional yang serupa dengan F-35, sehingga Angkatan Udara Maroko tidak terlalu membutuhkan pesawat tempur generasi kelima. Sementara itu, pejuang kelas atas seperti F-35 dapat menghabiskan anggaran pertahanan dengan cepat. Mengingat meningkatnya harga teknologi militer modern dan politik dalam negeri, ekonomi, dan urusan dalam negeri masing-masing negara. Pilihan memakai F-16 adalah hal yang realistis untuk Maroko.
Di sisi Aljazair, negara ini telah membangun hubungan militer yang panjang dengan Rusia, bahkan semenjak era Uni Soviet. Presiden Vladimir Putin sendiri telah membuat rencana jangka panjang untuk Aljazair. Salah satu rencana Putin adalah menghapus hutang Aljazair. Pada tahun 2006, Putin membatalkan (mengikhlaskan) hutang militer era Soviet senilai US$4,7 miliar yang dimiliki Aljazair. Sebagai imbalannya, Aljazair harus berjanji untuk membeli senjata baru Rusia dengan nulai US$7,5 miliar di masa depan.
Quote:
Ketika pendapatan minyak dan gas alam Aljazair naik, Aljazair menjadi pelanggan senjata terbesar ketiga Rusia. Akibatnya arsenal Aljazair penuh dengan senjata Rusia yang relatif terbukti, lebih murah, dan teruji. Diantaranya ada armada jet tempur Su-30, MiG-29, Su-24 dan MiG-25. Dalam beberapa tahun terakhir Aljazair juga telah menunjukkan minat yang sering dalam pengadaan Su-57, pesawat tempur generasi kelima buatan Rusia.
Media Sputnik dari Rusia melaporkan pada November 2020, bahwa Aljazair membeli 14 pesawat tempur Su-57 dari Moskow senilai US$2 miliar, dengan perkiraan pengiriman pada tahun 2025. Di lain pihak Rusia mengkonfirmasi pada Februari 2021 bahwa permintaan asing pertama untuk SU-57 telah diterima tetapi tidak menyebutkan siapa pembelinya.
Kedua negara mengumumkan pada Mei 2022 bahwa Rusia dan Aljazair sedang mempertimbangkan untuk mengembangkan kerja sama militer, dengan latihan militer bersama yang dijadwalkan pada November 2022 mendatang di gurun Aljazair. Itu menjadikan Aljazair salah satu dari segelintir negara yang mendukung Rusia sejak invasi ke Ukraina.
Ada Potensi Negara Lain Membuka Lapak Dagangan di Tengah Gurun
AS dan Rusia adalah pemasok senjata utama bagi Aljazair dan Maroko. Akan tetapi kedua negara itu memiliki kekurangan dalam rangka memenuhi kebutuhan senjata. Hal itu bisa memicu munculnya lapak senjata yang lain. Bagi Maroko, waktu persetujuan yang sangat lama dari AS untuk penjualan senjata dan kondisi politik terkait yang ditetapkan Washington pada senjatanya, berarti memungkinkan mereka mencari opsi lain.
Saat ini ada tren yang lebih luas di antara negara-negara Arab dan juga Afrika untuk mencari sistem senjata yang signifikan secara strategis ketika AS tidak terlalu berani datang memberi tawaran. Selain Jerman, Prancis, dan Italia, Turki dan Israel telah muncul sebagai pemasok utama teknologi senjata mutakhir. Dalam beberapa keadaan, negara pembeli senjata juga telah beralih ke China. Tidak seperti Turki dan Israel, China tidak dibatasi oleh kerja sama keamanan yang erat dengan AS. Hal itu membuat produk dari China bisa jadi pilihan yang menarik.
Untuk Aljazair, Moskow kemungkinan akan tetap senang menjual senjata mereka tanpa syarat berbelit-belit. Tetapi industri senjata Rusia sedang berjuang keras dan mungkin tidak dapat benar-benar mengirimkan barang pesanan ke pelanggan tepat waktu sebagai akibat sanksi embargo dan perang dengan Ukraina. Hal itu bisa membuat Aljazair berpaling mencari lapak pedagang yang lain.
Quote:
Sekali lagi, China dapat menjadi pemasok senjata yang lebih besar di kawasan Timur Tengah jika senjata Rusia atau AS tidak tersedia karena alasan tertentu. Beijing mungkin juga telah mulai memasok lebih banyak senjata dan sistem lainnya di luar drone tempurnya yang sudah terbang di wilayah tersebut.
Dan sekali lagi perselisihan antara Blok Barat dan Blok Timur terus menyeret benyak negara dalam konflik dan perlombaan senjata yang merugikan rakyatnya, serta membuat putusnya hubungan bertetangga. Tentunya setiap kepala negara harusnya bersikap lebih bijak di era modern ini, sehingga tidak menyeret negaranya ke dalam perlombaan senjata. Meski pembelian senjata bisa memberi efek detterent (gentar) agar negara lain tidak berani menganggu kedaulatan sebuah negara. Akan tetapi pembelian senjata yang tidak sesuai kebutuhan justru hanya akan menyengsarakan rakyat dan menciptakan konflik tanpa akhir.
----------
Referensi Tulisan: breakingdefense.com& CNN Indonesia
Sumber Foto: sudah tertera di atas


jlamp memberi reputasi
6
3.3K
7


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan