muyasyAvatar border
TS
muyasy
Terpisah Untuk Bersatu (COC_Cinta Lama Bersemi Kembali 2022)
pixabay



Kedua tangan anak manusia saling bertautan seakan takut berpisah. Pipi merona seorang gadis berambut panjang sesekali melirik ke arah samping bagian kanan. Di mana seorang laki-laki berbadan tinggi yang cukup tampan sedang berjalan beriringan dengan gadis itu.


Laki-laki itu tetiba menoleh, merasa ada yang menatapnya sedari tadi. Gadis itu terkesiap jika pujaan hatinya mendadak memandangnya dengan senyuman menawan, yang jelas membuat siapa saja akan tertawan.


"Aku ganteng, ya. Dari tadi diliatin terus," ucap Rendra.


"Bapak tau aja. Kan tadi hadap depan terus. Apa bapak punya mata ketiga?" ujar Feni bercanda.


"Aku tua banget, ya, sampe dipanggil 'bapak'. Panggil nama aja."


"Nggak, ah. Nggak sopan."


"Panggil 'mas' aja, deh kalo gitu. Gimana?"


Feni hanya tersipu mendengar ucapan Rendra. Laki-laki yang berumur 23 tahun itu tak lain adalah guru sekolah SMA di tempat Feni belajar. Entah bagaimana awalnya mereka dekat satu sama lain. Nyatanya, hubungan mereka tidak ada yang tahu. Keduanya memilih hubungan backstreet. Terpaksa mereka melakukannya karena sama-sama tidak mau dapat ejekan dari teman-teman mau pun para guru pembimbing di sana.


Selama satu jam lebih mereka menikmati kencan pertama kali. Padahal, mereka dekat sudah beberapa bulan yang lalu. Karena, hubungan keduanya tidak ada yang mengetahui, maka jalan berdua saja harus janjian beberapa hari sebelumnya.


"Feenn!!"


Jantung Feni langsung berdetak lebih cepat. Dirinya mematung dan enggan untuk menoleh ke belakang. Suara yang memanggil namanya jelas itu suara si rempong. Siapa lagi kalau bukan temannya yang bernama Laras.


Rendra pun gegas menjauh dan pergi meninggalkan kekasihnya. Semburat kekesalan menggunung di kepalanya. Ada saja gangguan saat mereka berkencan. Ini kencan pertama mereka malah bertemu tamu tak diundang.


"Fen ... itu tadi pacarmu, ya?" tanya Laras pada Feni yang masih mematung.


"Enggaak, kok. Nggak tau itu cowok siapa. Dia mau godain aja tadi," kilahnya dengan menautkan jemarinya dengan gelisah.


"Kayak nggak asing."


"Udah. Jangan kepo gitu."


Laras memanyunkan bibirnya. Kakinya langsung berlari mengikuti Feni yang sudah menjauh.


Esoknya, kabar mengejutkan didengar oleh para murid SMA Sukma 181. Terlebih para siswi yang seakan merasakan patah hati paling tragis. Ada yang pura-pura menangis, membuat kartu ucapan selamat dan memberi kado kejutan jika mereka diundang ke acara guru favoritnya tersebut.


Kecuali, Feni. Gadis itu murung dari pagi. Dia sampai izin sakit dan bergelung sendiri di ruang UKS untuk membayangkan jika berita yang didengar tidak benar adanya. Sayangnya, di sekolahan tersebut tidak diperbolehkan membawa ponsel. Maka, dia akan menunggu sore nanti untuk menghubungi Rendra.


Sampai jam dua siang, akhirnya para siswa pulang ke hunian masing-masing. Feni menoleh ke kanan dan ke kiri seperti mencari seseorang. Akan tetapi, yang dicari sepertinya tidak menampakkan hidungnya. Kakinya berlari ke area parkir. Sudah dia duga, motor IRC yang biasa dia lihat tidak ada di sana.


"Tumben Mas Rendra nggak masuk. Huff ... apa bener acaranya sepenting itu? Berarti beritanya bener, dong," gumamnya lirih. Ada setitik bening mengalir tanpa permisi dari mata lentiknya. Hubungan backstreetyang dijalani ternyata tak semulus yang dibayangkan.


***


Quote:


Link puisi di sini


Beberapa tahun kemudian keadaan berubah begitu banyak. Feni si gadis cantik jelita yang kini sudah mandiri. Dia sekarang bekerja sebagai karyawan di mini market.

Senyum semringahnya tak pernah lepas dari bibir mungilnya. Sopan dan keramahannya sangat disukai teman-teman kerjanya. Jangan lupa, beberapa teman laki-lakinya sengaja menyatakan cinta padanya. Namun, Feni selalu menolak ungkapan cinta mereka.

Di tempat lain, Rendra yang kini tetap menjadi guru yang ditugaskan ke sekolah di sebuah desa. Bukan sengaja dijauhkan dari hingar bingar di kota, tetapi Rendra sendiri yang menginginkannya. Awalnya tidak diperbolehkan karena keegoisannya, tetapi entah alasan apa yang dia utarakan, sehingga dirinya terjebak di pedesaan.

Laki-laki berkumis tipis itu hanya memandang pematang sawah yang menguning. Beberapa burung jalak mematuki padi yang menunduk berisi.

Matanya kembali beralih ke angkasa sore ini. Senja belum datang, tetapi gundahnya selalu saja tak pernah hilang.

Beberapa tahun lamanya, kenangan akan cintanya pada murid seorang gadis yang menyita waktunya dulu. Gara-gara tindakan orang tuanya yang menjodohkan dengan anak temannya, menjadikan Rendra marah besar. Akibatnya, hari itu dia pergi menjauhi keluarganya.

"Aku juga tidak tau jika orang tuamu menjodohkan kita. Orang tuaku juga setuju aja. Tapi, setelah kuyakinkan bahwa aku mencintai orang lain, mereka mengakhiri perjodohan ini," kata Atmi, gadis yang dijodohkan dengan Rendra.

"Tinggal aku yang meyakinkan pacarku. Gimana caranya dia percaya lagi? Aku sulit menemuinya akhir-akhir ini."

"Salahmu sendiri kenapa pakai backstreet segala. Kamu tau nggak? Menurutku, hubungan seperti itu sangat menyakitkan. Pas seperti ini, setelah terdengar kabar kamu akan menikah, pacarmu tidak akan dihiraukan. Padahal, hatinya akan hancur saat itu juga."

"Aku tau. Buktinya nomorku diblokir setelah dia menghubungiku berulang kali, tapi aku tidak menjawabnya. Dan bodohnya aku lupa dia akan mengkhawatirkanku."

"Jadi, yang salah itu kamu."

Obrolan terakhir Rendra dengan Atmi setelah mereka setuju akan menolak perjodohan ini. Setelah kedua orang tua masing-masing mengerti, akhirnya Rendra pun lega. Namun, kelegaan itu hanya sementara. Dia mencari Feni untuk menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya, ternyata gagal. Dia lebih dulu pergi jauh untuk mencari kerja. Lebih buruknya lagi, Rendra tidak tahu keberadaannya sekarang.

Senja mulai datang seakan menyuruh Rendra untuk balik ke indekos. Sebelumnya, dia mampir ke mini market untuk membeli minuman. Tetiba, matanya terpaku saat penglihatannya menangkap seseorang yang sudah lama dia cari.

Gegas Rendra melangkahkan kakinya. Tangannya mendorong pintu kaca mini market dan sedikit berlari menghampiri gadis yang sedang berjalan ke arahnya. Rendra ingin memeluk gadis itu, tetapi dia mencoba mengurungkan niatnya karena masih di tempat umum.

Gadis itu adalah Feni. Feni melihat orang yang lama dirindukannya, kini tetiba sudah di depan matanya.

"Aku mau bicara denganmu?"

"Maaf, aku sedang bekerja." Feni menunduk karena malu ditatap terus sama Rendra.

"Ini nomorku. Aku mau menjelaskan sesuatu," ungkap Rendra.

"Apa yang mau dijelaskan? Ah, sudahlah. Maaf, aku kerja dulu," tukas Feni sembari melipat kertas bertuliskan nomor laki-laki berkumis tipis itu

Esoknya, bertepatan hari Minggu, Rendra dan Feni sedang duduk berdua di warung bakso. Tidak ada sepatah kata yang mereka ucapkan. Mungkin hati mereka sama-sama berperang untuk melawan kecanggungan.

"Bapak ngapain di tempat ini? Apa nggak ada yang nyariin?" Feni mengawali obrolan dengan sesekali menyeruput teh hangat yang ada di meja.

"Apa aku setua itu? Selalu saja dipanggil 'bapak'." Rendra berdecih. Dalam hatinya cukup bahagia, karena telah menemukan tambatan hatinya yang lama menghilang.

"Maaf," ucap Feni seraya menunduk. Dia kesal. Dirinya merasa dipermainkan lelaki yang dulu dipuja, sekarang pun hatinya tetap sama. Akan tetapi, dia harus mendengarkan penjelasan yang akan diutarakan oleh Rendra.

Rendra tersenyum. Lalu, tangannya mengusap rambut Feni dengan gemas.

"Jangan gini! Rambutku jadi berantakan."

"Aku minta maaf sampai kamu menghindariku selama ini. Bertahun-tahun aku mencarimu. Sampai rumahmu kudatangi, tapi kata ibumu, kamu sudah pergi kerja di tempat jauh. Kutanyai Laras, dia nggak tau apa-apa. Saking frustasinya, aku terpaksa mengajar murid di desa ini dan ternyata takdir kita dipersatukan lagi."

"Takdir? Bukannya Mas Rendra sudah menikah. Lalu, penjelasan apa yang akan Mas bicarakan?"

"Begini, aku dijodohkan dengan Atmi. Dia anak teman ayahku. Kita juga tidak menyetujui perjodohan tersebut. Dia mempunyai kekasih, aku pun punya kamu. Jadi, kita sama-sama menolak perjodohan itu. Sebelumnya, ayahku marah. Tapi, setelah dipertimbangkan beliau menyetujui jika kami tidak bisa bersatu. Makanya, aku ke tempat ini untuk menenangkan diri. Dan, syukurlah lelahku sudah hilang," ungkap Rendra dengan menghela napas.

"Oh, gitu." Feni memalingkan wajahnya. Bibirnya tersenyum tipis. Dia yakin bahwa Rendra tidak akan meninggalkannya. Janji yang dulu lelakinya ucapkan.

"Jawabnya gitu doang."

"Lalu, aku harus jawab apa?" Feni mengernyitkan dahi.

"Aku ingin kita kayak dulu lagi. Tapi, konteksnya beda."

"Maksudnya?"

"Minggu depan, aku akan melamarmu. Jadi, kamu tidak bisa pergi jauh, karena aku sudah mengikatmu dengan cintaku."

Feni tersenyum lebar dan matanya berkaca-kaca karena terharu. Takdir memang begitu indahnya. Cinta yang lama hilang, kini kembali dengan sendirinya. Dan, jangan lupa jika dibalik itu semua, ada usaha dan doa.


Tamat


Gresik, 06 Juli 2022
Diubah oleh muyasy 06-07-2022 13:09
bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
6
862
48
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan