- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
River Lord, Please Spare Me! [COC SFTH CLBK 2022]


TS
kunyitbrokoli
River Lord, Please Spare Me! [COC SFTH CLBK 2022]
![River Lord, Please Spare Me! [COC SFTH CLBK 2022]](https://dl.kaskus.id/hype.my/wp-content/uploads/2017/05/giphy-3.gif)
Ini tentang gelombang cinta yang menggetarkan sungai Citarum.
Duaaarrrrr!
Suara guntur memenuhi telinga Sofi dan segenap tim ekskavasi Citarum Project. Tenda biru basecampyang disewa dari masjid setempat bergetar hebat. Rekan-rekannya yang sedang menggali berlarian ke arah tenda. Mencampakkan peralatan mereka, takut tersambar petir.
"Mas Ruri, apa kita stop dulu ekskavasinya?”
Ruri yang dijuluki Tomb Raider karena kegigihannya dalam gali menggali situs purbakala menjeda aktivitasnya.
“Kamu tahu kan kalau tanah basah itu tidak bisa digali? Kita harus terus menggali selagi kering. Kalau kerja kita lamban bisa-bisa sponsor berkurang. Yang ingin mereka lihat itu hasil, bukan proses.”
"Tapi di cuaca begini.” Sofi mendongak menengok awan yang belum melepas hujan seperti menahan kencing.
"Tidak ada tapi. Pikirkan solusi. Kamu pikir aku memilihmu jadi asisten cuma untuk nginput data dan memanggul carrier? Kuli juga bisa. Kamu mahasiswa kan?”
"Baik Mas Ruri!" Dengan kepala kosong Sofi lari menuju tenda.
"Daebak! Walau dia alumni, yang cuma beberapa tahun di atas kita, tapi lagaknya kayak profesor saja." Keluh Sofi.
"Tapi dia lebih handsome dari profesor kita." Timpal Sari.
"Gak ada hubungannya." Cemberut Sofi.
"Udah jangan ngeluh, kalian beruntung bisa magang bareng Mas Ruri, dia tuh expert." Elmer, senior di kampus, memasuki percakapan tanpa diundang.
"Iya ya ya, gue tahu Bang. Tapi sekarang bantuin mikir gimana caranya pekerjaan kita tetep lanjut dalam cuaca begini. Gue takut turun hujan."
"Kenapa kita gak panggil pawang hujan aja?" Celetuk Elmer iseng.
"Mustahil, udah mepet."
"Gue punya satu cara menahan hujan, ini tips dari nenek gue." Nada bicara Sari mendadak serius.
"Gue punya firasat buruk." Ujar Elmer.
"Jadi, kita taruh underwear bekas cowok, di atas atap. Terus kita baca doa selama yang dibutuhkan biar hujan gak turun. Bang Elmer, pinjem sempak lo dong!"
"Tolong jangan ambil keperawananku, aww!"
"Udah di tepi jurang gini masih bisa-bisanya kalian bercanda. Cih!" Begitu dimarahi
Sofi mereka berdua berpandangan saling menyalahkan.
Akhirnya atas kesepakatan bersama, mereka memindahkan tenda terpal ke atas kolam ekskavasi. Elmer dan mahasiswa laki-laki lain mengangkat tiang tenda dengan segenap daya. Pekerjaan dilanjutkan di tengah guyuran hujan yang membikin tanah di sekitarnya becek.
Sambil mengorek-ngorek tanah, Sari sang bendahara dan Sofi sering mencuri pandang pada Ruri. Otot bisep dan trisepnya kelihatan menonjol walau ditutupi kaos hitam. Anak rambut di pelipisnya basah oleh keringat. Bibirnya berkilat-kilat. Meski wajah mulusnya kotor oleh goresan tanah, kegantengannya tetap tidak berkurang. Fantasi nista dua sekawan terusik manakala Elmer memercikkan tanah ke arah mereka.
“Bang Elmer!”
“Kenapa kalian teriak? Nemu sesuatu?” Ruri menengok.
"Iya, cacing tanah segede Bang Elmer. Bikin kaget aja.” Sofi nyengir.
“Guys, mungkinkah ini yang telah kita cari-cari selama seabad?” Dengan hiperbolis Sari mengetuk-ngetuk ujung batu yang mencuat dari dalam tanah.
Antuasisme mendadak menyelimuti mereka. Tim bergegas mengekskavasi benda yang ternyata sebuah tiang setinggi dua meter menyerupai yupa. Tak jauh di dekatnya ditemukan prasasti batu lonjong berdiameter 70 cm.
“Jayasingawarman, sungai, Baruna, perempuan, persembahan,” Ruri yang tidak sabar untuk membacanya mencari-cari aksara pallawa yang familiar dengannya. “Sepertinya ini plakat tentang pengorbanan manusia untuk Dewa Baruna atau semacam penguasa sungai. Dulu sungai Citarum sering meluap, bikin banjir Kerajaan Tarumanegara. Ini baru asumsi, nanti kita teliti lagi tulisannya.”
“Ngorbanin cewek hidup-hidup buat meredam amarah Baruna? Ih merinding, untung gue gak hidup di jaman itu.” Sofi memeluk dirinya sendiri.
“Jangan cemas, yang jadi tumbal biasanya perempuan cantik.” Tak disangka Ruri membalas monolog Suci dengan cadas. Ia bermaksud melempar lelucon, tapi cringe.
Teman-teman setimnya menahan diri untuk tidak tertawa demi solider pada Sofi. Sari menepuk-nepuk bahu Sofi sambil memasang tampang ‘yang tabah ya!’.
Pura-pura tak mendengar komentar Ruri, Sofi memutuskan pergi mengambil kuas untuk membersihkan prasasti. Ia memaksa memanjat keluar dari kolam ekskavasi meski tanah di atasnya licin.
Karena adrenalin dalam tubuh Sofi sedang tinggi-tingginya, waktu terjatuh akibat terpeleset ia tak sengaja menendang bawah tiang yupa. Tiang yang tengah bersandar tersebut roboh mengarah padanya.
“Mampus gue.” Umpatnya saat hampir tertimpa. Ia lalu memejamkan mata. “Mama maafkan aku yang banyak dosa.”
Ketika sadar, Sofi dalam keadaan terikat pada tonggak batu. Di sekitarnya orang ramai berpakaian zaman Hindu-Bhudda menonton. Suasana kuna terasa kental. Lokasi syuting sinet gentarbuana? Tak lama mendekatlah lelaki uzur yang sedianya adalah dukun lokal. Dibantu asistennya, anak muda yang membawa wadah air dari emas berbentuk ayam berkepala naga. Ia mencelupkan daun suji ke dalam wadah tadi sebelum memercikan air pada Sofi. seolah menyucikan atau memberkati gadis persembahan.
Setelahnya dua orang pengawal kerajaan melepaskan ikatan Sofi lalu menuntun ke tepi sungai. Mereka menempatkannya ke atas rakit yang sudah dihias. Pada rakit terdapat banyak wadah, dari daun pisang sampai bokor kayu berisi sesaji. Para pengawal dan penduduk desa tersebut melarung rakit dengan hati-hati. Sofi tak bisa kabur karena para pengawal yang berjaga di tempat itu membawa pedang dan tombak yang menciutkan nyali. Tuhan tolong, kalau Sofi mati jadi tumbal inginnya di atas yacht. Bukan rakit bambu ngambang.
Di kejauhan, di bawah permukaan sungai, buaya nan gadang berenang lambat mengintai rakit yang ditumpangi Sofi.
"Heeeeellllp meee! Tolooong! Tuluuungg!” Teriakan Sofi ini mampu membangunkan dedemit hutan dari tidurnya. Ia melihat satu dua penduduk di tepi sungai, pun beberapa sampan pencari ikan. Tak satupun dari mereka yang menunjukkan gesture akan menolong. Padahal mereka kadung ketakutan duluan melihat sepasang mata besar berkilat di permukaan sungai.
Akhirnya Sofi tak punya opsi selain mengubah tangannya menjadi kayuh. “Ayo Sofi, kamu pasti bisa! Cepat sampai ke tepi, sampai ke tepi..”
Namun pada satu titik di tengah sungai, rakit sedikit demi sedikit berputar sebelum akhirnya tenggelam. Tersedot oleh pusaran misterius. Sofi hanya bisa memegang ujung rakit kuat-kuat sambil menahan nafas. Tamatlah riwayatmu Sofi Ver. 02. Tidak berapa lama setelah itu rakit muncul kembali ke atas sungai, tapi minus Sofi.
Sofi kemudian terbangun di sebuah ruangan antik ala-ala kerajaan kuna. Ia bisa bernafas di bawah air. Seperti berada di Bikini Bottom versi purbakala.
“Kau sudah sadar Puteri Tanaya?”
“Namaku Tanaya?”
Sofi tak melihat ada manusia selain dirinya di kamar itu, kecuali seekor ikan tawes sebesar bantal orang dewasa melayang di udara. Untuk meyakinkan dirinya bahwa itu ikan asli, ia mendekati ikan tersebut lalu menekan-nekan perutnya. Ikan itu kemudian mengelak. Manusia gak ada akhlak! Seenaknya colak colek!
Bagai dihipnotis, Sofi digiring menghadap Baruna ke aula istana yang berkilauan seperti cangkang mutiara. Di sekitarnya beterbangan bola-bola kecil transparan. Cahayanya berpendar-pendar. Di atas takhta ia menyaksikan sosok lelaki anggun berbaju zirah diliputi aura keabadian. Orang itu mirip dengan Ruri. Astaga!
"Ini pasti mimpi.” Sofi menampar-nampar mukanya sampai merah. Sakit.
Spoiler for Dewa Baruna:
“Manusia-manusia dungu itu, aku meneror mereka dengan banjir bukan minta upeti manusia. Aku ingin memperingatkan mereka yang sudah mengotori Citarum istanaku. Itu lebih baik daripada teror kematian yang dilakukan saudaraku. Patih Buaya Nagasakti."
Andai tahu keadaan Citarum di masa depan, mungkin ia akan mengirim banjir selama puluhan tahun. Dan patih itu, pasti sudah mengerahkan pasukan buaya untuk membabat populasi di sekitar DAS Citarum.Pikir Sofi.
“Yang Mulia Dewa Baruna penguasa Citarum, oleh karena Yang Mulia tidak membutuhkan upeti manusia, hamba mohon sudilah kiranya membebaskan mahluk tidak berdaya ini. Hamba masih punya utang pinjol, orang tua sakit. Single parent masih harus menafkahi bocil-bocil.”
“Engkau bercanda? Tidak bisa. Kau akan tinggal di sini sebagai selir."
"Yang Mulia, alih-alih jadi selir, hamba mohon jadikan hamba dayang saja. Hamba rela."
"Kenapa? Biasanya gadis-gadis itu tidak pernah menolak dijadikan selir begitu melihat ketampanan dan kedigdayanku yang tersohor. Hohoho."
"Hamba sungguh tidak meragukan kebagusan dan kesaktian Yang Mulia. Tapi hamba tidak ingin dipoligami, apalagi jadi pelakor, Yang Mulia."
"Ya sudahlah! Aku tidak peduli. Kalau begitu, berhubung aku sudah punya 1000 istri, kau akan kuberikan pada kembaranku, Patih Buaya Nagasakti. Sudah lama ia hidup sendiri.”
"Terima kasih, Yang Mulia!" Sofi membungkuk takzim. Wow, kembarannya Baruna? Not bad lah! Sofi kegirangan dalam hati. Belum mengetahui kenyataan yang sebenarnya.
"Aduhai, sial sekali dia dibawa ke sana.”
“Tidak akan selamat."
“Selir-selirnya mati pada malam pertama.”
“Jadi cemilan.”
Begitulah gosip mengerikan beredar di kalangan ikan-ikan dayang istana.
Para udang galah pengawal istana lalu membawa Sofi ke sebuah istana. Ia melihat mahluk aneh blasteran buaya dan naga sedang leyeh-leyeh di dipan singgasana. Patih Buaya terperanjat melihat kedatangan gadis itu.
Kali ini giliran Sofi yang meringis melihat mahluk yang katanya saudara kembar Baruna.
Spoiler for Buaya Nagasakti Sebelum Kena Azab:
![River Lord, Please Spare Me! [COC SFTH CLBK 2022]](https://dl.kaskus.id/c.tenor.com/sMFpLWvSNs0AAAAC/this-time-live-me-alone-crocodile-king.gif)
“Saudara kembar apaan. Literallybuaya.” Sofie menangis dalam hati. Mama kau belum memaafkan anakmu?
“Bawa dia ke kamarku.”
“Tidaaakkk! Lepasin! Lepasin! Gue gak enak dimakan!” Sofi memberontak, tapi pengawal udang galah itu tidak mudah dipatahkan. Mereka mencampakkannya ke lantai seperti melempar tutup botol bertuliskan Anda Tidak Beruntung,
“Si Baruna itu, mengirim mata-mata lagi? Dia curiga aku akan mengudetanya sebagai penguasa Citarum. Tak kusangka kau yang datang. Ck, ck, siapa yang sudi memakanmu? Nanti tulang rusukmu tersangkut di kerongkonganku.”
“Hamba bukan mata-mata melainkan gadis malang. Hiks. Tolong lepaskan, wahai Patih Buaya Nagasakti yang baik hati.”
“Air matamu lebih palsu dari air mata buaya. Diamlah sementara di sini. Sepertinya kau akan berguna.” Buaya itu mondar-mandir di kamar. "Bagaimana kalau kita menikah besok? Aku akan mengundang Baruna lalu meracuninya. Hahaha. Dia tidak punya alasan untuk tidak datang."
"Dari sekian milyar penduduk bumi, kenapa gue harus kimpoi sama monster buaya?! Are you kidding me?" Sofi berteriak dalam hati.
Setelah Patih Buaya keluar dari kamar, seekor ikan ompok masuk membawa makanan untuk Sofi. Pelayan yang merupakan intel Baruna itu membisikkan sesuatu ke telinganya.
Besok lusanya Patih Buaya menikahi Tanaya alias Sofi. Ia mengundang seluruh penghuni jagat kerajaan sungai Citarum termasuk Baruna. Pesta pernikahan itu hanya tipu muslihat untuk menyingkirkan saudara kembarnya.
Rencana Patih Buaya untuk meracun Baruna akan berhasil kalau saja tidak digagalkan oleh Sofi. Hidangan beracun untuk saudara kembarnya itu disingkirkan istrinya. Ia tak tega kalau Baruna yang ia anggap jelmaan Ruri harus mati mengenaskan. Ia alpa bahwa penguasa Citarum itu sejenis immortal. Tidak akan mati karena senjata tajam apalagi racun. Mereka hanya ingin saling menyakiti.
“Perempuan memang susah dipercaya! Apa kau sudah kena gendam si Baruna?"
“Tidak. Tidak seperti itu. Hamba hanya tidak ingin terjadi kekacauan di bawah air, karena itu bisa berdampak pada kehidupan manusia diluar sana.” Elak Sofi. Duh aduh, cewek mana yang tidak terpesona visual Baruna jika bandingannya seekor buaya burik rupa?
Patih Buaya menyipitkan mata. Ia mendekatkan moncongnya ke depan wajah Sofi. Pandangan matanya setajam silet. “Kau pendusta yang buruk. Aroma kebohongan ini begitu kuat.”
Sofi tercekat. Tolong jangan bunuh gue!
“Jangan keluar dari kamar ini tanpa seizinku. Tunggulah hukuman dariku. Aah, haruskah kau kumakan hidup-hidup? Dipanggang? Atau direbus dengan rempah-rempah? Air liurku hampir meleleh.”
Patih Buaya meninggalkan Sofi yang menggigil ketakutan. Tapi dalam situasi di ujung tanduk ia tetap harus tenang. Ia butuh solusi agar selamat.
Tidak lama berselang, seekor ikan tawes masuk ke kamar. Rupanya dia juga agen rahasia Baruna yang ditanam di istana Patih Buaya. Lagi-lagi telinga Sofi dibisiki sesuatu.
“Dewa Baruna bisa membebaskanmu. Dengan satu syarat, bunuh sang patih dengan kujang beripuh ini. Tikam jantungnya.”
Tawaran kotor yang menggiurkan. Iblis dan malaikat di benak Sofi berdebat sengit. Namun tak butuh waktu lama untuknya mengangguk tanda sepakat.
Tak mudah mendekati buaya itu. Sofi ngeri duluan melihat penampilannya. Sudah seminggu berada di istana tapi belum berhasil membunuhnya. Mahluk itu juga tak melakukan apa-apa terhadapnya selain mengirimkan makanan sehari tiga kali dan memberikan pakaian baru setiap hari. Rasanya ibarat cupang dalam botol sirup.
Hingga suatu hari datang kesempatan bersamaan dengan tertidurnya Patih Buaya di singgasana. Setelah mengumpulkan nyali, Sofi segera menusukkan kujang sekuat tenaga. Terkejut dengan kelakuan istrinya, Patih Buaya lalu berusaha mencabut senjata tersebut. Namun tanpa diduga area istana bergemuruh terserang gelombang bawah air. Rupanya Baruna sedang beraksi dari jarak jauh. Tubuh Sofi lambat laun melayang terangkat ke atas. Kian lama kian tinggi hingga Patih Buaya tak kuasa mencekalnya karena terluka.
Sofi merasa dirinya terseret lagi dalam pusaran air ala Taz-Mania. Tahu-tahu ia muncul di permukaan sungai Citarum. Dengan tenaga yang tersisa berenang ke tepi. Tatkala hampir mencapai daratan, kakinya disergap buaya. Hendak diseret kembali ke dalam sungai.
Sofi berteriak-teriak putus asa meminta tolong. Di saat itulah, seorang kesatria mirip Elmer menembakkan panah sakti ke arah buaya. Sofi pun selamat walau semaput.
Spoiler for Elmer sang kesatria:
“Akh!” Sofi sekonyong-konyong terjaga dari pembaringannya di puskesmas. Ia merasa pening luar biasa. Inikah yang namanya pusing tujuh keliling?
“Gue mimpi? Absurd banget. Ahahahaha.” Tertawa seperti orang gila.
“Sop, lu udah sadar? Amnesia gak? Satu kali lima berapa?” Sari mencubit kedua pipi Sofi.
“Apaan lu Sari. Gue gak kenapa-napa. Kayaknya si tiang batu itu jatuhnya meleset. Gue harap dia gak patah.”
“Tenang aja, tiangnya aman kok. Elu juga selamat. Yang perlu dikhawatirkan itu otot kesayangan kita. Huhu. Mereka berkorban buat elo.”
Hah? Trus gimana keadaan Mas Ruri? Baik-baik aja kan? Dia pasti marah banget proyeknya ketunda gara-gara gue. Apa gue mati aja? Hiks.”
Kalau kamu mati pengorbanan ototku sia-sia. Stupid.”
Sofi tak menyangka kalau di ranjang sebelah, terhalang selembar tirai, Ruri sedang duduk. Ia merasa ingin pindah pulau ASAP. Borneo juga jadilah. Bye bye Mas Ruri!
Tanpa diberi aba-aba, Sari membuka tirai lalu kabur tanpa jejak. Mereka berdua kini berhadap-hadapan.
"Mas Ruri, maafin Sofi, asisten kurang kompeten. Saya bersedia menerima konsekuensinya.”
“No problem.Aku juga minta maaf sudah bikin kamu kesal.”
Mas Ruri minta maaf? Gue harus kenduri nih!
“Sebagai ketua tim tidak memahami karakter anggota yang baperan.” Ruri tersenyum tipis.
Ah, sialan. Kini ia ibarat kembang layu.
“Jangan khawatir. Proyeknya akan dilanjutkan oleh tim lain. Tugas kita sudah selesai. Setidaknya sudah ada progres menemukan prasasti itu.”
"Syukurlah.” Kelegaan memenuhi paru-paru Sofi. Ia mengelus-elus dadanya yang rata.
“Sofi..” Ruri ragu meneruskan kalimatnya.
“Ya, Mas?”
“Hey gengs? Udah siuman lo?” Elmer mendadak muncul di mulut pintu ruang inap memutuskan percakapan mereka. Sofi memelototi Elmer. Iih ganggu aja! Seniornya itu kemudian ancang-ancang mengambil langkah seribu begitu melihat Ruri.
"Elmer.”
“Ya Mas?”
"Tolong bantu Sofi packing perlengkapan. Besok kita pulang ke Jakarta.”
“Siap!”
Sofi sekali lagi mencuri pandang pada Ruri. Dua minggu yang lalu orang ini mengomeli Sofi yang kepayahan memanggul carrier 60 liter.
“Kamu, buat apa masuk Arkeo kalau mengangkut carrier saja loyo.” Ruri berjalan santai menyalipnya dengan ransel 40 liter di punggung.
“Heh?” Hello, ini berat loh Mas! Gue mending menanggung rindu.”Heh heh heh.” Sofi terus berjalan terengah-engah. Di belakang, Sari menyokong tasnya, menyemangati agar terus maju. “Assistant can’t be a chooser.”
Setelah proyek kelar, Sofi kembali lagi ke kehidupan kampus. Sementara Ruri tak pernah kelihatan batang hidungnya lagi di area jurusan. Kabarnya ia dinas kerja di Sumatra.
Pertengahan 2019, sebelum Covid-19 merajalela, Sofi menghadiri seminar yang diinisiasi SEAMEO Regional Centre For Archaeology and Fine Arts di Bangkok. Ia datang sebagai peserta seminar demi melihat nama Ruri tertulis di deretan daftar pemakalah.
Padahal sebenarnya dalam hati Sofi:
Quote:
Sofi kangen berat. Seberat Garuda Wisnu Kencana. Butuh berapa Dilan untuk mengangkat patung tersebut? Saking rindunya, ia ingin tahu kabar otot bisep dan trisep Ruri. Penasaran di mana tempat kerjanya sekarang. Kepo tentang kehidupan asmara Ruri, masih jomblo atau sudah punya pasangan. Sofi tidak bisa stalkingkarena Ruri tidak punya akun medsos, nomor hpnya juga hilang, huhu.
Meski begitu, saat melihat Ruri di Bangkok ia tak berani menyapa duluan. Tak juga berharap seniornya menemukannya di barisan bangku penonton. Sampai akhir ceramah agaknya lelaki itu tidak menyadari kehadirannya. Ia jadi kepingin menangis gogoleran di trotoar. Mungkin eksistensinya memang tidak signifikan dalam hidup Ruri. Demi menyelamatkan hatinya yang berdarah-darah, Sofi memilih pergi dari auditorium hotel di kawasan Dusit tersebut. Berjalan kaki menuju stasiun MRT terdekat.
Ruri yang terlambat menyadari kalau Sofi ada di barisan peserta, segera setelah presentasi usai langsung mengejar. Berharap belum telat untuk merengkuh tangan perempuan itu.
![River Lord, Please Spare Me! [COC SFTH CLBK 2022]](https://dl.kaskus.id/66.media.tumblr.com/3afd8ee43cee368ee5f1d50b2c6d62e6/tumblr_osxq5iGga31vm0ue1o4_540.gif)
“Tanaya! Tanaya!”
Sofi menghentikan langkah. Sudah lama nama itu absen dari telinga. Ia melihat Ruri lari menghampirinya. Jantungnya yang tadi mati suri, mendadak bagai mendapat sengatan defibrillator. Lalu masih dengan nafas tersengal-sengal, pria itu menggenggam erat tangannya.
“Tanaya, I miss you to the bone! Tak seharipun lewat tanpa memikirkanmu. Kali ini aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi.” Tanpa persetujuan Sofi, Ruri mendekapnya.
“Baruna?” Senyum nakal Sofi muncul. Matanya tak berkedip memandang wajah Ruri.
Lelaki itu lantas mengelus rambut Sofi, mempererat pelukannya. “Saudara kembar, tepatnya.”
“Bohong..” Senyum Sofi sirna dalam hitungan detik. Ia segera melepaskan diri dari rangkulan Ruri. “Khun, khor thot na. Chan mai chai Tanaya reu Sopi, dtae bpen Yaya. (Maaf ya Mas. Gue bukan Tanaya apalagi Sopi tapi Yaya). Bye!”
Run for life!
*https://kask.us/iL1WV
Diubah oleh kunyitbrokoli 02-07-2022 08:52


bukhorigan memberi reputasi
5
1K
11


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan