Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
Kesempatan Kedua di Kokpit Super Hornet [COC SFTH 2022]
Quote:


Pesawat Super Hornet yang aku terbangkan bisa membawaku terbang tinggi menembus awan, menembus pekatnya malam, lalu membawaku terbang jauh mengelilingi luasnya samudera. Tetapi Super Hornet ini tak bisa membawaku cukup jauh dari bayangan dirimu yang selalu ada di pikiranku. Entah mengapa aku terus merindukanmu, bahkan ketika malam tiba dan aku sudah terlelap. Rinduku padamu tetap terjaga.


Quote:


November 2019, aku melakukan terbang formasi di atas Samudera Pasifik, tidak jauh dari wilayah Laut Jepang. Aku bersama rekanku Letnan Ronald bertugas sebagai wingman dari Kapten Richard yang bertugas sebagai flight leader. Kami terbang mengapit Kapten Richard, dan kami baru saja menyelesaikan latihan. Masing-masing dari kami menerbangkan pesawat F/A-18E Super Hornet kursi tunggal.

Kami kini sudah mendaratkan pesawat dengan aman di kapal induk USS Ronald Reagan, setelah memarkirkan pesawat, aku lalu menghampiri rekanku Ronald.

"Kerja bagus Broo," ujarku sambil sedikit berteriak dan menyalami Ronald.

"Kamu juga melakukan dengan baik Gordon," ujar Ronald sambil berteriak juga. Kami terpaksa harus mengencangkan suara kami, karena suara deru mesin beberapa pesawat yang hendak lepas landas sangat bising.

Aku dan Ronald lalu beranjak pergi dari dek kapal induk untuk menyimpan helm dan pakaian G-suit kami. Saat melewati barisan Super Hornet yang terparkir rapi, pandangan mataku tertuju pada seorang pilot wanita berambut pirang yang tampak serius mengecek pesawatnya. Sepertinya aku pernah melihat pilot wanita itu, tapi dimana ?

Mungkin karena merasa diperhatikan, dia langsung menengok ke arahku. Sejenak mata kami saling bertemu, lalu aku buru-buru mengalihkan pandangan dan mempercepat langkahku menyusul Ronald yang sudah jauh di depan.


-----------



Sekitar pukul 18.00 aku dan Ronald menuju ruang makan di kapal induk ini, disini tersedia banyak menu makanan. Kami bisa memilih dan makan sepuasnya, kini aku dan Ronald sedang menikmati makanan kami bersama seorang pilot Super Hornet lainnya bernama Letnan Daniel.

Hari itu suasana ruang makan tersebut sangat ramai, dan seolah tak ada sepinya. Acungan jempol untuk para koki di kapal induk ini, karena mereka setiap hari memasak untuk 3.200 personel. Benar-benar gila !

"Gordy (nama panggilanku), aku tadi melihat kamu terus melihat pilot wanita berambut pirang di atas sana (dek kapal). Seleramu bagus juga ya," celetuk Ronald.

"Aku hanya memastikan saja," jawabku singkat.

"Hey apa yang kamu pastikan ? Lekuk tubuhnya ?" Tanya Ronald sambil mendekatkan wajahnya ke arahku.

"Dasar mesum, aku pikir pilot wanita itu mengingatkanku dengan temanku saat melakukan latihan bersama di sekolah penerbangan Top Gun. Jadi aku hanya memastikan, apakah dia orang yang sama ?" Jawabku sambil memukul kepala Ronald dengan garpu.

"Hey, jangan terus menggodanya Ronald. Sebaiknya kamu urusi wanitamu daripada mengurusi wanita milik orang lain," ujar Daniel.

"Jadi, apakah si ceroboh ini akhirnya punya kekasih Daniel ?" Tanyaku penasaran.

"Mungkin, dia selalu pergi ke supermarket di sebelah sana untuk bermesraan dengan kasirnya," ujar Daniel sambil cengengesan dan menunjuk ke arah supermarket yang bersebelahan dengan ruang makan ini.

"Hey, aku bahkan belum berkencan dengannya. Aku hanya berusaha mengenalnya, maksudku aku normal Broo. Dan siapa yang kau sebut si ceroboh ?" Protes Ronald sambil menunjuk ke arahku.

"Tentu saja kau Buddy, siapa yang kemarin malam mencekram kawat nomor 4 dan hampir menabrak kru di dek penerbangan ?" Pertanyaanku itu sontak membuat Daniel tertawa.

"Hey, itu tidak sengaja Broo, pesawatnya susah dikendalikan jadi ya begitulah," ujar Ronald sambil memukul kepala Daniel dengan garpu yang segera dibalas Daniel dengan memukul kepala Ronald dengan garpu juga.

Aku hanya tertawa melihat mereka, memang seperti itulah jika sudah bertemu. Di saat yang bersamaan di meja sebelahku, aku melihat lagi sosok pilot wanita berambut pirang yang tadi sore aku lihat di dek penerbangan. Aku mencoba mencuri-curi pandang, posisi dudukku tepat menghadap ke arah timur. Sementara Ronald duduk menghadap barat, pilot wanita itu duduk pas dibelakang rekanku itu.

Sekilas saat memandangnya, aku jadi teringat Kelly, mantan pacarku. Rambutnya sama-sama pirang, tapi seingatku rambut Kelly sedikit lebih panjang. Kulit wanita itu sedikit kecokelatan dibandingkan Kelly yang lebih putih. Sial, tiba-tiba aku memikirkan Kelly lagi; kami berpisah sekitar dua tahun yang lalu. Sesaat setelah menyelesaikan pelatihan penerbangan terakhir kami di US Naval Fighter Weapons School atau lebih dikenal sebagai Top Gun.

Setelah latihan di Top Gun, sebelum ditempatkan di kapal induk; Kelly tiba-tiba meminta untuk mengakhiri hubungan kami. Dengan alasan ia akan merasa aneh dan tidak akan bisa fokus jika berada satu kapal dengan kekasihnya dalam misi yang sebenarnya, terlebih selama latihan di Top Gun ia beberapa kali dipasangkan denganku menerbangkan F/A-18F Super Hornet. Aku sebagai pilotnya dan ia bertugas sebagai WSO (Weapons Systems Officer). Aku coba meyakinkannya sebelum kami benar-benar akan berpisah, tapi aku gagal.

Hubungan kami terbilang unik, kami pertama kali bertemu di sekolah penerbangan US Navy (Angkatan Laut AS), karena merasa cocok kami jadi dekat dan memutuskan untuk pacaran. Hubungan itu terus berlanjut sampai kami berlatih menerbangkan dan mendaratkan pesawat di USS Theodore Roosevelt menggunakan pesawat T-54A/C Goshawk.

Setelah pendidikan dari Top Gun, aku ditempatkan di USS Ronald Reagan. Sementara Kelly entah kemana ? Aku tak tahu. Sejak berpisah, dia sama sekali tidak pernah menghubungiku lagi, begitu pun juga aku. Meski begitu aku tak pernah berpikir untuk mecari pengganti dirimu.


----------


Setelah selesai dengan urusan perut, aku dan kedua rekanku meninggalkan ruang makan. Selama di ruang makan aku selalu memandangi pilot wanita itu, untung ia tidak menyadarinya. Kami bertiga berpisah di supermarket, aku sendiri disuruh untuk menemui Kapten Richard.

Kini aku sudah berada di ruangan Kapten Richard, di mejanya tampak banyak tumpukan kertas. Sementara dia tampak serius membaca salah satu berkas di mejanya.

"Letnan Gordon, selamat atas pencapaianmu yang bagus. Kamu sudah 14 kali mendaratkan varian F/A-18E dan F/A-18F dengan sempurna di kapal induk dengan meraih nilai OK 5.0. Selama 14 kali mendarat kamu sukses mencekram kawat nomor tiga. Besok ada misi baru untukmu." Ujar Kapten Richard.

"Thank you Sir, ini semua berkat bantuan Anda. Saya banyak belajar dari Anda. Lalu, misi seperti apa yang akan saya lakukan ?"

"Kamu punya bakat, aku tinggal mengarahkannya saja. Jarang ada pilot yang meraih nilai OK 5.0 di US Navy. Jadi misimu kali ini adalah menjadi flight leaderdan kamu akan memakai F/A-18F Super Hornet ditemani dengan seorang WSO yang berbakat di bidangnya."

"Tapi, saya belum cukup pengalaman menjadi flight leader," ujarku penuh keraguan.

"Tak masalah Letnan, misi kali ini adalah simulasi latihan dan patroli. Letnan Ronald dan Letnan Daniel akan menjadi wingman untukmu."

"Lalu siapa yang akan menjadi WSO saya ?" Saat aku mengajukan pertanyaan itu tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu.

"Nah, waktunya sangat tepat. Silakan masuk," ujar Kapten Richard. Kemudian seorang wanita berambut pirang masuk dan duduk di sebelahku.

Wanita itu tampak memakai masker dengan tulisan VFA 115, nama skadron tempatku bertugas. Jadi wanita ini akan bertugas denganku besok ?

"Namanya Letnan Kelly, dia akan menjadi WSO-mu besok. Jadi silakan kalian saling mengenal, aku akan pergi sebentar menyerahkan dokumen ini ke Komandan Skadron."

Setelah Letnan Richard meninggalkan ruangannya, suasana mendadak menjadi canggung. Aku bingung harus bilang apa ? Sudah sejak lama aku tidak sedekat ini dengan wanita.

"Kamu tidak mengenaliku Gordy ? Padahal tadi kamu sempat menatapku di atas dek penerbangan," ujar wanita itu sambil melepas maskernya.

"Tu... tunggu sebentar, kau memanggilku Gordy. Jadi kamu ini benar-benar Kelly Jhonson ?"

"Ya, lama tak bertemu. Apa aku tampak berbeda ?" Tanya Kelly sambil mendekatkan wajahnya.

"Ya, kulitmu jadi sedikit berubah, apa kamu banyak berjemur sebelumnya ?"

"Benar, kamu masih ingat kan jika aku suka berjemur di pantai. Sebelum bertugas disini, aku banyak berjemur sambil memperbaiki mentalku."

"Mental ? Apa ada sesuatu yang terjadi ?" Tanyaku penasaran.

"Aku mengalami kecelakaan bersama rekanku di dek kapal induk USS John C. Stennis di Laut Mediterania 3 bulan yang lalu. Pesawat yang dipiloti rekanku menabrak pinggiran dek kapal induk saat hendak mendarat. Aku mengalami sedikit cidera, tapi temanku mengalami cidera yang serius dan ia memutuskan untuk keluar dari US Navy karena trauma."

"Apa kondisimu sudah lebih baik ?"

"Ya, sejak seminggu yang lalu setelah meninggalkan Yokosuka Naval Base dan aku melakukan penerbangan rutin, kini kondisi mentalku sudah jauh lebih baik. Aku siap untuk misi esok hari," ujarnya sambil tersenyum.

Ya Tuhan saat dia tersenyum tampak cantik sekali, sudah lama aku tak melihat senyuman itu. Aku baru sadar betapa sempitnya dunia ini, bagaimana bisa aku dan Kelly berjumpa kembali ?

"Lalu, apa kamu akan bergabung di Eagles of Strike Fighter Squadron 115 mulai sekarang ?"

"Mungkin, tapi mereka bilang aku cukup berbakat sebagai WSO. Aku akan coba dipasangkan dengan pilot yang berbakat juga. Sementara aku dipindahkan ke sini, karena disini kekurangan orang yang berkualifikasi sebagai WSO. Mereka bilang ini tempat yang pas untuk memulihkan mentalku."

"Kalau begitu mari lakukan yang terbaik untuk besok," ujarku sambil mengulurkan tangan.

"Tentu," ujarnya singkat sambil bersalaman denganku. "Hey Gordy, aku senang karena berpasangan denganmu," tambahnya sambil tersenyum. Entah mengapa kata-kata terakhir Kelly itu membuatku bahagia. Aku jadi tak sabar untuk besok.


Quote:



Keseokan harinya aku sudah bersiap di samping pesawat F/A-18F Super Hornet, kali ini aku dan rekanku mendapatkan jadwal penerbangan malam hari. Cuacanya agak mendung malam itu, dan anginnya sedikit kencang. Aku mendapat informasi dari kru di dek penerbangan jika kemungkinan akan terjadi hujan, aku diminta berhati-hati.

Sebelum terbang, aku dan Kelly mengecek terlebih dahulu seluruh bagian pesawat, ini adalah hal wajib yang harus dilakukan pilot sebelum terbang. Setelah memastikan semuanya bagus, seorang kru wanita mendekati kami.

"Letnan Gordon dan Letnan Kelly silakan masuk ke pesawat, 10 menit lagi giliran kalian terbang," ujar kru wanita tersebut.

"Yes Ma'am," ujar kami singkat. Kelly pun lalu masuk ke pesawat terlebih dahulu.

"Good luck boy !" Bisik wanita itu sambil tersenyum dan menunjuk ke arah Kelly. Aku pun membalasnya dengan acungan jempol.

Setelah itu aku masuk ke pesawat, aku lihat Kelly sudah memasang helm dan masker gas. Aku pun lalu duduk di kursi depan, memakai masker gas dan helm; lalu mencolokkan kabel di pakaian G-Suit-ku ke kompartemen pesawat. Setelah itu aku menutup kokpit.

Beberapa menit kemudian kru di dek penerbangan memberi kode untuk terbang menggunakan tangan, aku pun mengarahkan pesawat ke dek penerbangan. Posisiku kini berada di paling depan. Dua menit kemudian seorang kru di dek penerbangan memberi kode untuk terbang, aku pun bersiap. Dan tak lama setelah itu pesawat diluncurkan dengan kecepatan tinggi dari dek penerbangan, dan kini aku sudah terbang jauh dari kapal induk.

Kali ini aku mendapat tugas melakukan terbang formasi menuju dekat Pulau Kuril, pulau yang katanya jadi rebutan antara Jepang dan Rusia. Kami juga dapat tugas tambahan untuk patroli sambil memantau posisi kapal Rusia dan China yang kabarnya berlayar di sekitar pulau.

Dua puluh menit terbang, kami sama sekali tidak melihat kapal asing, setelah melapor bahwa kapal yang dimaksud tidak ada; kami pun diperintahkan kembali ke kapal induk. Hari itu adalah penerbangan yang istimewa, sejenak aku merasa menjadi laki-laki paling beruntung di dunia. Tapi di saat yang sama aku menjadi laki-laki paling merana, karena bersama mantan kekasih dalam menjalankan tugas negara. Tapi sebagai tentara aku harus profesional, aku tak boleh terbawa suasana.

Quote:


Saat dalam perjalanan pulang ke kapal induk, tiba-tiba Radar Warning Receiver (RWR) pesawatku menyalak. Artinya pesawatku sudah dikunci oleh fire controlpesawat tempur asing, dalam hitungan menit mungkin sebuah rudal akan menghantam pesawatku.

"Aku dikunci !" Ujar Ronald memberitahu dari radio komunikasi di saat bersamaan saat RWR pesawatku menyalak.

"Hornet flight, Break ! Break ! Break !" Aku dan Ronald yang telah dikunci menanjak dan berputar ke kiri. Sementara Daniel ke kanan.

Kami kemudian menembakkan chaff dan flare, membuat langit malam menjadi sangat terang. Kelly lalu mulai menyalakan radar untuk mencari musuh tersebut, di saat yang sama RWR pesawat berhenti menyalak. Rupanya musuh telah mematikan radarnya, tepat stelah RWR berhenti menyala, Kelly berteriak memberi peringatan.

"Bandits ! Multiple contacts, two o'clocks ! Five Miles, level ten closing fast !" Teriak Kelly memberi peringatan. Artinya ada lebih dari satu pesawat musuh mendekat dari arah jam 2, berjarak 9 km dan terbang di ketinggian 1.000 kaki.

Hanya butuh beberapa detik untuk kami mencapai lokasi musuh, sesampainya di lokasi kedua pesawat tiba-tiba terbang menanjak dan berbelok ke kanan; lalu mereka mulai menembakkan flare sehingga membuat langit malam menjadi terang. Di tengah cahaya flare yang menyilaukan itu aku melihat sepasang pesawat berbadan besar dan logo hiu di sirip tegaknya.

"Tally, two J-15 Flying Shark identified !" Karena pesawatku berada paling depan aku bisa melihat secara visual pesawat musuh, keduanya adalah pesawat milik Angkatan Laut China. Aku dan kedua rekanku lalu berbelok arah ke kanan untuk mengejar keduanya.

"Weapons hold and continue. Kita diperintahkan mengikuti manuver kedua pesawat dan dilarang menembakkan senjata." Seru Kelly yang barusan berkomunikasi dengan komandan di kapal induk.

Kami pun mulai menguntit kedua J-15 tersebut sesuai perintah. Daniel yang terbang di sisi kiri lalu menggoyangkan sayap pesawat sebagai tanda bahwa kami tidak bermaksud mengancam, satu menit kemudian aku berhasil berkomunikasi dengan awak dari kedua pesawat.

"Kami F-18 Hornet dari Armada ke-7 US Navy, posisi kami di perairan internasional. Menjauh dari kapal induk kami." Ucapku melalui radio komunikasi.

Setelah sekitar 5 menit membuntuti, kedua J-15 itu masing-masing menyalakan afterburner dan melaju kencang meninggalkan kami menuju arah Pulau Kuril. Setelah kedua pesawat itu pergi kami kembali ke kapal induk. Aku yang mendarat pertama diikuti kedua rekanku. Setelah mendarat, kami kemudian menuju ruang Komandan Skadron untuk melaporkan situasi yang barusan terjadi. Sekitar 30 menit kami di ruangan itu.


Quote:



Setelah kejadian itu kami mendapat jadwal rutin untuk terbang bersama, hal itu pun membuat aku dan Kelly jadi semakin menjadi dekat. Kini aku lebih sering terbang memakai F/A-18F dibandingkan F/A-18E. Di suatu pagi aku berada di ruang makan bersama Kelly, hari ini tidak ada jadwal penerbangan; sehari sebelumnya kami sudah janji untuk bertemu.

"Kamu bilang ada yang ingin dibicarakan, jadi tentang apa ?" Tanyaku penasaran.

"Jadi, ehm... kau tahu kan kita pernah bersama sebelumnya. Jadi berikan aku kesempatan untuk bersamamu lagi." Ujarnya terus terang sambil menundukkan wajahnya.

"Hah serius ? Tapi kau bilang tidak mau berpacaran dengan orang yang satu pekerjaan denganmu ?" Tanyaku meyakinkan lagi. Aku pun merasa kecolongan, mengapa justru dia yang meminta ? Padahal hari ini aku juga ingin mengatakan hal yang sama.

"Itu bukan alasan sebenarnya. Aku mengakhiri hubungan kita karena aku tahu kita akan bertugas di kapal yang berbeda, aku merasa tidak siap menjalani hubungan jarak jauh. Tapi sejujurnya setelah putus aku selalu memikirkanmu, kau itu pria baik dan sejujurnya juga tipeku." Ujar Kelly yang mulai merah wajahnya karena mengatakan hal tersebut.

"Aku pun sama, selalu memikirkanmu juga, berharap aku punya kesempatan kedua. Tapi kau curang, mengatakannya lebih dulu Kelly. Padahal aku juga ingin mengatakan hal yang sama padamu hari ini."

"Itulah kelemahan pria, tidak peka. Jadi apa kau mau bersamaku lagi ?" Ujarnya sambil berbisik dan mendekatkan wajahnya kepadaku.

"Tentu, seratus persen aku mau," ujarku sambil berbisik ditelinganya. Dan itu membuat wajahnya memerah.

Sejak saat itu aku pun resmi kembali menjalin tali asmara bersama Kelly, kali ini akan aku pastikan jika tali asmara yang ku rajut tidak akan pernah putus dihantam angin atau gelombang lautan sekali pun. Aku juga berhutang budi kepada Super Hornet, karena kesempatan kedua bagiku ternyata datang dari pesawat berkursi ganda ini. Kini aku semakin percaya diri menerbangkan Super Hornet, karena tak sekadar langit yang bisa ku raih; tapi dengan pesawat ini aku juga bisa meraih hati orang yang aku cintai.


-----------


Desember, 2019, Samudera Pasifik. Aku berada di ruangan tempat biasa para pilot menyimpan perlengkapannya. Hari ini aku terbang terakhir dalam sebuah latihan bersama Kelly. Ruangan ini tampak sepi, karena para pilot sudah kembali ke kamar masing-masing. Setelah mengunci loker, tiba-tiba Kelly menghampiri dan mengecup pipi kananku.

"Hey aku belum terbiasa dengan ini," ujarku sambil menoleh ke arahnya.

"Kamu harus terbiasa sekarang, tadi itu penerbangan yang hebat Gordy, sampai jumpa besok," ujarnya sambil mengecup pipi kiriku.

"Aku benar-benar belum terbiasa," ujarku sambil memegang kedua pipiku. Sementara Kelly hanya tertawa mendengar ucapanku itu.
Diubah oleh si.matamalaikat 30-06-2022 03:35
bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
17
1.2K
17
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan