alizazetAvatar border
TS
alizazet
Kita dan Musim [CERPEN || COC CLBK]


kamu pernah bercerita tentang langit, angin, dan matahari
lalu aku pun berkisah tentang hujan dan bumi
kita berkelakar tentang bunga yang mekar, kumbang yang nakal
juga daun yang berguguran

kita sering menghitung musim yang terlewati
ada hujan yang selalu menggenang di mataku
ada petir yang meledak dalam dadamu
sesekali kemarau menghantui seolah hati telah kerontang

aku tak pernah bisa menebak
dan kini tiba-tiba kau berada di beranda
seperti mengembalikan rinduku yang entah
pernah pada suatu saat, mimpi-mimpiku menunggu lelah

kalau ini isyarat aku tak ingin dengan bermacam syarat


Juni, tahun sekian


πŸ˜€β€πŸ˜€


"Bukan aku tidak menyukaimu, untuk cinta saja kadang aku bingung, apa bedanya dengan suka."

"Baiklah, aku tidak mempermasalahkan itu, yang penting kamu denganku."

Kemi tersenyum tipis matanya melihat jauh ke depan seolah masih banyak harapan yang ingin diraih atau makin gamang dengan jalan hidupnya. Joko yang duduk disampingnya menatap lekat-lekat paras manis Kemi.

"Kita tidak tahu akan bagaimana menjalani hidup, aku harus sadar dan tidak terhanyut rasa, bagiku memang harus begitu, bukan aku egois. Kenyataan ini harus aku hadapi dan jalani." Suara Kemi terdengar lebih tegas dari biasanya.

Wajah Joko memerah, matahari siang makin menambah panas suasana, kemeja putihnya mulai penuh keringat.

"Takdirku, harus patuh dan tawaduk pada orangtuaku, maafkan aku ya dan lupakan janji-janji kita. Kamu juga harapan orang tuamu jadilah anak yang baik dan rajin."

"Apa-apaan kamu Kemi."

"Memang saat ini kamu belum bisa paham dengan masalah ini, kelak bila kamu menjadi dewasa dan mempunyai anak, kamu akan ingat ucapanku tadi."

Kemi merasa lega, apa yang harus disampaikan ke Joko telah ia lakukan, tak ada lagi hutang rasa atau janji-janji yang harus ia tepati.

Sekolah Menengah Atas yang kata orang masa-masa ceria sudah bukan lagi hal yang perlu diraih oleh Kemi, berhenti di tengah jalan juga bukan suatu yang menakutkan baginya. Entah gadis ini hati dan jiwanya terbuat dari apa.

Demi menolong orangtuanya yang terlilit hutang, ia pun rela menyerahkan dirinya sebagai ganti bayar hutang pada tetangganya yang kaya raya. Menjadi pembantu sekaligus istri seorang disabilitas.

Orangtuanya hanya bisa minta maaf dan menangis dihadapan Kemi. Tapi ia mampu membesarkan hati mereka.

"Pak, Buk, jangan khawatir, ilmu itu ada dimana saja, mungkin Gusti Allah mentakdirkan Kemi berguna untuk Ibuk Bapak dan keluarga Subroto."

Makin keraslah tangis kedua orang tuanya, hutang telah membuat mereka merelakan Kemi sebagai anak tertua diambil mantu sekaligus pembantu keluarga kaya itu.

Kemi selalu terlihat tenang, tidak pernah mengeluh harus bekerja di rumah itu hampir dua puluh empat jam, juga menemani suaminya yang berkebutuhan khusus. Sebenarnya suaminya anak yang pintar dan tampan tapi karena tuna rungu dan wicara, oleh orang tuanya dia disembunyikan setelah lulus sekolah luar biasa di kota, maka segera dinikahkan dengan Kemi.

Bagi Kemi kehidupan barunya adalah sebuah tantangan dia harus bisa menaklukkan dan yakin bisa mengatasinya.

Sesekali pasti ia akan teringat Joko teman dekatnya saat SMA, dengar-dengar pindah ke luar Jawa mengikuti orang tuanya yang berpindah tugas. Bila teringat ia hanya bisa tersenyum geli. Perihkah hatinya? Entah.

Hingga pernikahaanya menginjak tahun ke sepuluh, barulah Kemi mengandung. Selama ini ia terlihat menikmati hidupnya dengan santai tanpa beban. Sebagai pembantu sekaligus istri suatu yang luar biasa, bersyukur ternyata Bu Subroto bukan orang yang rewel dan cerewet.

Kemi masih teringat ajaran guru ngajinya waktu SMP, seorang anak harus selalu bersyukur dan berbakti pada orang tua agar jalan hidupnya banyak kemudahan.

Sebuah colekan lembut di bahunya mengagetkan lamunannya. Kemi menoleh, senyum tampan suaminya menandakan iia tak boleh melamun lagi.

"Ada apa, Mas?"

Dengan bahasa isyarat ternyata suaminya mengajak jalan-jalan sore.

"Naik sepeda pancal saja ya, Mas?" Kemi bicara sambil menggunakan bahasa isyarat.

Ternyata suaminya mengajak naik motor karena sedikit jauh. Meskipun ada kekurangan pada suaminya ternyata dia orang yang perhatian dan romantis. Saat Kemi kini hamil pun perhatiannya semakin bertambah

Kemi tak risau bila baru tahun ke sepuluh mengandung karena ia masih muda. Sebelum hamil ia gunakan untuk total membantu keluarga Subroto. Ia selalu berusaha untuk membuat seisi rumah senang dan nyaman dengan kehadirannya terutama suaminya. Luar biasa.

Sepuluh tahun tak pernah ia bersedih demi orangtuanya, kehidupan orang tuanya pun semakin membaik. Bu Broto dan suami juga senang dengan kehadiran Kemi. Ia juga disekolahkan lagi agar mempunyai ijazah SMA

😬❀😬

Oho! cinta bagi Kemi adalah bagaimana bisa memberi manfaat baik bagi orangtuanya, cinta asmara untuk dirinya ia titipkan pada langit waktu yang terus berputar. Kadang masih ada sedikit rasa bersalah pada Joko yang telah ia lukai. Kemiskinan telah membunuh cintanya.

Taklupa selalu ada doa untuk Joko agar dia bertemu jodoh yang baik dan tepat. Kemi harus hati-hati menyimpan kenangannya demi menghindari segala konflik yang biasa sering terjadi dalam lingkaran rumah tangga, hanya karena teman dekat yang pernah ada. Seperti banyak kejadian di zaman ini.

Tiba-tiba motor berhenti di depan sebuah kedai minuman, Kemi teringat saat SMA sering ditraktir es teler oleh Joko.

"Kenapa ke sini, Mas?" Kemi bertanya dengan bahasa isyarat

Suami menjawab dengan bahasa isyarat bahwa hanya untuk mendinginkan kerongkongan, setelah bekeliling menikmati suasana sore.

Hati dan isi kepala Kemi jadi berkecamuk dengan teringat masa lalu bersama Joko.

"Kita ngadem di tempat lain saja ya?" pinta Kemi sambil memegang lengan suaminya mencegah masuk kedai.

Pria itu hanya tersenyum tipis menepuk punggung tangan Kemi memberi isyarat untuk santai, dengan gerakan kepala mengajak segera masuk.

Ia pun memesan 2 porsi es teler istimewa.

(Ini kesukaanmu kan) begitu tanya suaminya dengan bahasa isyarat

"Kok Mas tahu?"

Ia hanya tersenyum.

Hati Kemi makin dagdigdug, apakah suaminya tahu bahwa dia mempunyai kisah lama dengan Joko, entahlah.

Sambil makan es, Kemi selingi dengan melihat akun sosial medianya yang sudah lama ia abaikan. Sekadar potret es teler dan kirim. Tak ketinggalan juga selfie dengan suaminya.

Cinta monyet dalam es teler semasa SMA seperti musim salju di negara tetangga, eh apa lah.

Seorang pria gagah masuk dalam kedai bersama anak balita yang tak henti mengoceh dengan logat cadelnya, Kemi berpikir pasti bila anaknya nanti seumuran anak itu juga akan aktif bicara.

Banyak notifikasi masuk dari akun medsosnya, kepo pun menghampiri, ingin tahu siapa saja yang komen. Ternyata teman-teman SMA nya dulu yang sudah rindu karena lama tak terdengar kabarnya. Hingga pada seseakun yang berkomentar dengan ganbar foto es teler juga. Seketika mata Kemi membelalak,

Setelah menoleh ke sana ke mari Kemi menangkap sosok yang mungkin adalah kisah lamanya, hatinya makin jedag-jedug tak karuan. Tanpa ia sadari suaminya memandangi tingkahnya sedari tadi.

(Ada apa?) tanya suaminya

(Tidak ada apa-apa) kepala Kemi menggeleng

(Kok wajahmu bingung?)

(Ayo segera dihabiskan esnya, kita lanjut jalan)

Dengan lahap Kemi memindahkan es teler semangkuk ke dalam perutnya. Segera tangan suaminya dituntun menuju kasir. Seseorang dengan ekor matanya mengawasi dari pojok ruangan kedai.

"Tagihannya, Mbak."

"Sudah ada yang bayar tadi, Bu."

Sekali lagi Kemi dibuat terkejut, "Siapa?"

"Kurang tahu, Bu."

(Ada orang yang bayarin tadi, Mas. Entah siapa.)

Mata mereka mencari-cari sekeliling ruang sekiranya ada yang dikenal.

Suami Kemi pun mengangkat bahu, seolah berkata sudahlah. Dan menuntun Kemi keluar Kedai.
Suasana sore yang harusnya menyenangkan jadi sedikit canggung.

😬❀😬

Bulan kelahiran sudah semakin dekat, suami Kemi ternyata cekatan juga, ada kekurangan pasti ada kelebihan. Ia menyiapkan segala tetek bengek yang dibutuhkan saat lahiran.

Kemi juga sudah tidak mengerjakan urusan rumah tangga Bu Broto, mereka menempati rumah di belakang rumah utama, dan sudah ada pembantu baru.

Sebuah paket datang ke rumah Kemi sebuah bingkisan untuk calon bayi, dengan nama pengirim Joemi. Sekali lagi Kemi dibuat gemetar, ia tahu siapa Joemi itu.

(Wajahmu kok seperti itu, kenapa?)

Dengan bahasa isyarat suami Kemi ingin tahu apa yang terjadi pada Kemi

(Gak ada, Mas. Mulai terasa sedikit mulas saja)

(Apa mau lahir?)

(Belum, mungkin aku mulai tegang dengan persalinan yang makin dekat)

Duh, Kemi mengeluh dalam hati, kenapa Joko repot-repot membuat hatinya berdebar begini. Padahal selama ini ia sudah bisa menganggap yang kemarin adalah episode yang telah usai.

Jangan pernah ada rindu atau ingin bertemu, pikir Kemi. Semoga suaminya tidak curiga, kasihan bila nanti tahu siapa sebenarnya Joemi, itu adalah singkatan dana Joko dan Kemi saat SMA.
Demi kelancaran lahiran nanti ia takboleh neko-neko atau bikin suaminya sakit hati. CLBK bagi Kemi biarlah dirasakan temannya saja yang pernah curhat padanya. Ia yakin bisa mengatasi Joko hanya sebuah kebaikan teman lama.

Hari kelahiran telah tiba, perut Kemi mulai mulas tak terkira, segera ia dibawa ke klinik ibu dan anak dekat rumah. Saat masuk pintu klinik dari kursi roda spintas terlihat seseorang mengawasinya dengan cemas. Mungkin ia bersimpati dengan keadaan Kemi yang terus merintih.

Bersama dengan azan subuh bayi mungil Kemi lahir dengan lancar, suaminya terlihat senang sekali, tangisannya memenuhi ruang bersalin.

(Aku pulang dulu untuk menanam ari-ari ya) begitu bahasa isyarat suami Kemi

"Iya, hati-hati dan cepat kembali."

Suami Kemi mengangguk pasti dan mencium keningnya sebelum bergegas pulang.

Setelah berpindah ruangan dan menyusui bayinya, Kemi kelelahan dan tertidur pulas. Saat terbangun kembali ia dikejutkan dengan rangkaian bunga di atas meja. Segera ia baca kartunya.

Quote:
πŸ’

Kemi meringis membaca tulisan itu dan segera menyimpannya sebelum suaminya datang, bahaya, ia tak ingin dikira ada skandal perselingkuhan. Andai bisa menghubungi Joko, pasti sudah ia nasehati panjang kali lebar.

Ada ketukan di pintu, ia mengira itu adalah suaminya atau perawat. Ia pun mempersilakan masuk. Jantung Kemi hampir jatuh melihat siapa yang berjalan mendekat.

"Hai!"

Tenggorokan Kemi sudah tak mampu mengeluarkan kata-kata lagi.

"Selamat ya, kamu bahagia?"

Kemi mengangguk, canggung, berusaha tersenyum natural, ia hanya khawatir suaminya datang dan salah paham. Apa lagi ada karangan bunga indah dengan puisi yang mencekik rasa.

"Maaf tidak ada maksud apa-apa, hanya menyampaikan rasa selamat disertai sedikit rindu saja. Bila tak berkenan aku takkan kecewa karena keadaan memang sudah berbeda."

"He he iya, maaf. Bagaimana kabarmu? Terima kasih bunganya."

"Kabarku mungkin sedikit baik. Bunga? Bunga apa?"

"Oh!" Kemi bingung matanya melirik bunga di meja, otaknya berpikir siapa pengirimnya kalau bukan Joko.

"Kebetulan anakku sakit dan dirawat di sini, sudah dua hari, saat kamu datang, dan masuk klinik ini aku tahu itu kamu saat didorong masuk ruangan di kursi roda."

"Oh! Mana istrimu?"

Sedang tidak bisa bersama kami, sejak anakku lahir. Surga mungkin lebih membutuhkannya.

"Oh!" Lagi-lagi Kemi terkejut, "Maaf aku turut prihatin dan bela sungkawa, semoga kalian kuat."

"Terima, kasih. Aku pamit ke ruang anakku mungkin dia mencariku. Sampai jumpa lagi ya."

Kemi tak bisa berbincang lama dengan Joko situasi juga tidak memungkinkan. Hanya mata Joko yang bercerita tentang seluruh rasa dan keadaannya. Kembali Kemi melihat karangan bunga di meja, dari siapakah gerangan?

Suami Kemi datang disertai senyum mengembang,dengan bahasa isyarat dia berterima kasih pada Kemi yang mau menjadi istrinya dan memberinya keturunan. Ia juga berkata bila siang ini sudah diperbolehkan pulang karena Ibu dan bayinya sehat.

(Cinta lamaku semakin bersemi kepadamu) suami kemi berujar dengan bahasa isyarat.

"Apa? Maksud Mas?" Kemi bingung

(Terima kasih sayang, mungkin kau tidak akan pernah tahu betapa aku dari dulu sampai saat ini selalu mencintaimu,dan bersyukur bisa mendapatkanmu)

"Ha?!" Kemi makin melongo dibuatnya, pengakuan suaminya membuat ia makin bingung.

(Iya, dulu sebelum kau tahu aku. Aku selalu mengamatimu ketika kau masih SMA di kedai itu, hanya melihatmu aku telah jatuh hati. Aku tahu kau mempunyai teman dekat, jadi aku pun patah hati kala itu)

Mata Kemi makin membesar, menangkap penjelasan suaminya.

(Maaf aku bukan bahagia di atas derita orangtuamu dengan menjadikanmu sebagai istriku, tapi kurasa mungkin ini takdir, bersanding denganmu. Aku juga tidak tahu bila dinikahkan denganmu, maafkan aku)

Kemi melirik bunga di atas meja

(Itu dariku)

Kemi serasa mati gaya, selama ini tidak tahu tentang masa lalu suaminya yang ternyata jatuh hati padanya.
Dan ketika Bu Subroto menikahkan dengan dirinya, cinta suaminya yang kandas mungkin bersemi lagi.

"Terima kasih." Kemi berusaha menyembunyikan kebingungannya dalam lipatan hati yang terdalam. Ia merasa semua harus baik-baik saja.

(Kita mungkin selalu berada pada rasa yang berbeda, tapi aku salut denganmu Kemi, yang bisa selalu menikmati tiap perjalanan musim. Aku belajar banyak darimu, sungguh bahagia bila kita selalu berada dalam musim yang sama)

Kemi hanya bisa tersenyum dengan ungkapan suaminya.
Setiap manusia memang akan mengalami jatuh cinta, ada yang bahagia ada pula yang merana. Perih itu bila masih belum bisa menghilangkan sebuah rasa. Harus bekerja keras untuk bisa menyembuhkan diri dari luka, orang bilang healing.

(Kemi, aku tahu kau tidak mencintaiku, kau hanya berusaha membuat kita bahagia)

Ucapan suami Kemi dengan bahasa isyarat itu sungguh mampu membuat lidahnya keluh, tak tahu lagi apa yang harus ia katakan. Hanya genggaman tangan mereka semakin erat.

😁❀😁

SELESAI

πŸ’COC CLBK 2022πŸ’

πŸƒπŸ‚πŸŒΏπŸŒΎ

Gambar dari Sini, puisi dari Sini
Diubah oleh alizazet 04-07-2022 09:36
bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
18
1.3K
38
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan