Kaskus

News

matademokrasiAvatar border
TS
matademokrasi
SURAT CINTA KEPADA OLIGARKI, UNTUK NEGERI KAMI YANG AKAN HILANG
SURAT CINTA KEPADA OLIGARKI, UNTUK NEGERI KAMI YANG AKAN HILANG Foto Istimewa: []Fikorasta Camerad's Samurai Maluku Utara



Oleh : Camerad's Fikran Suleman



MataDemokrasiPublic. Co. Id. - Konstipasi - Aku sudah menulis surat kepadamu sekali dan aku melakukannya dengan nada kepastian. Setelah lima tahun memimpin, kukatakan kepadamu lewat kata-kata sebagai kritikan mengapa kami yang lebih kuat- karena jalan berliku yang membawa kami keluar dari jalan kami untuk mencari justifikasi kami, karena penundaan yang disebabkan oleh kecemasan tentang hak-hak kami untuk negeri yang kami jaga, karena kegigihan kami untuk mendamaikan segala sesuatu yang kami cintai. Namun, perlu diulangi. Seperti sudah kukatakan kepadamu, kami akan selalu eksis berkorban banyak demi jalan berliku itu apapun problemnya. Daripada berisiko melakukan ketidakadilan, kami memilih ketidakwajaran. Namun, pada saat yang sama jalan berliku itu menjadi kekuatan kami hari ini dan selanjutnya, sebagai akibatnya kemenangan sudah ada di depan mata kami.

Ya, sudah kukatakan kepadamu semua itu dan dengan nada kepastian, secepat aku menulis dan tanpa menghapuskan satu kata pun. Namun, aku telah mempunyai waktu untuk meditasi. Selama tiga tahun kau telah membawa malam ke negeri-negeri kami dan ke dalam hati kami. Selama tiga tahun kami telah berkembang dalam kegelapan pikiran yang sekarang tampil dengan senjata lengkap untuk menghadapi dirimu. Sekarang aku dapat berbicara kepadamu tentang negeri yang subur. Karena kepastian yang sekarang kami rasakan adalah kepastian di mana kami melihat dengan jelas dan segala sesuatu bertahan dengan tajam dan jelas.

Dimana intelektual kami memberikan manfaat bagi keberanian dengan kata "Satu Hati Langka Pasti Intelektual Tetap Bernyali" kata ini sebagai kekuatan kami yang tertanam di setiap jiwa-jiwa kami. Dan kau yang dulu biasa berbicara dengan lihai tentang demokrasi, kukira sangat terkejut melihat melihat inteligensia kembali dari bayang-bayang kematian dan tiba-tiba memutuskan untuk memainkan perannya dalam sejarah. Di sinilah aku ingin menoleh kembali kepadamu.

Kemudian aku akan berkata kepadamu, fakta yang menjadi perhatian hati tidak membuat kami lebih gembira. Ini saja memberikan makna bagi segala sesuatu yang kutulis kepadamu. Namun, terlebih dulu aku ingin membereskan lagi segala sesuatu bersamamu tentang demokrasi yang menjadi tanggung jawab mu, bersama ingatanmu untuk menceritakan negeri yang tidak ada penindasan yang ada hanyalah kesejahteraan. Selagi aku masih dapat melakukannya, aku ingin menceritakan kepadamu tentang negeri kami bahwa alam semesta kami sangat indah dan kami tidak ingin ada kerusakan yang menyebabkan kami kehilangan keindahannya. Kalau saja, kerusakan alam semesta kami terjadi. Satu-satunya hal yang dapat dilakukan untuk sesuatu persahabatan maka akan berakhir - aku ingin menjadikan segala sesuatunya yang gamblang.

Aku sudah menjawab pernyataan, "kau tidak mencintai rakyat-mu," yang dulu biasa kau lontarkan kepada mereka dan dengan jelas masih kuingat. Sekarang aku hanya ingin menjawab senyuman-mu yang tak sabar Kapanpun kau mendengar kata "kritikan". Yang sudah tak asing lagi di telingamu "Dalam semua negeri ini," katamu, "negeri tidak mengakui dirinya sendiri. Sebagian dari para intelektual-mu lebih milih putus asa ketimbang memilih negeri mereka yang lain mengejar kebenaran yang musykil.

Kami menempatkan negeri kami di depan kebenaran dan melampaui keputusasaan. Ternyata hal itu benar. Namun, seperti sudah kukatakan kepadamu, jika kadang-kadang kami tampak lebih memilih mengabdi kepada keadilan dan mengabdi kepada kebahagiaan, ini karena kami hanya ingin mencintai negeri kami dalam keadilan dan kebahagiaan, seperti kami menginginkan mencintainya dalam kebenaran dan harapan.

Inilah yang memisahkan kami darimu, kami membuat tuntutan. Kau puas dengan melayani kekuasaan bangsamu dan kami bermimpi memberikan kebenaran dan harapan negeri kami. Sudah cukup bagimu untuk melayani politik realitas, sementara dalam ketidakwajaran sikap kami, kami masih punya konsepsi samar-samar tentang politik kehormatan yang kami akui hari ini. Ketika aku mengatakan "kami", aku tidak sedang berbicara tentang para penguasa. Meski, seorang penguasa hampir tidak menjadi masalah.

Pada titik ini Aku melihat kau tersenyum sampai tua. Kau selalu tidak mempercayai kata-kata. Begitu juga aku, meski dulu aku bahkan lebih tidak percaya lagi pada diri sendiri. Kau biasa mendesakku untuk mengikuti jalan yang kau tempuh, dimana intelektual malu terhadap intelektual. Bahkan waktu itu, aku tidak dapat mengikutimu. Namun, hari ini jawaban-jawabangku lebih menyakitkan. Kau biasa bertanya, apakah kebenaran itu?. Sudah pasti, setidaknya kami tahu apa itu Kebohongan, tepat seperti yang telah kau ajarkan kepada kami. Apakah jiwa itu? Kami tahu kebalikannya, yakni pembunuhan. Apakah manusia itu? Di situ aku mengehentikanmu, karena kami tahu. Manusia adalah kekuatan yang pada akhirnya menghapuskan para tiran dan elit-elit. Manusia adalah kekuatan bukti. Bukti manusialah yang harus kita jaga, dan kepastian kami saat ini berasal dari fakta bahwa nasibnya dan nasib negeri kami terkait satu sama lain. Jika ketiadaan sesuatu mempunyai makna, niscaya kau benar. Namun, ada sesuatu yang masih mempunyai makna yaitu perjuangan.

Sungguh tidak mungkin bagiku untuk terlalu sering berkata kepadamu bahwa di sinilah kita putus hubungan. Kami telah membangun ide tentang negeri kami yang menempatkan negeri kami di tempat yang tepat, di tengah konsep-konsep besar lainnya, persahabatan umat manusia, kebahagiaan, dan hasrat kami pada keadilan. Ini mendorong kami bersikap keras terhadap negeri kami. Namun, dalam jangka panjang, kami adalah orang-orang yang benar. Kami tidak membawa budak ke negeri kami, dan kami tidak merendahkan apapun demi negeri kami.

Kami menunggu dengan sabar sampai kami melihat dengan jelas dalam kemiskinan dan penderitaan, pada saat yang sama kami menikmati perjuangan demi semua yang kami cintai. Sebaliknya, kau berjuang melawan segala sesuatu dalam diri manusia yang bukan milik ibu Pertiwi. Pengorbananmu tidak membawa konsekuensi karena hierarkimu bukanlah hierarki yang benar dan karena nilai-nilaimu tidak mempunyai tempat. Hati bukalah segalanya yang kau khianati intelektual melakukan pembalasan.

"Mengabdi kepada kebahagiaan dan mengabdi kepada kemerdekaan"
Diubah oleh matademokrasi 24-06-2022 14:53
0
647
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan