- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Salon Kecantikan


TS
cattleyaonly
Salon Kecantikan

Sebenarnya hubungan Toni dan Larisa baik-baik saja. Namun, banyak orang yang selalu berbicara buruk di belakang mereka, bahwa wajah Larisa terlalu jelek untuk Toni yang memiliki ketampanan bak model.
“Handsome and the beast”
“Putri buruk rupa.”
“Pasti Toni dipelet.”
“Toni mata duitan. Larisa kan kaya raya. Pewaris tunggal perusahaan roti terkenal.”
Begitulah teman-teman Toni bergosip di kantin kantor siang itu. Telinga Toni langsung memerah saat tak sengaja mendengarnya. Sesungguhnya dia sangat mencintai Larisa karena kepribadian gadis itu. Larisa sangat lembut, santun, humoris, menyenangkan, dan menghormatinya meski Toni hanya pegawai biasa.
Sore itu mereka berkencan di taman kota selepas jam kerja Toni. Larisa membawa sekotak roti dengan berbagai rasa untuk Toni dari tokonya. Mereka duduk di bangku taman, di bawah naungan pohon tabebuya yang sedang berbunga.
“Makanlah,” kata Larisa seraya menyodorkan kotak roti.
“Mau tapi disuapin.”
“Ih, manja!”
Mereka tertawa. Lepas. Kebahagiaan mereka nyaris sempurna seandainya saja tidak ada yang mengolok-olok Larisa dibelakang mereka.
Seorang lelaki tua dengan caping berjalan ke arah mereka dan menawari koran.
“Maaf, Pak,” tolak Toni.
“Belilah, Tuan, saya belum makan hari ini.”
“Sudahlah, Sayang, kita beli saja, kasihan Bapak ini,” kata Larisa kepada Toni.
“Berapa harganya, Pak?”
“Lima ribu, Non.”
Larisa membuka dompetnya dan menarik selembar uang lima puluh ribuan kemudian mengulurkannya kepada penjual koran.
“Nggak ada kembaliannya, Non.”
“Ambil saja kembaliannya buat Bapak.”
Sang penjual koran membungkuk-bungkuk mengucapkan terima kasih. Larisa tersenyum dan Toni tersenyum melihat Larisa, melihat kecantikan hatinya.
Toni membuka koran, sedangkan Larisa menyuapinya roti.
“Sayang, lihat ini!” seru Toni menunjukkan sebuah iklan salon kecantikan.
Larisa membaca iklan itu. Salon kecantikan yang aneh. Mereka melayani operasi plastik dan menjamin uang kembali bahkan dilipatgandakan jika hasil operasi plastiknya mengecewakan.
“Tak inginkah kau mencobanya, Sayang?” tanya Toni.
“Apakah wajahku ini terlalu jelek?”
“Bukan begitu. Aku tidak pernah menganggap begitu.” Toni merasa tak enak karena sudah membuat Larisa tersinggung.
“Aku tahu, pasti kau tak tahan dengan bisiki-bisik mereka. Baiklah, aku mau operasi plastik, demi kamu.” Larisa tersenyum. Toni memeluknya dengan erat.
Keesokan harinya mereka pergi ke salon dan membuat janji dengan dokter kecantikan di sana. Larisa pun memilih foto wajah yang diinginkan. Dokter memintanya untuk kembali seminggu lagi.
Pada hari yang ditentukan, Larisa masuk ruang operasi, Toni menunggunya dengan setia di ruang tunggu. Setelah 24 jam berlalu, dokter memperbolehkan Larisa pulang.
“Ayo, Sayang.”
Toni terpana memandang wajah kekasihnya. “Kau benar-benar cantik.”
“Keberatankah kau mengantarku pulang sekarang?”
“Tentu saja tidak. Kau harus banyak beristirahat dulu.”
Toni segera mengantar Larisa pulang. Gadis itu melambaikan tangan ketika motor Toni menjauh. Lelaki penjual koran melintas dan berhenti di depan sang gadis.
“Maaf, saya tak ingin koran.”
“Apakah karena Anda sekarang jadi pewaris pabrik roti dan mempunyai pacar yang tampan?”
“Tentu saja!”
Mereka tertawa.
Gadis itu masuk rumah. Rumah yang kini dan selamanya akan menjadi miliknya. Sementara di ruang bawah tanah salon, Larisa yang asli sedang merayap di lantai, bersimbah darah. Matanya telah dicongkel. Kini dia sedang mencoba menghindari lelaki di depannya yang akan mengakhiri hidupnya.
Tamat






andrerain5 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
1.4K
14


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan